ウサギ (usagi) - Rabbit
🍀
Senior tahun ketiga itu memiliki tinggi sekitar lima belas senti di atas jidat Syoya, tapi bukan hal itu yang membuat junior dua tahun di bawahnya itu gentar. Faktanya, tidak ada yang unsur apapun yang menghalangi Syoya untuk mengepalkan jari-jemarinya menjadi sebongkah tinju, melemparkannya ke arah pelipis lawan penuh emosi.
BUGH!!
Mendengar suara benda berat berdebam di atas tanah, Shion yang tengah mencengkeram kerah kemeja seragam kotor lawan yang terbaring tak berdaya di bawahnya, urung melakukan dan memilih melepas begitu saja. Ia menoleh ke belakang dengan sedikit horor, tidak mengira bahwa bos kelompok lawan terbaring di permukaan tanah dalam keadaan sekarat. Mulut Shion terbuka dengan kaku, tidak menyangka bahwa Syoya yang nampak lembut ternyata mampu melakukan lebih dari darinya.
"Syo... ya..."
Satu lengan Sukai meraih bahu yang lebih pendek dari belakang, menarik mundur. Dada Syoya masih naik turun tidak beraturan, tangan kirinya masih terkepal tanpa gentar. Ia memang sangat benci direndahkan. Bahkan tanpa memikirkan kemungkinan jika kasus ini akan diusut, ia menyeringai tipis-menarik sudut bibir yang tercoreng darah kering ke atas, bergumam sengit, "Rasakan itu."
Shion bangkit tuk berlari kecil menghampiri kedua sahabatnya, berhenti sejenak untuk memandang kekacauan yang sudah mereka lewati. Tiga lawan lima bukanlah jumlah yang sepadan, tapi mereka bisa mengakhiri dengan kemenangan yang tak terduga.
"Kita akan dapat masalah," gumam Sukai tanpa repot mengubah ekspresi muka yang stagnan.
"Siapa peduli, mereka yang mencari masalah terlebih dahulu," balas Syoya, menepuk-nepuk debu di lengan blazernya. "Jangan mentang-mentang senior, mereka bisa menyuruh kita tunduk seenaknya."
Shion hampir tertawa. Ia melingkarkan lengannya pada pundak Syoya. "Ini kesepakatan hidup dan mati, harga diri kita bersama. Kalaupun harus bertanggungjawab, kita bertanggungjawab bersama."
Syoya memiringkan wajah, menatap wajah Shion yang begitu dengan dengannya, mengaguminya sekilas sebelum mengembalikan muka ke posisi semula. Wajahnya memerah. Ia hanya berharap sahabatnya itu tidak menangkap basah perubahan aneh yang bisa menimbulkan konspirasi. Shion memang tidak menyadari, tapi Sukai...
"Kinjo Sukai, Tsurubo Shion, dan Kimata Syoya dari kelas 1-A."
Ketiga anak yang disebut serempak membeku. Suara tegas yang berasal dari belakang punggung mereka seketika meremangkan bulu roma. Dengan hati-hati memutar badan, Kawashiri Ren menyambut dengan sepasang mata yang tersenyum seperti lengkungan bulan sabit.
"Bagaimana kalau kita berdiskusi tentang ini di ruanganku sekarang?"
🍀
Syoya mengenakan sepatu boots karetnya dengan sedikit kesal, menghentakkan kaki beberapa kali di atas lantai untuk menyesuaikan bentuk kaki dengan rongga boots yang sempit. Ekor matanya beralih pada pemuda tinggi di sampingnya yang sudah selesai mengenakan sepatu, sarung tangan karet, bahkan celemek tanpa banyak protes. Syoya pikir, mungkin Sukai mencintai ketenangan dan lebih memilih menyelesaikan masalah dengan aksi.
"Sialan, Shion melarikan diri." Jika dihitung sejak setengah jam yang lalu, mungkin ini adalah gerutuan Syoya yang kelima kali. Anak itu jarang menggerutu. Sebenarnya Syoya adalah sosok yang pintar dan rajin, bergumul melempar tinju pun bukan kegemarannya, hanya saja ia merupakan tipe yang sensitif ketika ada orang yang merasa lebih kuat atau berkuasa dari sesamanya tanpa latar belakang yang rasional.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pheromone Outbreak (COMPLETED)
FanfictionOmegaverse/ABO Universe. Vol. 1 COMPLETED Vol. 2: 恋煩い - Lovesickness (coming soon) 「Para alpha ini menyimpang dari teori. Sejak kapan alpha memiliki tingkat ketergantungan dan kecanduan pada omega matenya lebih tinggi ketimbang sebaliknya?」