FTSOL #6

5.9K 565 14
                                    

            

FTSOL #6


"Saya hanya ingin menikah sekali seumur hidup saya, Aruna. Tapi rasanya, harapan saya itu terlalu muluk untuk jadi kenyataan."

"Lo kenapa dari tadi diem aja?"

"Eh? Apa?"

"Lo ngelamun."

Aruna menghentikan gerakan tangannya mencabik-cabik roti susu yang dibelikan Ira untuk dimakan sebelum meminum obat. Ia sudah makan bubur, namun rasanya tidak enak. Kerongkongannya lebih mudah menerima roti daripada bubur yang rasanya tidak jelas. Tekstur yang terlalu lembek, hancur, dan beraroma telur. Ira mengatakan, ia mencampurkan telur ke dalam bubur sehingga rasanya lebih kaya.

"Lo mikirin apa sih?" tanya Ira. Ia merapikan selimut yang menutupi bagian pinggang sampai kaki Aruna. "Atau lo kangen sama Damar?"

Senyuman manis Ira dibalasnya dengan delikan mata.

"Damar lagi ada urusan, katanya. Kalau-kalau lo nyariin dia."

"Gue jelas nggak nyariin dia," balas Aruna.

Ira menopangkan dagu. "Run, mendingan lo pikirin lagi deh rencana lo. Gue bukannya pengen ngatur-ngatur hidup lo. Tapi, Damar itu baik banget sama lo. Ya, mungkin kelihatannya dia ketus, tapi gue yakin sebenarnya dia perhatian sama lo."

"Gue nggak akan ngubah rencana gue."

Ira menggeleng. "Tapi apa lo nggak mikirin perasaan Damar?"

"Nggak."

"Hanya karena dendam sama orangtua Eryk, lo ngorbanin perasaan Damar?" Ira berdecak. "Gue nggak ngerti deh sama jalan pikiran lo."

"Gue nggak mau bahas soal ini lagi."

"Oke kalo gitu. Lupain aja. Gue ngeliat dia tadi, trus tiba-tiba aja kepikiran soal ini."

Aruna teringat percakapan dengan Eryk kemarin pagi. Apa yang ia katakan kepada Damar adalah hal yang berkebalikan dengan yang ia alami. Eryk seolah menolaknya, jelas bukan sedang merindukannya.

Isteri Eryk sedang dalam keadaan hamil.

Eryk sudah melanggar kesepakatan mereka. Ia pikir, Eryk akan setia, tapi kenyataan yang ada, hatinya mulai bercabang. Atau mungkin telah bercabang.

Keadaannya belum pulih benar namun entah mengapa, ia sudah sangat ingin melabrak Eryk dan isterinya. Tidak hanya mereka, namun juga orangtua Eryk. Terutama ibunya.

Tapi ia harus menahan diri. Bukankah targetnya membuat Eryk dan isterinya bercerai? Hal itu akan sangat adil buat mereka semua.

Lalu soal Damar...

Soal Damar...

"Udah pulang, Dam?"

Saya nggak bisa punya dua hubungan dalam waktu yang sama

Aruna merasa tersindir saat Damar mengatakannya.

Mengapa Damar harus mengatakan hal itu? Damar bisa saja mengaku ia punya atau tidak punya pacar. Selesai.

Tadi itu yang bertanya, bukan dirinya, tapi Ira.

Ira terlihat perhatian kepada Damar. Apakah sahabatnya itu memiliki perasaan kepada Damar?

Kemarin, mereka bersama-sama mencarinya. Ira juga selalu meladeni Damar dengan ramah yang dibalas Damar dengan respon yang baik. Bukan tidak mungkin jika mereka memiliki perasaan satu sama lain.

For the Sake of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang