FTSOL #17

5K 605 44
                                    

DAMAR

Damar menghentikan mobil di depan sebuah toko bunga. Letaknya di kompleks perkantoran yang ia lewati sepulang kerja sore itu.

Ia telah merencanakan membeli bunga ketika masih berada di kantor. Ia bahkan sempat melakukan pencarian di situs Google mengenai jenis bunga yang ia rasa cocok untuk diberikan kepada Aruna. Setelah yakin akan rencananya, ia pun mencari alamat toko bunga yang recommended dan bisa ia jangkau dengan cepat.

Mengapa ia sampai harus membelikan bunga untuk Aruna? Jawabannya adalah karena ia hanya ingin memberikan bunga kepada Aruna. Ia cukup yakin Aruna akan menyukainya. Selama ini, ia belum pernah memberikan sesuatu yang berkesan romantis, misalnya bunga atau cokelat. Ia terpikir membeli bunga terlebih dulu, barulah setelah itu ia akan mempertimbangkan untuk memberikan cokelat.

Dari arah luar toko, ia bisa menemukan melalui pandangannya, deretan bunga berwarna-warni. Ia sendiri tidak tahu bunga kesukaan Aruna. Ia masuk ke dalam toko dan menemukan lebih banyak lagi jenis bunga.

"Mawar putih aja, Mbak," ucapnya setelah menjatuhkan pilihan kepada mawar putih yang berdampingan dengan mawar merah.

Dengan sigap, karyawan toko mengambilkan bunga yang telah dipilih oleh Damar. Lalu, karyawan tersebut bertanya, memastikan sekali lagi tentang bentuk rangkaian bunga yang diinginkan. Hanya mawar putih saja atau dipadu dengan jenis bunga yang lain.

"Iya. Dibuat buket bunga. Khusus mawar putih saja. 25 tangkai."

"Pakai kartu nama, Pak?"

Damar tersenyum. "Iya, Mbak."

"Baik. Atas nama siapa?"

"My wife. Aruna," jawab Damar, sedikit ragu. Awalnya ia hanya ingin mencantumkan nama Aruna saja. Untuk menambahkan kesan romantis, ia menambahkan kata My Wife di depan nama Aruna.

Ya. Aruna adalah isterinya.

Damar tidak bisa menahan senyum di wajahnya. Membayangkan ia memberikan buket bunga tersebut nanti, membuatnya jadi merasa ganjil di dalam dirinya. Ia tidak ingin berekspektasi macam-macam mengenai respon Aruna saat ia memberikan bunga. Ia hanya berharap Aruna menyukainya. Syukur-syukur mengucapkan terimakasih.

Tetapi, bagaimana jika lebih daripada itu? Aruna menciumnya, misalnya? Bagaimana ia akan menghadapinya?

Setelah melakukan pembayaran, Damar pun berjalan keluar dari toko dengan membawa buket bunga bersamanya. Ia takjub kepada dirinya sendiri karena mau melakukan hal yang ia pikir bukan sesuatu yang mungkin akan ia lakukan. Untuk kepribadiannya yang cukup kaku, memberikan bunga kepada pasangan adalah satu hal yang tidak terpikir untuk ia lakukan. Jika disuruh memilih, ia lebih nyaman membelikan makanan atau mengajak Aruna ke tempat-tempat yang disukainya.

Tetapi jika Aruna ternyata menyukai bunga pemberiannya ini, ia tidak akan ragu untuk memberikannya lagi di kesempatan lainnya.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, Damar mengamati lagi buket bunga yang ia letakkan di kursi di sebelahnya. Ia menghela napas panjang-panjang. Setelah benar-benar yakin, ia pun turun dari mobil.

Ia melihat mobil Aruna terparkir manis di garasi. Ia berjalan menuju teras rumah kemudian mengeluarkan kunci dari saku celananya. Ia ingin membuat kejutan.

"Aruna?" panggil Damar ketika memasuki ruang tengah. Masih sambil membawa buket bunga, ia memeriksa ke dalam pantri, kamar, hingga balkon, tetapi Aruna tidak ada.

Damar meletakkan buket bunga ke atas meja saat ia kembali lagi ke ruang tengah. Ia bermaksud menanyakan keberadaan Aruna dengan mengirimkan WA. Tetapi, tiba-tiba terdengar bel.

For the Sake of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang