"Mami?"
Gadis itu keluar dari kamarnya lalu mencari sang Ibu yang belum kunjung terlihat sejak dia pulang sekolah tadi.
"Kenapa, La?" Sahut sang Ibu.
Nebula segera menuju ketempat dimana Wendy berada, sepertinya di dapur. Benar saja, Wendy sedang memasak. Sebenarnya, Wendy itu seorang ibu yang jarang sekali memasak, mungkin karena dia sibuk dengan butiknya itu. "Mami masak?" Tanya Nebula lalu duduk di salah bangku meja bar.
"Iya," jawab Wendy tersenyum ke arah sang anak.
"Tumben?" Tanya Nebula heran.
"Cuman bikin kue, kok. Mami lagi pengen nyemil," kekeh Wendy.
"Biasanya beli tuh, Mi?"
Wendy menghela nafas samar, "gak tahu juga, Mami gabut jadi kepikiran bikin kue, deh. Gimana sekolah kamu?"
"Biasa aja," jawab Nebula sambil mengidikkan bahunya. "Mi, tahu gak sih?"
"Apa tuh?" Tanya Wendy penasaran.
"Masa, Bams nembak aku loh, Mi," ucap gadis itu. Wendy hanya sedikit terkejut, hal itu membuat Nebula jadi heran sekaligus merasa aneh. "Kok Mami gak kaget, sih?"
Wendy tertawa kecil sambil mengaduk adonan kuenya itu, "Mami udah tahu kalau Bams suka sama kamu, dari cara dia mandang kamu aja udah keliatan!"
Nebula mendengus kesal, "tapi Nela gak nyangka aja Mi, si Bams nembak Nela. Nela kan anggap Bams cuman temen."
"Itu hak kamu mau kayak gimana, tapi jangan sampai nyakitin hati Bams. Dia juga punya hati," kekeh Wendy.
Iya, Nebula tidak salah kalau dirinya itu sedang curhat kepada Ibunya sendiri. Baginya, Maminya itu tempat curhat terbaik.
"Papi belum pulang ya, Mi?" Tanya Nebula.
"Nanti malam Papi pulang. Kenapa emangnya? Kamu kangen?" Ujar Wendy sambil tertawa kecil.
"Iya lah! Papi kayaknya sekarang lagi sibuk banget, ya."
Wendy hanya tertawa kecil dengan tangan yang masih sibuk membuat adonan, dia sedang membentuk adonan itu. "Kamu kemarin jalan sama temen-temen kamu, kan? Gimana liburannya?"
"Sumpah, Mi! Aku berasa kayak di drama Korea gitu! Makan di subway, duduk di pinggir Sungai Han," jawab gadis itu.
Wendy hanya mengangguk, "Mami dibawain oleh-oleh gak nih?" Canda Wendy.
"Ehm, aku bawain sheetmask etude yang terbaru, Mi! Nanti kita pakai bareng, ya?"
"Oke!"
Kedua hubungan Ibu dan anak itu sudah seperti sahabat. Selalu dekat, sering curhat satu sama lain, suka menceritakan keseharian mereka satu sama lain. Ah, sepertinya mereka lebih sahabat, mereka memang anak dan Ibu.
[◇]
Jeka sedang menunggu bus di halte. Motornya itu sedang melakukan perawatan di bengkel, jadi dalam beberapa hari ini dia tidak akan berangkat atau pulang sekolah menggunakan vespa kesayangannya itu. Bukan, walaupun Jeka memakai vespa, seorang Jero Kastedra ini bukan seorang fuckboy.
Bus itu datang dalam beberapa menit, Jeka mengambil tempat duduk disamping jendela. Lelaki itu mengambil earphone dan menyambungkannya ke ponsel. Menyetel beberapa lagu yang menemani dia untuk tidur. Iya, tidur.
Oh, kalian tidak salah baca kok, kalau Jeka masih menggunakan earphone di era ini. Ponselnya itu masih android, jadi dia masih bisa memakai earphone. Omong omong, Jeka juga tidak terlalu suka earphone wireless, terlalu ribet katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Lo juga pasti suka sama gue. Jadi, ayo pacaran!" Sejak kalimat itu hinggap dikehidupan Jeka, status kejombloannya telah sirna. Namun, siapa sangka ternyata sejak itu pula drama kehidupannya muncul. ©innerale 2020