Heesung menyobek bungkus permen dan memasukkan permen itu ke dalam mulutnya. Sudah beberapa bulan terakhir dia mencoba untuk berhenti merokok, sesuai dengan permintaan seseorang. Masih berkutat dengan bolpen dan buku di tangannya, menyisir rak-rak untuk memastikan apakah label harganya sudah terpasang dengan benar.
Saat ini dia bekerja paruh waktu di sebuah minimarket 24 jam. Terkadang dia mengambil shift malam, kadang juga pagi seperti sekarang. Dia sudah menyerah untuk meminta dikuliahkan kepada orang tuanya. Atau tidak. Heesung bahkan tidak pernah meminta lagi sejak kedua orang tuanya bertengkar hebat waktu itu.
Lulus SMA, dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Beruntung, dia melihat lowongan pekerja paruh waktu di sini. Heesung berpikir untuk mencari uang, menabung hasilnya, lalu dia akan ikut tes masuk universitas tahun depan.
Setidaknya begitulah rencana hidupnya saat ini.
Dia tidak lagi berharap pada orang tuanya yang hanya tahu adu mulut ketika mereka bertemu. Heesung sudah lama tidak peduli, asalkan ayahnya tidak melukai ibunya saja dia akan diam dan menutup mata.
"Kak!" tiba-tiba seseorang memukul punggung Heesung dengan cukup keras.
Anak ini!
"Sunoo! Sudah ku bilang jangan mengendap-endap begitu. Kau terlihat seperti pencuri," sergah Heesung sambil memungut bolpennya yang terjatuh saking kagetnya dia.
Anak bernama Sunoo itu hanya tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit. Dia menyodorkan sekotak susu dan snack pada Heesung, memberinya isyarat untuk segera menghitung harganya.
Pip!
"Jangan bilang padaku kalau hanya ini makan siangmu," kata Heesung.
"Tidak, kok. Kebetulan aku hanya sedang menginginkannya,"
Sunoo tersenyum lagi mengamati Heesung yang sedang menghitung uang kembaliannya, sampai sudut matanya menangkap sesuatu yang menempel di perpotongan bahu dan leher Heesung, koyo' pereda nyeri, "Kakak lagi sakit?"
"Hah? Enggak tuh"
Sunoo menunjuk pada koyo' yang dipakai Heesung.
"Cuma pegal-pegal aja," jawab Heesung singkat dan memberikan kembalian pada Sunoo.
"Aku kan sudah bilang jangan ambil shift jaga orang lain," Sunoo menggerutu, "kakak pikir aku nggak tahu kalau kakak juga ngambil shiftnya pak manager, huh? Lagian dia nggak bakal ngasih kakak uang lembur."
"Aku tahu, aku cuma lagi males pulang ke rumah. Berisik."
Sunoo hanya menghela napas pasrah. Dia terlampau tahu apa saja yang sudah dialami Heesung sampai saat ini. Heesung dan Sunoo tumbuh bersama sejak kecil karena mereka tinggal di lingkungan rumah yang sama. Heesung kecil tidak punya begitu banyak teman dan Sunoo datang dengan uluran tangan ketika bocah itu terjatuh sehabis dikerjai oleh anak-anak lain.
"Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan di sini? Belum jam pulang sekolah lho, kamu bolos?" tanya Heesung pada Sunoo yang masih belum beranjak dari depan kasir. Untung saja minimarket sedang sepi sehingga dia tidak akan mengganggu pembeli yang lain.
Sunoo menyedot susu di tangannya sebelum menjawab, "Enak aja, aku nggak bolos ya. Emang lagi jamkos, kak. Daripada mainan gak jelas, mending pulang sekalian bisa nyamperin kakak di sini."
"Oh iya!" Sunoo merogoh kantongnya dan mengeluarkan banyak permen dari sana.
"Nggak perlu kasih permen lagi, aku bisa beli sendiri," meskipun Heesung bilang begitu, tangannya telaten memunguti permen di atas meja.
"Aku kan udah janji bakal nyetok permen buat kak Heesung biar kakak berhenti ngerokok."
Sunoo lah orangnya.
Orang yang meminta Heesung berhenti menjadikan rokok sebagai pelampiasan. Anak yang baru menginjak 1 SMA itu dengan gigih mengatakan bahwa rokok hanya akan membuat Heesung terlihat semakin tua dan tidak sehat. Lalu dengan senang hati Heesung mengiyakan dan melakukannya hingga sekarang.
"Mau nunggu di sini sampai malam?" tanya Heesung.
Sunoo melirik ke bangku payung di luar lalu menggeleng, "Nggak deh, habis ini jam pulang sekolah, kakak pasti sibuk. Aku pulang aja, mama pasti masih tidur kalau jam segini."
Heesung hanya mengangguk menatap punggung kecil itu hilang dari hadapannya. Dia meraih koyo' yang tertempel di bahunya dan melepasnya. Bahunya sudah tidak lagi sakit dan tenaganya sudah pulih meski dia belum tidur dari tadi malam.
Demi Sunoo, dia harus jadi orang yang tegar. Pundaknya harus cukup kuat untuk tempat anak itu bersandar. Persis seperti bagaimana bocah itu selalu menjadi rumahnya untuk pulang dan istirahat mengambil napas.
.
.
Sunoo menutup pintu dengan sangat pelan. Rumah apartemen ini tidak cukup besar, satu deritan pintu bisa mengusik sang ibu dari tidur lelapnya setelah bekerja semalaman. Jika sudah begitu, ibunya akan marah dan mencaci maki Sunoo seperti tidak ada hari esok.
"Ahhh terus sayanghh... begitu iya-h"
Sunoo membatu di tempatnya. Tiba-tiba tangannya berkeringat dingin. Bukan pertama kali ibunya membawa pelanggan ke rumah, tapi tidak di siang bolong begini!
Ibu Sunoo adalah seorang pelacur.
Dia bekerja di sebuah bar yang Sunoo tidak tahu dan tidak ingin tahu dimana. Sejak kecil orang-orang meneriakinya sebagai 'anak haram' atau 'anak pelacur'. Dia yang masih kecil waktu itu tidak paham kenapa orang-orang membencinya, jadi dia hanya akan menangis sendirian kemudian bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa.
Langkahnya gemetaran saat melewati depan kamar ibunya yang ternyata tidak tertutup. Malah terbuka lebar tanpa tahu malu. Tidak ada jalan untuk menghindarinya mengingat rumah ini hanya sepetak. Sunoo terpaksa berjalan melewati ruangan laknat itu.
Entah apa yang merasukinya, Sunoo melirik kaku ke kamar ibunya. Pemandangan itu. Pemandangan yang pernah membuatnya trauma. Di sana ada wajah ibunya yang terpejam dengan mulut terbuka sementara tubuhnya terus terlonjak akibat hentakan seorang pria di atasnya –entah siapa.
Tapi, kali ini ada yang berbeda.
Sunoo buru-buru lari ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya saat itu juga. Dia mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu, menggenggam kedua tangannya yang gemetaran satu sama lain.
Dia yakin dia tidak berhalusinasi, pria yang sedang menyetubuhi ibunya barusan, tersenyum ke arahnya.
-tbc-

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SHOULDER| Heeseung X Sunoo [ILAND]
Fanfiction"Your shoulder is my favorite place to lean back," . . . . . !baku !bxb