Jeka bergidik ngeri mendengar ucapan Nebula yang datang secara tiba tiba. Jujur saja, dia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Dia saja tidak pernah berhubungan dengan perempuan, paling jauh teman. Jeka masih mematung ditempatnya. "L-lo! Gila ya lo?!"
Nebula menghela nafas kasar, "serius! Gue suka sama lo, ga mungkin seorang cowok gak suka sama gue, so, ayo pacaran!" Ucap gadis itu dengan santai. Berbeda dengan Jeka yang mematung tegang.
Lelaki yang baru saja kini ditembak menghela nafasnya samar mencoba menetralisir organ-organ ditubuhnya. "Gue gak suka sama lo, tuh."
Nebula terkekeh lalu melipat tangannya didepan dada, "lo mau jadi cowok dingin kayak di novel-novel, ya?"
Jeka menyernyitkan dahinya. Jujur saja, walaupun dia terlihat seperti yang paling banyak diam diantara teman-temannya, dia masih memiliki hati. Dia bukan orang yang mudah menolak seseorang, sebutlah Jeka adalah seseorang yang mudah tidak enak hati.
Lelaki itu membuka topinya lalu merapikan rambutnya, "oke, gue mau jadi pacar lo."
Diluar dugaan Jeka, ternyata Nebula malah tersenyum miring dengan samar. "Tuh kan, lo suka sama gue kan?" Goda gadis itu.
"Kalau iya kenapa? Dan kalau enggak kenapa?" Tanya Jeka sambil memasukkan tangannya ke saku hoodie.
"Ck, yaudah. Intinya, hari ini, detik ini, kita pacaran!" Ujar Nebula lalu menepuk tangannya "yey! Kita pacaran!"
Jeka hanya menyipitkan matanya menatap aneh gadis itu. Yang ditatap, malah melemparkan senyuman semanis mungkin ke arahnya. "Kenapa liat liat? Terpesona kan sama gue?" Ucap Nebula dengan percaya dirinya.
Jujur saja, Jeka sendiri masih bingung dengan sifat asli Nebula. Dia ini ketus, galak, baik, atau manis? -Tidak, tidak mungkin manis.
"Lo pacar gue, gue pacar lo, lo gak mau nganterin gue pulang gitu kayak orang orang?" Tanya Nebula.
Jeka mengalihkan pandangan menatap motor vespanya, "lo takut naik motor."
Nebula menggigit bibir bawahnya, menahan senyuman lalu menyatukan kedua telunjuk tangannya dan menatap Jeka, "jadi kalau gue gak takut naik motor, mau nganterin gitu?"
Jeka menggaruk lehernya yang tidak gatal, lalu memegang rambut belakangnya, "y-ya, kan lo minta dianterin."
"PUNYA PACAR ROMANTIS BANGET, SIH!" Ujar Nebula menghentakkan kakinya lalu memegang lengan Jeka, mengambil jari telunjuk lelaki itu. Gadis itu mengaitkan jari telunjuknya dengan jari Jeka menjadi satu, "harus janji nanti samperin gue ke kelas, besok."
Lelaki itu hanya menyernyitkan dahinya, "ngapain?"
"Namanya juga pacaran! Kan harus sering ketemu!" Ketus Nebula sambil merucutkan bibirnya. Jeka lagi lagi mengelus rambut belakangnya itu, "iya iya."
"Oke! Nebula pulang dulu ya, pacar!" Ucap gadis itu lalu melepaskan tautan di jari mereka. Nebula menuju ke mobilnya, untuk pulang. Sampai mobil itu pergi, Jeka masih tak berkutik. Pandangan lelaki itu tertuju pada jari telunjuknya yang dipakai Nebula untuk membuat janji.
"Harusnyakan pake kelingking, kok pake telunjuk?"
[◇]
Jeka sudah berada di kelasnya lebih awal dari biasa. Entahlah, tetapi hatinya menyuruh lelaki untuk berangkat lebih pagi.
"Tumben lo dateng duluan, Cep!" Sahut Yogi yang baru saja datang dengan tas dipunggungnya. Biasanya, Yogi yang selalu datang lebih awal dari yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Lo juga pasti suka sama gue. Jadi, ayo pacaran!" Sejak kalimat itu hinggap dikehidupan Jeka, status kejombloannya telah sirna. Namun, siapa sangka ternyata sejak itu pula drama kehidupannya muncul. ©innerale 2020