Mulut pria tua itu bisa saja berbusa saking cepatnya dia bicara. Pria itu menunjuk Heesung dengan air muka penuh kemarahan. Sudah seminggu ini minimarket mengalami rugi, entah karena Heesung yang salah hitung ataukah memang ada yang mencuri uangnya.
Tapi siapa sih yang akan mencuri uang dari kasir kalau tidak kasir itu sendiri. Atau minimal, penjaga tokonya yang kurang waswas.
Setidaknya itulah yang dipikirkan pria tua yang menjabat sebagai manager sekaligus pemilik minimarket tempat Heesung bekerja.
Setelah menceramahi Heesung panjang lebar, pak manager keluar dari toko dengan tergesa. Dia bisa saja memecat Heesung, tapi di balik muka galaknya, pak manager adalah orang yang baik. Dia tahu Heesung bukanlah orang yang akan mencuri walau sesulit apapun keadaannya.
Tapi bisa jadi Heesung hanyalah pemuda yang lalai.
"Kak, ada apa?" tanya Sunoo pada Heesung yang baru saja mengantar kepergian managernya di depan pintu. Saat ini Sunoo sedang duduk di meja payung minimarket sambil menikmati sekaleng cola.
"Minimarket rugi lagi,"
"Kok bisa?"
Heesung mengusap wajahnya kasar, "Ada beberapa barang yang hilang dari rak. Maksudku, jumlah barang yang terjual tidak sama dengan uang yang masuk."
"Maksudmu ada yang tidak membayar begitu?"
Heesung mengangguk. Seingatnya, dia selalu mengawasi minimarket, tidak pernah tertidur di jam kerjanya. Kecuali Sunoo yang ahli mengendap-endap, pintu minimarket pasti berbunyi jika ada yang keluar masuk. Dia juga yakin para pelanggan sudah membayar dan dia memberikan kembalian yang pas, tidak kelebihan.
Heesung masih sangat pintar menghitung uang ngomong-ngomong.
"Kamu masih di sini?" tanya Heesung.
Sunoo mengangguk.
"Tidak ada tugas sekolah?"
"Sudah selesai."
"Kamar sudah dibersihkan?"
"Kamarku terlalu rapi untuk dibersihkan seminggu sekali," Sunoo meneguk sekaleng cola di tangannya.
"Tidak ingin pergi bermain?"
"Sedang ku lakukan sekarang, di sini."
"Tidak mau jalan-jalan?"
"Kakak mau jalan-jalan?" Sunoo balik bertanya dengan mata berbinar.
Heesung menggeleng, "Aku sedang sibuk sekarang. Kalau kamu tidak ada kerjaan mending pulang."
"Tidak mau," Sunoo menegakkan duduknya, "aku akan tetap di sini. Kak Heesung silahkan fokus bekerja. Anggap aja aku salah satu tanaman di pot-pot ini, tidak usah pedulikan aku."
Heesung tidak menjawab lagi dan masuk kembali ke dalam minimarket.
Bagaimana dia bisa tidak peduli? Bagaimana mungkin dia memperlakukan bocah kesayangannya seperti tanaman di pot yang hampir tidak pernah diberi air itu. Yang masih hidup karena Tuhan belum menginginkannya mati walaupun tidak pernah disirami.
Tidak, Sunoo terlalu berharga sampai Heesung bukan hanya ingin menyiraminya tapi juga memberinya pupuk dan mengelap daunnya setiap hari sampai mengkilat.
Beruntung bagi Sunoo karena Heesung tidak menanyainya macam-macam tentang kenapa dia tidak ingin pulang ke rumah.
Sunoo trauma.
Berlama-lama di rumah itu hanya akan membuat Sunoo semakin merasa tidak aman. Rumah itu terasa lebih berbahaya baginya daripada gang sempit gelap yang selalu dihindarinya tiap pulang malam hingga harus mengambil jalan memutar.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SHOULDER| Heeseung X Sunoo [ILAND]
Fanfiction"Your shoulder is my favorite place to lean back," . . . . . !baku !bxb