Mendapati Sunoo yang pingsan, Heeseung tidak bisa berhenti panik. Dia memakaikan Sunoo baju seadanya, menggendongnya di punggung dan bergegas mencari pertolongan. Rumah sakit terlalu jauh dari sini, tapi Heeseung ingat Sunoo pernah mengatakan ada orang Jepang baru di perumahan sebelah yang membuka klinik.
Tidak butuh waktu lama bagi Heeseung untuk sampai di gerbang dengan plakat bertuliskan 'Klinik' itu. Dia menggedor gerbangnya dengan keras. Mengabaikan sopan santun karena demi Tuhan Sunoo butuh pertolongan sekarang.
Pintu gerbang itu terbuka, menampilkan seorang anak laki-laki yang tampak seperti anak SD, "Siapa?"
"Tolong kami,"
Anak itu –Taki mengamati siapa yang sedang digendong oleh Heeseung, "Sunoo?"
"Cepatlah!"
"Otou-san!!"
Beruntung hanya ada Sunoo sebagai pasien di klinik itu sehingga dokter bisa menanganinya dengan cepat. Apalagi anak semata wayangnya ikutan panik karena temannya sedang sekarat.
Sudah hampir 2 jam Heeseung duduk di ruang tunggu, ditemani oleh Taki. Kedua tangan Heeseung saling bertautan, menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh lagi. Melihat itu, Taki mencoba untuk menenangkan.
"Tenang saja, kak. Ayahku adalah dokter yang hebat, Sunoo pasti baik-baik saja.
Heeseung hanya mengangguk pelan.
Tepat saat itu, ayah Taki keluar dari ruang periksa, menghembuskan napasnya kasar, "Kau yang melakukannya?" tanyanya pada Heeseung yang berdiri kaku.
Heeseung menggeleng lemah. Ingin rasanya dia menanyakan bagaimana kondisi Sunoo, tapi lidahnya terlalu kelu.
"Sunoo mengalami pendarahan, anusnya robek..." Heeseung tidak kuasa mendengar penjelasan dari sang dokter, sungguh dia ingin membunuh orang yang telah melukai Sunoo-nya, "aku sudah mengobatinya, tidak perlu ke rumah sakit juga tak apa. Tapi..."
Dokter itu menggantung kalimatnya saat melihat ekspresi Heeseung dan lagi-lagi menghela napas, "Laporlah ke polisi, nak. Ini bukan sesuatu yang bisa kau atasi sendiri."
Heeseung menatap sang dokter dengan mata berkaca-kaca, "Tidak. Kalau polisi bisa melakukan sesuatu untuk kami, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini."
"Aku bisa mengobati luka di tubunya, tapi tidak dengan hatinya. Kejadian ini bisa saja menimbulkan trauma yang sangat besar bagi Sunoo."
"Saya tahu itu. Lalu, apakah saya boleh menemuinya sekarang?"
"Tentu saja. Dia pasti masih tidur karena bius. Dan juga, aku mengatakan ini agar kau tidak terlalu terkejut. Saat dia bangun nanti, mungkin saja dia tidak mengenalimu lagi Nak Heeseung,"
Heeseung sudah tahu dan dia sudah siap dengan segala kemungkinan, "Iya, saya mengerti."
.
.
Tangan Heeseung menggenggam jemari Sunoo erat-erat. Mengelus puncak rambutnya sesekali sambil memandangi wajah damai itu.
Sungguh, dia tidak ingin Sunoo mengalami penderitaan semacam ini. Seandainya dia lebih kuat, dia pasti bisa melindunginya.
Heeseung menyembunyikan wajahnya di atas tangan Sunoo yang dia genggam. Menangis lagi. Mungkin di dunia ini tidak ada lagi pria yang lebih cengeng dari Heeseung. Tapi dia tidak peduli, hatinya terlalu sakit. Sunoo tidak pantas diperlakukan seperti ini. Apa salahnya? Apa salah mereka sebenarnya?
"Kenapa kakak menangis?" suara lemah Sunoo tertangkap pendengaran Heeseung. Dia tidak bermimpi. Sunoo tersenyum ke arahnya.
Heeseung ingin bertanya bagaimana keadaannya tapi sudah pasti Sunoo tidak baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja, kak," katanya seolah tahu isi pikiran Heeseung.
"Tidak. Kamu sama sekali tidak sedang baik-baik saja."
Sunoo tersenyum lagi, "Ada kakak di sini, bagaimana aku bisa tidak baik-baik saja."
"Jangan tersenyum. Tolong jangan tersenyum seperti itu sementara tubuhmu menahan sakit, Sunoo. Itu melukaiku lebih dari apapun,"
Air mata mulai turun di pipi Sunoo, "Aku tidak ingin menangis di depanmu, kak. Kakak pernah bilang padaku bahwa senyumanku membuat hidup kakak ribuan kali lebih baik dan aku tidak ingin menghancurkan itu."
"Menangislah, ku mohon!" suara Heeseung meninggi, "ku mohon..."
"Aku menangis sekarang," Sunoo menunjukkan air mata di pipinya masih tersenyum kecil.
Heeseung tidak tahu harus bagaimana lagi, "Sunoo," lirihnya.
"Kak," panggil Sunoo, "aku ingin pergi. Aku ingin lari."
"Ya. Kita akan lari."
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SHOULDER| Heeseung X Sunoo [ILAND]
Fiksi Penggemar"Your shoulder is my favorite place to lean back," . . . . . !baku !bxb