Merindukan |15

652 70 19
                                    

Merindukan

Ratu membuka matanya. Ia terkejut ketika melihat seseorang yang sekarang ada di depan matanya. Pangeran sedang tertidur, dengan tubuh yang disandarkan di tembok, kaki lurus untuk menopang kepala Ratu. Ratu teringat, kemarin malam ia datang ke ruang dance yang ada di rumahnya, latihan hingga ia kelelahan, lalu ia tertidur, tapi dia tidak tahu kapan Pangeran datang, dan bagaimana ia tertidur di pangkuan laki-laki itu.

Gadis itu mencoba untuk menyadarkan dirinya sebelum bangkit. Setelah ia merasa benar-benar sadar, dia bangkit dengan pelan, berharap sahabatnya itu tak terganggu. Tapi, setelah ia benar-benar berdiri, tiba-tiba tangannya tertarik, lalu ia merasakan pelukan yang begitu hangat. Pelukan yang mendadak, yang membuatnya bingung.

Pangeran yang menariknya, menarik ke dalam pelukan. Laki-laki itu meletakkan kepalanya pada pundak Ratu, memeluk gadis bertubuh kurus itu dengan lembut.

"Pangeran kenapa?" Ia bertanya dengan pelan.

"Sebentar aja, Ra, sebentar."

Akhirnya Ratu diam, ia tak bertanya lagi. Gadis itu membalas pelukan hangat itu, sambil menepuk pelan punggung Pangeran. Ia tak tau apa yang terjadi pada sahabatnya, tapi ia tau, jika Pangeran sudah seperti ini, itu artinya ia sedang tak baik-baik saja. Sahabatnya itu bukan laki-laki lemah, ia tak akan mudah runtuh hanya karena hal biasa, jadi jika sudah seperti ini, berarti hal yang terjadi bukan hal yang biasa.

"Gue kangen," katanya, Ratu bisa merasakan pundaknya yang basah, ia bisa mendengar bagaimana suara Pangeran yang bergetar. "Gue kangen kita yang dulu."

"Ratu juga kangen, kok." Ratu mempererat pelukannya pada Pangeran. "Sekarang, kita balik ke masa dulu. Kalau Ratu nangis Pangeran pasti peluk Ratu, Raja yang emosinya nggak bisa dikendalikan kalau ada yang nyakitin Ratu, dan Ksatria yang lagi berantem sama orang yang buat Ratu nangis."

Pangeran melepas pelukannya, ia mendongakkan wajah, menatap langit-langit, berusaha untuk menghentikan air matanya yang mengalir, dia juga berusaha agar Ratu tak melihat matanya yang sudah memerah. Setelah sekian lama, untuk pertama kalinya ia kembali menangis, bukan karena cinta, tapi karena pertemanan yang ia harap tak akan berakhir. Dari semua hal yang ada di bumi, pertemanan ini adalah hal yang paling berharga bagi Pangeran. Ia tak ingin kehilangan teman-temannya, bagaimanapun caranya, walau ia harus merelakan kebahagiaannya.

"Gue nggak punya temen selain kalian. Dari kecil sama kalian." Ia masih tetap menghadap langit-langit ruangan, tapi matanya tertutup.

Ratu bangkit, ia mengarahkan kepalanya agar menghadap ke wajah Pangeran. Sekarang, wajahnya benar-benar berada di atas wajah Pangeran, hanya berjarak dua puluh sentimeter dari wajah laki-laki itu. Ia tersenyum terus, hingga akhirnya Pangeran membuka mata dengan terkejut.

"Sama. Ratu juga, Ksatria juga, Raja juga. Jadi, Pangeran nggak sendiri." Ia menangkup wajah Pangeran, menggerakkan kedua jari jempolnya untuk menghilangkan bekas air mata yang membasahi wajah laki-laki itu. "Jangan nangis. Dulu Pangeran bilang kalau Pangeran akan jadi teman Ratu yang paling kuat."

Pangeran tersenyum, ia mengangguk. Ia ingat bagaimana janjinya pada Ratu, ketika masih di sekolah dasar, ketika seseorang menyakiti Ksatria dan Ratu, mereka menangis, dan Pangeran berkata dengan suara lantang, bahwa ia tak akan menangis, ia akan jadi sahabat Ratu yang paling kuat.

Ratu duduk di depan Pangeran. "Jijik nggak sih dengernya? Sumpah, gue yang ngomong, gue geli sendiri," ucapnya lalu tertawa.

Pangeran ikut tertawa. Entah karena apa, karena nyatanya tak ada yang lucu. Tapi ketika mendengar tawa Ratu, rasanya beban dipikirannya sedikit menghilang. Ia sadar, bahwa ia tak akan kehilangan pertemanan itu, ia akan tetap memiliki ketika temannya. Walau Raja yang selalu fokus pada Risma, Ksatria yang menghabiskan waktu dengan kegiatan sekolah dan kekasihnya, dan Ratu yang hanya selalu membuat masalah, ia akan tetap memiliki temannya, sejauh apapun jarak memisahkan, tak akan bisa membuat pertemanan yang sudah bertahun-tahun terjalin itu mendadak hancur.

RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang