24 November 2021
Revisi : 10 Maret 2024
***Gadis dengan seragam khas sekolah SMA Garuda Putih berlari kencang menuju pagar sekolah. Ia melihat sebentar jam yang melingkar di tangan kanannya. Lima menit lagi, maka gerbang sekolah akan ditutup, dan ia tidak akan mengikuti kegiatan sekolah hari ini. Suasana pagi yang seharusnya damai, menjadi panik tak karuan, serta debaran jantungnya menggelora saat ia sudah melihat ke arah lapangan sekolah yang sudah dipenuhi siswa untuk memulai kegiatan upacara.
Ia kembali berlari tetapi tak sekencang saat ia mencapai pagar sekolahan tadi. Tas yang berada di punggungnya sangat mengganggu. Namun, ia harus menaruhnya terlebih dahulu ke dalam kelas sebelum akhirnya ikut berbaris ke lapangan.
Ia adalah Zanetta, Si Gadis Olimpiade yang selalu disebut namanya. Si juara paralel yang bertahan sejak dua tahun terakhir. Menjadi kebanggaan guru, dan sangat jarang orang membencinya.
Mungkin hari ini bisa dibilang hari kesialan. Sebab angkot yang tadi dinaiki mengalami kendala saat di tengah jalan. Keadaan yang sangat tidak stabil, para penumpang begitu saja marah. Termasuk dirinya yang merasakan kecemasan yang mendalam, berharap bisa mengikuti pelajaran sekolah hari ini.
Derap langkah kakinya yang bergemuruh berbelok ke arah koridor sebelah kiri. Mulai mendekati tangga naik ke lantai dua, tempat di mana kelasnya berada. Namun akibat dirinya yang ceroboh dan terburu-buru, ia tidak memperhatikan lagi jalan mana yang ia ambil sehingga tubuhnya tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja akan menuruni tangga. Tabrakan yang sangat keras, sampai berakibat pada kepalanya yang berkunang karena terbentur tepat pada tubuh jangkung milik laki-laki yang ia sendiri tidak tahu siapa. Karena sebelum ia menatap muka sang korban, kepalanya sudah berkunang dan mulai muncul bintik-bintik hitam hingga memenuhi matanya. Tidak berselang lama tubuhnya limbung ke belakang, akibat respon tubuhnya yang tidak normal ia tak sadarkan diri hingga terjatuh membentur lantai yang dingin.
***
Zanetta sudah menduga jika ia akan berakhir pada ruangan berbau obat-obatan yang berada di sekolah ini. Zanetta menutup matanya sebentar, lalu membukanya kembali.
"Minyak kayu putih, Kak."
Zanetta akan berteriak jika saja energi dalam tubuhnya pulih. Tidak dipungkiri, adik kelasnya, salah satu anak PMR yang menjaga UKS hari ini tiba-tiba saja muncul dari balik tirai putih, tangannya diulurkan ke depan membawa botol kecil berisi minyak kayu putih.
"Ehm, maaf." Zanetta berdeham kecil, berusaha untuk mengkondisikan wajahnya agar terlihat seperti biasa saja. "Terima kasih."
"Kakak lapar? Tadi kata dokter, Kakak pingsan karena kurang energi. Kayaknya kakak belum makan."
Zanetta tersenyum kikuk. Ia akui, pagi tadi memang dirinya belum sempat sarapan, karena beberapa pekerjaan perlu diselesaikan saat itu juga, hingga Zanetta melupakan sarapan paginya.
"Boleh," ujarnya menjawab pelan. Zanetta berusaha menegakkan badannya dari tempat tidur. Pusingnya kembali terasa saat tubuhnya sudah dalam posisi duduk di atas ranjang. Namun begitu, tubuh Zanetta perlu diisi makanan agar tidak pingsan seperti tadi.
Zanetta mengambil mangkuk berisi bubur yang telah diberikan pada adik kelasnya tadi. Sepertinya Zanetta sudah terlalu lama pingsan. Ia tidak tahu jam berapakah saat ini. Apakah upacara telah selesai? Apakah kelas pertama sudah di mulai? Dirinya tidak terlalu memusingkan itu lagi, karena fokus akan tubuhnya yang belum sepenuhnya sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Intimidator
Teen FictionSeharusnya Zanetta menikmati masa sekolah yang menyenangkan dengan keadaan damai tanpa gangguan dari pihak manapun. Namun saat hari pertama di kelas dua belasnya, seketika hidup Zanetta berlawanan arah, tak seperti dua tahun sebelumnya yang sangat...