Sekotak Harapan | 16

557 70 22
                                    

Sekotak Harapan

Luka itu memang tak pernah benar-benar hilang dari perasaan Ratu. Luka yang ditimbulkan oleh cinta pertamanya. Tentu, bagaimanapun cinta pertama adalah yang paling sulit untuk dilupakan, entah melupakan kebersamaan atau luka yang ditimbulkan. Sebagian orang memang bisa move on, tapi terkadang pun perasaan itu bisa kembali ketika melihat, mencium atau apapun yang berhubungan dengan seseorang itu.

Gadis itu keluar dari kamarnya. Dengan tas kecil yang menggantung di bahu kanannya, celana jeans yang robek di bagian dengkul, dan kaos hitam yang cukup ketat, ia juga membawa jaket tapi tak ia kenakan. Langkahnya terlihat begitu semangat ketika menuruni tangga, senyumnya pun tak hilang dari wajah mungil itu. Ia berhenti ketika menatap ketiga temannya yang sedang bercanda bersama.

Pangeran yang berdebat dengan Ksatria tentang kemana saja mereka akan berlibur. Raja yang hanya menyetujui apapun yang disarankan oleh Pangeran dan Ksatria. Lalu, laki-laki dengan wajah dinginnya itu menggelengkan kepala, ia tertawa begitu keras ketika melihat kedua sahabatnya secara bersamaan terjatuh kebelakang kursi karena tidak bisa diam. Bisa dibilang ini suara tawa pertama Raja setelah beberapa bulan ia tak bisa memperlihatkan senyum indahnya.

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Setelah kenaikan kelas mereka akan berlibur bersama, tanpa orang lain, tanpa keluarga dan tanpa pacar. Liburan ini memang belum memiliki rencana yang matang, mereka bahkan belum merencanakan kemana mereka akan berlibur. Mereka hanya berlibur di dalam negeri, dan memutuskan untuk naik kereta.

"Jadinya kemana?" Ratu duduk di antara Pangeran dan Ksatria yang sedang menunjukkan muka masam.

"Jogja," jawab Raja secara spontan.

Pangeran mengerutkan keningnya. "Lo pikir ini study campus. Surabaya aja."

"Lo pikir kita mau mengunjungi neneknya Ratu? Udah ke Bali aja deh. Kan enak ke pantai, berjemur." Sahut Ksatria sambil menunjukkan wajah yang begitu meyakinkan.

"Kita nggak rekresi sekolah ya. Lagian di Surabaya juga ada pantai kali."

Ratu memperhatikan kedua temannya yang berdebat terus, lalu ia memalingkan wajah pada Raja yang sedang terfokus pada ponsel. Ratu hanya merasa bahwa Raja sedikit tidak suka dengan rencana liburan ini, entah itu hanya perasaan Ratu atau memang benar, yang jelas Raja hanya diam dengan ponsel.

"Ja, jadi kemana?"

Raja menoleh pada Ratu, menatap gadis itu sebentar lalu tersenyum. "Kita ke Jogja, gue udah pesen tiket kereta, hotel, sama nyewa mobil. Empat jam lagi kita berangkat," ucap laki-laki itu sambil berdiri.

Ia melihat kedua laki-laki yang berdebat ia menatapnya dengan kesal. Tapi berbeda dengan Ratu, gadis itu malah tersenyum. Tentu, ia menyukai Jogja, kota kesayangannya.

Akhirnya Pangeran dan Ksatria mengalah, mereka mau pergi Jogja. Baru tiga jam perjalanan, Pangeran dan Ksatria sudah terlelap, sedangkan Ratu yang duduk di samping Raja hanya diam menatap luar jendela. Tanpa diketahui siapapun, kedua manusia itu sedang merancang kalimat untuk berkomunikasi.

"Raja, nanti kita kemana aja?" Akhirnya Ratu membuka suara, gadis itu masih menatap luar.

"Karena nanti kita sampainya malam, jadi langsung ke angkringan dekat hotel. Terus istirahat. Besoknya baru jalan-jalan."

Ratu menoleh pada Raja, mata mereka bertemu sejenak, lalu Raja memutuskan kontak mata itu. Ia beralih menatap luar jendela.

"Raja sekarang banyak bicara." Ratu tersenyum, lalu ia memegang tangan Raja. "You look so different. But, it's still you."

"Seseorang maksa gue buat jadi yang sekarang. Yah, nggak buruk juga untuk bicara banyak."

"Pesan kamar berapa?"

RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang