番 (tsugai) - Pair
🍀
Jadwal latihan di klub dance berakhir lebih awal dari biasanya. Di antara anak-anak yang rutin berlatih, pasti selalu ada satu atau dua yang memilih tinggal belakangan, biasanya anak-anak rajin atau yang memang tidak punya banyak hal dilakukan selepas kegiatan ekstrakurikuler.
"Shosei-kun, apa kau mau ikut tampil di bunkasai nanti?"
Shosei menatap dari belakang sosok Issei yang tengah berlatih solo menghafal beberapa gerakan koreo hip hop dengan giat di depan cermin besar. Kaus hitam longgarnya yang selalu digunakan untuk menari di studio mencetak bentuk punggung yang berkeringat seperti sepasang sayap. Yang lebih muda sebentar-sebentar mengintip sang senior yang tengah menyimpul tali sepatu lewat pantulan cermin.
"Entahlah. Apa menurutmu aku harus mencobanya?" tanya Shosei balik, merespon dengan pertanyaan lain.
Issei menggunakan telapak kaki kirinya sebagai poros, memutar seratus delapan puluh derajat dengan gerakan mirip pivot sehingga kini ia berhadapan secara langsung dengan Shosei, menampakkan raut muka yang serius.
"Menarilah bersamaku, Shosei-kun!"
Menyaksikan gurat kesungguhan di wajah anak lelaki yang lebih muda dua tahun di bawahnya itu mendadak membuat sang senior tidak bisa menahan tawa lepas. "Hahaha, maaf Mame-chan... entah kenapa itu terdengar seperti pernyataan cinta."
Kalimat impuls yang diutarakan tanpa masuk buruk nyatanya memicu Issei menampilkan semburat merah yang tipis di sudut telinga sampai ke tulang pipi.
Shosei mencoba berhenti tertawa namun ekspresi sang adik kelas yang imut terlihat semakin memancingnya untuk melempar kalimat menggoda. Beruntung ia bisa menahan diri sebelum menjadikannya ajang permainan yang panjang.
"Aku hanya bercanda. Jangan diambil hati." Shosei melayangkan senyum pendek. Setelah memastikan kedua tali sepatu tersimpul kencang dan sempurna, Shosei bangkit untuk menepuk-nepuk kepala Issei yang tingginya sedikit lagi akan menyusul miliknya. "Baiklah. Ayo menari bersama!"
Issei tersenyum lebar. Sesungguhnya ia tidak menyangka akan bisa merasa akrab dengan kakak kelas barunya itu dalam hitungan hari. Takdir telah memutuskan bahwa mereka memiliki kesamaan dari segi genre, gaya menari, bahkan selera musik. Jika selama ini Issei selalu melakukan segalanya sendiri, itu karena belum ada seseorang yang ia pikir sejalan dengannya. Hingga ia bertemu Shosei, laksana sebuah keajaiban.
"Kalau begitu aku pergi duluan," pamit yang lebih tua.
"Eh, kau tidak menunggu Tsurubo-senpai?" tanya Issei kaget. Ia bahkan baru menyadari kalau Shosei sudah mengganti baju latihannya dengan seragam sekolah lengkap sejak tadi. Yang ditanya menggeleng mantap. Masih ada sisa dua jam sebelum Shion menjemputnya sementara Issei akan dijemput sebentar lagi oleh sopir keluarganya. Jika ia menunggu selama itu di studio, akan mudah terasa bosan dan kesepian.
"Kali ini aku yang akan menghampirinya. Sampai jumpa, Mame-chan!"
Keduanya memutus kontak setelah bertukar lambaian tangan.
🍀
Shosei memang kerap berpikir jikalau dirinya adalah tipe yang impulsif. Belum ada satu minggu dirinya bersekolah di tempat ini, namun otaknya selalu percaya bahwa ia bisa melakukan yang lebih baik dari dugaan. Sebagai contoh, menghafal denah. Padahal sudah jelas ia mendengar sendiri dari Keigo bahwa seniornya itu terkadang masih salah mengambil rute. Jalanan di tempat ini penuh cabang dan kelokan, jika tidak berhati-hati bisa terdampar di sudut yang tidak diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pheromone Outbreak (COMPLETED)
Fiksi PenggemarOmegaverse/ABO Universe. Vol. 1 COMPLETED Vol. 2: 恋煩い - Lovesickness (coming soon) 「Para alpha ini menyimpang dari teori. Sejak kapan alpha memiliki tingkat ketergantungan dan kecanduan pada omega matenya lebih tinggi ketimbang sebaliknya?」