Lagi-lagi, hanya terdengar suara bising dari pertengkaran kedua orang tuanya di rumah Heesung. Baru saja dia memantapkan hatinya untuk pulang karena tubuhnya sudah tidak kuat dibuat lembur lagi.
Dia ingin tidur. Ingin istirahat. Tapi kalau begini caranya, bagaimana?
Meneguk segelas air kemudian berjalan tergesa ke kamar orang tuanya. Heesung ingin sekali tidak peduli. Tapi ketika mendengar mereka menyebut namanya dan keinginannya untuk kuliah dalam perdebatan mereka, Heesung tidak ingin diam saja. Dia tidak ingin dilibatkan lagi.
Heesung membanting pintu kamar hingga membuat orang tuanya mematung sejenak.
"Anak ini.."
"Tolong hentikan," ujar Heesung sambil menatap ayah ibunya penuh intimidasi.
Ayahnya menunjuk muka Heesung penuh amarah, "Apa ayah ibumu ini tidak pernah mengajarimu sopan santun? Tiba-tiba memotong pembicaraan orang lain begitu saja bahkan sampai membanting pintu"
"Iya! Memangnya kapan aku diajari ketika ayah dan ibu hanya sibuk bertengkar!" Heesung tidak lagi bisa menahan amarahnya.
Tubuhnya lelah, pikirannya sedang kacau.
"Heesung-ah..."
Heesung mencoba mengatur kembali napasnya. Menenangkan dirinya sendiri. Dia tidak ingin menjadi sama-sama meledak atau masalahnya akan semakin panjang
"Berhentilah membawa namaku dan pendidikanku dalam pertengkaran kalian. Jika kalian tidak ingin membiayaiku tidak apa, aku tidak akan minta dan aku tidak akan mempermasalahkannya. Tapi tolong, aku mohon bisakah kalian sehari saja, hanya sehari, tidak saling berteriak satu sama lain seperti ini. Tidakkah kalian bosan?"
Ayah dan ibunya diam menunduk.
"Betapa buruknya aku, hingga anakku sampai bisa berkata demikian," gumam ibu Heesung sambil menyisir rambut panjangnya ke belakang.
"Baru sadar? Baru sadar jika kosmetik dan pakaian mahalmu itu menyedot habis darah anakmu, hah?"
"Apa kau bilang?!" ibu Heesung menarik baju suaminya dengan kedua tangan, "Kalau saja kau bekerja lebih baik, kau tidak akan dipecat dari tempat kerjamu sebelumnya"
Heesung menghela napas lelah. Percuma saja. Tidak ada artinya mau dia bicara atau tidak. Orang tuanya tetap akan melakukan apa yang ingin mereka lakukan.
"Ayah, ibu," panggil Heesung, "Aku bukanlah seorang konsultan atau apapun itu namanya. Tapi ijinkan aku memberi satu saran untuk kalian–"
Heesung sudah menyerah. Sejak lama.
"Kalian cerai saja."
Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, Heesung pergi meninggalkan rumah. Tak lupa dengan bantingan pintu. Dia tidak tahu bagaimana reaksi kedua orang tuanya setelah mendengar perkataannya barusan. Akan lebih baik jika mereka sadar lalu bilang, benar kita cerai saja daripada terus seperti ini.
Heesung tidak tahu lagi dia harus pergi kemana, dia hanya ingin lari jauh dari tempat ini sekarang juga. Sebelum semuanya menjadi semakin berat dan dadanya terasa semakin sesak.
"Kak!"
Ada Sunoo di dekat gerbang apartemen. Dia tersenyum pada Heesung sambil melambaikan tangannya.
"Kamu ini stalker ya?"
Sunoo menggaruk pipinya gusar, "Tadi aku melihat –entah guci atau semacamnya terlempar keluar jendela dari lantai apartemenmu. Aku bertanya-tanya apakah kakak baik-baik saja."
Tidak. Heesung sama sekali tidak sedang baik-baik saja.
.
.
Sunoo berlari dengan tangan Heesung di genggamannya. Mereka sudah seperti itu sejak keluar dari lingkungan apartemen hingga kini berada di jalan yang Heesung tidak tahu dimana. Dia sudah berlari cukup jauh, tapi kakinya sama sekali tidak terasa lelah. Bagaimana dia bisa merasa lelah ketika Sunoo di depannya berlari dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
Langit sudah gelap ketika mereka berhenti di sebuah tempat.
"Ini dimana?" tanya Heesung.
Sunoo mengatur napasnya lalu menggeleng, "Aku tidak tahu apa namanya, tapi bagus bukan?"
Sunoo menunjuk jauh ke luar pagar. Sekarang mereka sedang berada di sebuah tempat yang tinggi. Cukup tinggi untuk bisa melihat pemandangan lampu-lampu kota yang bersinar mengalahkan sinar bintang di atas langit.
Heesung melihat pemandangan itu penuh kekaguman. Darimana Sunoo tahu tempat seindah ini?
"Setiap aku merasa lelah, aku selalu datang ke sini. Berpikir apa yang orang-orang lakukan di tengah lampu-lampu seterang itu, pasti menyenangkan."
"Kak," Sunoo menepuk pundak kanannya. Memberi isyarat pada Heesung untuk menyandarkan kepalanya di sana dan hanya dituruti Heesung tanpa banyak bicara.
"Cantik, kan?"
"Mn," Heesung hanya menjawab dengan gumaman.
"Karena malam sangat gelap, makanya lampu-lampu itu ada untuk meneranginya."
Heesung mendengarkan ocehan Sunoo di telinganya. Semakin mendekatkan kepalanya ke leher Sunoo, menghirup aroma manis yang menguar dari tubuh pemuda itu.
Menenangkan sekaligus memabukkan. Heesung jadi candu.
"Sama seperti lampu-lampu itu, manusia akan menjadi penerang bagi manusia lainnya. Memberikan cahaya di tengah gelapnya dunia mereka sehingga mereka tidak akan jatuh karena tidak bisa melihat. Semakin banyak manusia di hidupmu, kau akan tumbuh lebih dewasa terlepas apakah mereka akan membantumu berjalan atau malah membakar bajumu. Tapi kakak tahu–"
"Apa?"
"Di duniaku, aku tidak butuh banyak orang. Aku cuma butuh kakak jadi lampuku. Oleh karena itu, kuatlah," Sunoo meraihkan tangannya ke surai hitam Heesung dan mengelusnya lembut, "jika kakak mulai kehabisan bahan bakar dan meredup, aku akan menambahkan minyak lagi biar kakak tetap bersinar."
Seslalu begitu. Selalu Sunoo dengan kata-kata manisnya. Pemuda itu tidak pernah berpikir tentang perasaan Heesung ketika dia mendengar Sunoo merayunya dengan begitu lihai. Membuatnya jatuh lebih dan lebih lagi.
Heesung yakin, sudah tidak ada jalan baginya untuk kembali. Dia hanya ingin terus tenggelam dalam lautan pesona seorang Kim Sunoo.
Bahkan jika Sunoo membuangnya, Heesung tidak akan berpaling.
"Sunoo"
Cup!
Heesung sukses mendaratkan bibirnya di atas bibir Sunoo. Hanya sepersekian detik dan itu sudah membuat jantung Sunoo berhenti berdetak.
"Aku juga," Heesung menatapnya dalam, "hidupku yang keras dan dunia begitu kejam padaku, tapi aku tidak pernah menyesal. Karena kamu satu-satunya yang terasa indah ada di sini bersamaku."
-tbc-
![](https://img.wattpad.com/cover/232677494-288-k117038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SHOULDER| Heeseung X Sunoo [ILAND]
Fanfiction"Your shoulder is my favorite place to lean back," . . . . . !baku !bxb