Revisi : 24 Mei 2024
***
"Gue yakin ini bukan Volcra," bisik Rhea tepat pada telinga Zanetta.
Zanetta melirik sekilas ke arah dengkulnya yang sudah diperban. Darahnya sudah berhenti mengalir sejak obat merah diteteskan dan mengering di dengkulnya. Namun walaupun begitu rasa sakitnya tidak bisa hilang begitu saja, ia hanya bisa meringis pelan untuk menahannya.
"Mereka nggak sekolah?" tanya Zanetta pelan juga. Keduanya menatap Jason dan Azhar yang sedang merokok di kursi warung bagian depan, dengan jaket kebanggaan milik Volcra- black sword.
Rhea mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya secara bersamaan. "Gue memang udah lama selalu di lingkungan Volcra, tapi gue nggak pernah masuk secara dalam tentang mereka," lanjutnya berbicara.
"Berarti tiga orang yang pakai baju hitam bukan Volcra?"
Rhea menggeleng pelan. "Lo pikir aja, mana ada anak sekolahan dengan badan segede itu."
"Terus sekarang gimana? lo jangan nakut-nakutin."
"Balik ke sekolah. Gue kadang nggak ngerti dengan pola fikir Volcra."
"Ayo," ajak Rhea kepada Zanetta.
"Cah ayu mau kemana? Habisin dulu teh hangatnya." Tiba-tiba mbok pemilik warung masuk ke dalam, ia menatap Zanetta dan Rhea yang sudah berdiri dari tempatnya, meninggalkan dua gelas teh hangat yang sisa setengah dan beberapa gorengan hangat.
"Sekolah, Mbok. Nanti ketinggalan pelajaran," jawab Zanetta dengan lembut.
"Ndak papa, lah. Nanti Mbok izinkan saja ke sekolahmu, lebih baik pulang ke rumah dan istirahat."
"Nggak papa Mbok, masih sehat ini. Nanti jadi ngerepotin," ujar Zanetta tidak enak hati.
"Kenapa rame-rame?" Mendengar perbincangan ramai, Jason ikut menyusul Mbok Darmi yang sedang berbincang dengan Zanetta dan Rhea. Wajar saja, jarak antara warung dalam dan diluar hanya beberapa langkah, jadi jelas saja Jason terdengar. Warung Mbok hanyalah gubuk kecil yang berada di jalan samping sekolah.
"Ini loh, cah ayu katanya mau balik ke sekolah. Mbok larang, kasian lihatnya gini."
Zanetta dan Rhea melirik sesama. Kemudian menatap Jason yang masih menghisap rokoknya.
"Duduk, jangan bantah. Tunggu gue selesai."
Zanetta dan Rhea saling melirik, lalu kembali duduk, keduanya menatap Jason berbincang lagi di luar warung bersama Azhar dan ketiga pria berbaju hitam. Zanetta tidak mengerti apa yang terjadi, semua ini pasti bukan kebetulan. Semenjak kejadian dirinya pingsan, perlahan-lahan hidup Zanetta terus bersinggungan dengan lingkungan Volcra.
Zanetta tidak menyalahkan Rhea, tidak. Tanpa Rhea pun Zanetta bertemu dengan kelompok Volcra, yang jelas dari dulu Zanetta hindari kehadirannya. Namun, Zanetta sangat benci jika akhir-akhir ini alur hidupnya seperti berubah. Zanetta harus benar-benar mengindarinya!
"They're dangerous. Lebih baik lo menghindar daripada kena masalah."
"Nggak usah dekat dengan mereka, mereka menakutkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Intimidator
Teen FictionSeharusnya Zanetta menikmati masa sekolah yang menyenangkan dengan keadaan damai tanpa gangguan dari pihak manapun. Namun saat hari pertama di kelas dua belasnya, seketika hidup Zanetta berlawanan arah, tak seperti dua tahun sebelumnya yang sangat...