Cara Memendam Perasaan | 8

1.1K 95 33
                                    

Sebelum baca. Aku mau bilang sesuatu. Aku tuh anaknya suka lupa, jadi mohon diingatkan kalau ak lama ga update. Krna aku lupa. Seringnya aku mikir klau ak udah update ternyata belum. Mohon diingatkan yah.

___________

Cara memendam rasa

Raja berjalan sambil menggandeng tangan Risma. Ia tidak peduli dengan sekitar, bahkan ia lupa bahwa pagi ini dia berangkat bersama ketiga temannya juga. Sedangkan Ratu, Pangeran, dan Ksatria terdiam di belakang mereka, melihat bagaimana tingkat kebucinan sahabatnya itu. Mungkin jika Raja bukan sahabat mereka, Ksatria sudah memukul kepala laki-laki tampan itu.

Bukankah kenyataan memang begitu? Ketika sahabat punya pacar, maka kita hanya sebatas teman pelarian. Itu yang selalu terjadi, tak akan ada lagi cerita-cerita indah, yang ada hanya cerita-cerita seseorang yang bagi sahabat kita adalah manusia paling indah. Seperti itulah kenyataan pertemanan.

"Sat, jangan pacaran yah," ucap Pangeran sambil memandang Raja dan Risma yang semakin menjauh. "Nanti lupa diri," lanjutnya sambil menggelengkan kepala.

Disini yang paling waras adalah Ksatria dan jika Ksatria memiliki kekasih, lalu berperilaku seperti Raja. Sudah berakhir pertemanan, itu karena sudah tidak ada Ksatria yang menjaga. Hanya ada Ratu dan Pangeran yang selalu bertengkar karena Raja pergi dengan gadis lain.

Ksatria menoleh ke Pangeran dan menjawab, "Lah, gue kan udah punya pacar."

Ratu dan Pangeran secara bersamaan menoleh ke Ksatria. "Serius? Kapan?" tanya mereka.

"Kemarin malam, makanya gue nggak ke rumah Ratu," jawabnya dengan sangat santai.

"Ngapain pacaran, sih?" tanya Pangeran dengan kesal, ia mengacak rambutnya. "Terus gue harus pacaran sama siapa?"

"Sama Ratu tuh," jawab Ksatria asal, lalu pergi meninggalkan mereka.

Pangeran memicingkan mata pada Ratu. "Ogah," katanya lalu ikut pergi.

"Ratu juga nggak mau pacaran sama Pangeran, Ratu maunya pacaran sama Dikta!" ucap Ratu sedikit berteriak.

"Lo mau pacaran sama gue?" Ratu terdiam mendengar pertanyaan itu, ia tau pemilik suara itu.

Gadis itu menoleh, melihat Dikta yang berdiri tak jauh darinya. Laki-laki itu berjalan mendekat ke Ratu, terlihat ia membawa totebag yang entah berisi apa. Tentu saja mereka menjadi pusat perhatian sekarang, bagaimana tidak, Dikta memakai seragam sekolah yang bukan sekolahnya.

Laki-laki itu mengunakan seragam sekolahnya, entah bagaimana dia datang ke sekolah Ratu yang jelas-jelas membutuhkan waktu satu jam untuk ke sekolah miliknya. Dia juga sepertinya membawa mobil, nanti kemacetan akan membuat dia terkena hukuman. Tapi Dikta sudah tau resiko itu, dan laki-laki itu sama sekali tidak peduli.

"Dikta, kok tiba-tiba di sini?"

"Nih," ia menyodorkan totebag berwarna hitam itu. "Disuruh Om Firza nganterin baju olahraga lo yang ketinggalan," lanjutnya.

Dengan gugup Ratu mengambil totebag itu, "Oh iya, makasih," ucapnya. "Ratu pergi dulu yah," lanjutnya.

Ratu hendak pergi, namun dengan segera Dikta mencegah langkah gadis itu. "Jawab dulu pertanyaan gue. Emang lo mau pacaran sama gue?" Dikta menunjukkan tatapan dan senyum menggoda, dia sangat gemas ketika melihat Ratu salah tingkah. Karena sangat lucu saja.

Ratu menggelengkan kepala dengan cepat. "Enggak kok, enggak. Ratu cuman bercanda," jawabnya.

"Oke kalau gitu. Gue balik dulu yah," ucapnya lalu meninggalkan Ratu.

RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang