Tau nggak sih, gue pikir nggak ada lagi yang baca cerita ini, ternyata masih ada yang vote. Maaf ya, gue author yang mood mood-an, ngetik kalo ada ide doang haha. Semoga suka bab kali ini!
Happy reading!
17 September 2020
[Revisi : 9 Juni 2024]***
"Sshhh." Zanetta meringis perih. Lukanya kembali terbuka karena tadi siang Ares tidak sengaja menyenggol perbannya. Zanetta tidak dapat menahan berat tubuhnya lagi karena kepalanya yang semakin bertambah sakit. Jadi, siang tadi Ares mengambil alih tubuh Zanetta dengan cara menggendong seperti karung beras, yang mengakibatkan luka Zanetta tertekan, padahal belum sepenuhnya kering.
Tubuh Zanetta sangat panas, serta badannya juga terasa sangat lemas. Bahkan untuk berbalik saja Zanetta tidak bertenaga. Zanetta terus-terusan meringis perih karena lukanya.
"Kapan hasil pemeriksaannya keluar, Bu?" tanya Zanetta kepada Belinda yang duduk di kursi kecil kamarnya.
"Besok, deh, katanya. Tapi waktunya pagi atau kapan, Ibu belum tahu, katanya nanti di kabarin."
Mendengar hal itu, Zanetta mengangguk pelan. Zanetta menatap infusan yang berada di tangan kirinya. Seharusnya, Zanetta saat ini bermalam di rumah sakit, tubuhnya butuh cairan tambahan agar tidak lemas. Namun Zanetta bersikeras untuk melakukan rawat jalan. Alhasil, Zanetta harus di infus di rumahnya sendiri. Zanetta harus menghabiskan satu botol cairan yang tergantung di tiang samping kasurnya tersebut sampai dokter memberitahukan hasil pemeriksaan.
Menurut diagnosa dokter, Zanetta memiliki ciri orang yang terkena tifus. Jika besok hasil pemeriksaan telah keluar dan Zanetta benar dinyatakan tifus, Zanetta harus kembali ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
"Besok luka kamu dibersihkan sama Mba Arin."
"Ibu minta tolong Mba Arin?" tanya Zanetta. Mba Arin adalah nama tetangga Zanetta yang jarak rumahnya tidak jauh dari rumah Zanetta. Perempuan berusia 32 tahun itu adalah salah satu perawat yang bekerja di rumah sakit Citra Medika Hospital. Zanetta sangsi jika sudah Mba Arin yang akan membersihkan lukanya. Zanetta yakin pasti Mba Arin akan menggunakan cairan untuk mencuci luka seperti Natrium Klorida.
"Ibu cerita di warung, kebetulan ada Mba Arin. Katanya Mba Arin luka kamu harus dibersihkan, tadi sempat kebuka, kan? Mba Arin bilang takut infeksi kalo nggak segera."
"Takut, Bu."
Belinda berdecak sebal. "Kamu cemen banget."
"Zanetta juga manusia."
"Tidur. Berdebat sama kamu mah nggak ada habisnya ntar." Belinda sontak berdiri, ia menatap Zanetta sebentar, kemudian berlalu mematikan lampu kamar Zanetta dan pergi menutup pintu.
***
"Beb! Ya ampun! Kok bisa gini, sih?" Rhea membuka pintu kamar Zanetta dengan tergesa. Kedua tangan yang tadinya membawa parsel buah langsung saja ia letakkan ke sembarang tempat. Tubuhnya langsung tertuju pada Zanetta yang terbaring di atas kasur.
"Lo alay banget."
"Lo diem deh, jablay," ujar Rhea menyahuti lawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Intimidator
Teen FictionSeharusnya Zanetta menikmati masa sekolah yang menyenangkan dengan keadaan damai tanpa gangguan dari pihak manapun. Namun saat hari pertama di kelas dua belasnya, seketika hidup Zanetta berlawanan arah, tak seperti dua tahun sebelumnya yang sangat...