Kondisi sekolah sudah sepi karena anak-anak sudah memasuki kelasnya. Berbeda dengan gadis keturunan amerika yang baru saja sampai lalu mengatur nafasnya. Dia menggunakan bus untuk berangkat tadi. "Is there anything worse than this?"
Nebula Garesha namanya. Dia memang blesteran Amerika-Indonesia. Terkenal di sekolah karena kaya dan cantik katanya.
Nebula memang jarang sekali telat masuk sekolah. Ini hanya karena Bams -temannya- yang belum kunjung menjemputnya dan membuat Nebula telat. Nebula segera menuju ke pintu samping sekolah untuk masuk. Tidak mungkin kan dia masuk menggunakan pintu depan sedangkan ada satpam disana, mana satpamnya galak.
Tak terduga, ternyata yang telat bukan hanya Nebula. Ada seorang laki laki yang sedang mengambil tangga lalu menempelkannya di dinding, mungkin bermaksud untuk menaikinya. Merasa diperhatikan, lelaki itu menatap balik Nebula.
"Telat juga ya?" Tanya lelaki itu sambil tersenyum tipis. Sangat tipis sampai tidak terlihat.
"Iya,"
"Naik duluan aja," ucap lelaki itu mempersilahkan. Nebula tidak tahu pasti siapa lelaki ini sebenarnya. Kancing kemejanya terbuka hingga menampilkan kaos putih yang dia pakai, lalu bajunya dikeluarkan, tidak memakai dasi, dan juga tidak memakai gesper. Terlihat seperti badungan tetapi sepertinya baik.
"Iya," Nebula segera menaiki tangga dan berhasil melewati dinding penghalang itu. Tanpa menunggu lelaki yang membantunya tadi, dia memilih untuk lebih dulu ke kelas. Mungkin bisa ketemu lagi nanti, kan?
[◇]
"AYO AYO ANAK ANAK ATUR POSISI," ujar lelaki bernama Kiming- ah maaf, dia lebih suka dipanggil Bagas. Dia sendiri mengambil posisi untuk berdiri diatas meja sambil memegang tempat minum miliknya. Dengan bodohnya, beberapa anak kelasnya itu juga mengambil posisi didepannya. Serasa lagi di konser. Jangan lupakan lampu yang dimatikan lalu masing masing dari mereka menyalakan lampu flash dari ponsel mereka.
"Saat kau terlalu rapuh.."
"Pundak siapa yang tersandar..."
"Tangan siapa yang tak melepas..."
"Ku yakin aku..."
Mereka bernyanyi dengan backsound dari speaker yang Jeffrey bawa. Menghayati lagunya seakan akan hanyut dalam dunia lagu tersebut. Adegan mereka terhenti saat pintu kelas mereka terbuka. Sontak seluruh pasang mata menatap ke arah pintu untuk mencari tahu siapa yang datang.
"YO! WILUJENG ÈNJING, CEP JEKA!" Seru Bagas dengan logat Sunda andalannya.
"Ini ada konser dadakan lagi?" Tanya lelaki bernama Jeka sambil menaruh tasnya di kursi.
"INI PARTY, CEP! PARTY!" Sahut Yogi.
"Yaudah, lanjutin sana,"
"Maneh ikutan atuh,"
"Gak. Mau tidur,"
Alhasil, mereka melanjutkan konser ala ala itu. Jeka menaruh kepalanya diatas meja mengambil posisi tidur. Semalam dia tidur jam 3 lalu terbangun beberapa menit sebelum Kakaknya datang membangunkan lelaki itu. Jeka masih mengantuk sekarang.
"Gadang ngapain lo?" Tanya Jeffrey -sebut saja Jef- teman sebangku Jeka.
"Ngerank,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Lo juga pasti suka sama gue. Jadi, ayo pacaran!" Sejak kalimat itu hinggap dikehidupan Jeka, status kejombloannya telah sirna. Namun, siapa sangka ternyata sejak itu pula drama kehidupannya muncul. ©innerale 2020