"JEKA!" Teriak Argus lalu masuk ke kamar Jeka. Pria itu berbaring disamping tubuh Jeka yang masih mengumpulkan nyawanya.
"Kenapa?"
Argus menoleh ke arah adiknya itu, "lo kemaren kemana, deh? Kata temen temen lo lagi ngapel. Tapi gak mungkin banget seorang Jero Kastedra punya pacar," cibir Argus.
Jeka membuka matanya. Kini dia merasa tidak mengantuk lagi karena ucapan Argus. "Kang, gue baru bangun tidur ini!"
Argus menghela nafasnya kasar, "berasa tua banget ya gue dipanggil 'akang' sama kalian," ucap Argus sambil menatap langit langit kamar Jeka. "Eh tapi serius deh, lo beneran punya pacar?" Tanya Argus masih penasaran.
Jeka mengambil posisi duduk lalu mengusap wajahnya. "Kalau iya kenapa, kalau enggak kenapa?'
Argus juga ikut duduk disamping Jeka, "Nu leres, anying?!" (Yang bener, anjir?!"
"Kunaon?" (Kenapa?)
"Lo punya pacar beneran?!"
Jeka menyernyitkan dahinya menatap Argus dengan aneh. "Emangnya kenapa gitu?"
Argus tertawa renyah, "gue kalah sama adek sendiri, euy!" Ucap Argus sambil menepuk pundak Jeka.
"Emang Akang gak niat nyari pasangan gitu?" Tanya Jeka.
Umur Argus sudah bisa dibilang cukup matang, bukan? Namun pria itu masih saja fokus dengan urusan band hingga tidak sempat mencari pasangan. "Nanti juga dateng sendiri."
"Percuma kalo gak dicari!"
"Udah lah, gue mau ke ruang band dulu. Mau ikut gak?" Ujar Argus lalu berjalan menuju pintu kamar Jeka.
"Horèam, ah," (Males, ah)
Pintu itu kembali tertutup. Jeka membaringkan lagi tubuhnya diatas kasur. Sekarang masih jam 6 pagi, mungkin dia masih bisa berleha-leha sebenar lalu mandi. Untuk menemani acara rebahannya, Jeka mengambil ponsel diatas nakas dan membuka ponselnya itu.
nelagaresha mentioned you in their story.
Jeka tersenyum melihat fotonya bersama Nebula. Lelaki itu menscreenshoot gambarnya dan memandangi foto itu dengan lama. "Nanti Ibunya bakal dateng ke gue terus ngasih duit ke gue buat jauhin anaknya gak ya?"
[◇]
Jeka sedang berada di lapangan sekolah untuk upacara. Lelaki itu berada di depan lapangan karena telat. Sungguh, lelaki itu lupa kalau ini hari Senin. Dia menatap ujung sepatunya sambil mengambil sikap beristirahat.
"Ini contoh yang tidak baik, bisa kalian lihat didepan," ujar guru yang menjadi pembina upacara hari ini. Oh, Pak Ranu. Jeka yakin hari ini adalah hari tersial baginya.
"Jero lagi, Jero lagi! Mana teman teman kamu? Mereka lolos, ya?"
Jeka diam tidak menjawab ucapan gurunya itu. Disini dia tidak berdiri sendiri, ada tiga murid yang berada di kanan dan kirinya. Namun daritadi, yang diceramahi Jeka terus. Lelaki itu menggerutu didalam hati.
Mungkin Pak Ranu sedang badmood.
Di tengah tengah amanatnya, beberapa murid mengalihkan pandangan pada satu titik yang menarik perhatian mereka. Anggota PMR dengan sigap mengangkut tubuh gadis yang pingsan itu menggunakan tandu. Oh, itu-
"Mbul?" Gumam Jeka. Tatapannya tidak lepas dari gadis yang berada diatas tandu itu. Dia ingin menghampiri tetapi waktunya tidak memungkinkan. Mata lelaki itu mengikuti kemana arah tandu itu berjalan. Terlihat tatapan khawatir didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Lo juga pasti suka sama gue. Jadi, ayo pacaran!" Sejak kalimat itu hinggap dikehidupan Jeka, status kejombloannya telah sirna. Namun, siapa sangka ternyata sejak itu pula drama kehidupannya muncul. ©innerale 2020