Suara motor yang keluar dari area sekolah, lalu suara murid-murid yang sedang bercengkrama bersama teman-temannya mengisi siang yang terik itu. Walaupun terdengar berisik, berbeda diantara Nebula dan Bams. Daritadi, mereka berjalan tanpa ada yang membuka suara terlebih dahulu.
Lisa ada rapat OSIS, jadi tidak bersama mereka jika kalian menanyakannya. Mungkin, ini sudah jalannya agar Nebula dan Bams bisa berbicara lagi.
"Jadi.. lo punya pacar?" Bams membuka suara, tatapan lelaki itu tertuju pada wajah Nebula yang terlihat dari sisi samping.
"Iya,"
"Sejak kapan?"
Nebula masih menatap lurus ke depan, menunggu jemputannya tiba. "Gatau, lupa, gak ngitung."
Bams hanya mengangguk pelan. Yaa, walaupun hatinya sedikit sakit mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Nebula. Ditambah lagi, lelaki itu melihat dengan jelas adegan romansa mereka. Kejadian dilorong sekolah, kejadian di kantin, Nebula yang terlihat cemburu pada pacarnya, Nebula yang memberi kotak bekal pada pacarnya. Sudah jelas bagi Bams, mereka memang memiliki hubungan. Entah sejak kapan.
"Kita... gak bisa kayak dulu lagi?" Tanya Bams mengharapkan jawaban yang baik dari Nebula.
Gadis itu terdiam sebentar, "kalau Bams bisa ngilangin perasaan Bams ke gue, gue rasa bisa."
Bams menatap sendu gadis itu. Putus sudah harapannya. Memang ini salahnya. Salahnya yang terlalu egois.
"Supir gue udah jemput. Duluan ya," ucap Nebula datar, dia sama sekali tidak melirik Bams.
[◇]
"SEJAK KAPAN LO PACARAN SAMA DIA ANJIR?!" Ucap Yogi antusias karena tidak sabar mendengar jawaban dari Jeka. Sebenarnya, mereka bertiga sudah bertanya ketika di sekolah tadi, tetapi Jeka bilang dia akan menjelaskan ketika di ruang band.
Jeka menghela nafasnya kasar lalu mendaratkan punggungnya di bahu sofa. "Gatau."
Jef memukul paha Jeka sedikit keras, "ARE YOU KIDDING ME, BRUH?!"
"Sakit, anjir!"
"TELL ME WHAT'S GOING ON, MAN!"
Jangan tanya dimana Bagas. Dia sedang disuruh Kang Argus untuk mengangkut barang diluar. Jero Kastedra menggaruk leher nya yang tidak gatal. "Dia nembak gue, dia bilang dia suka sama gue, yaudah jadian."
Jef dan Yogi hanya ber oh ria walaupun masih banyak pertanyaan dikepala mereka.
"You like her too?" Tanya Jeffrey.
Jeka menggeleng. Benar kan? Bahkan mereka jadian tanpa pendekatan terlebih dahulu.
Kedua temannya itu menyernyitkan dahi, "terus kenapa lo terima?" Yogi membuka suara.
"Lo tahu gue bukan tipe prang yang bisa nolak. Gue... gue orangnya gak enakan. Gue takut kalau gue tolak nanti malah bikin tuh anak depresi atau frustasi... ya walaupun kedengeran menjijikan tapi hal itu mungkin aja kejadian, kan?" Ujar Jeka panjang lebar. "Gue cuman butuh terbiasa aja. Nanti perasaan suka itu bakal tumbuh sendiri."
Yogi dan Jef menepuk tangannya secara bersamaan, "baru kali ini gue denger Jeka ngomong panjang kali lebar."
"Gue suka gaya lo, Dude,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Lo juga pasti suka sama gue. Jadi, ayo pacaran!" Sejak kalimat itu hinggap dikehidupan Jeka, status kejombloannya telah sirna. Namun, siapa sangka ternyata sejak itu pula drama kehidupannya muncul. ©innerale 2020