22 April 2022
Revisi 15 April 2024***
Hujan sudah mulai berhenti saat Zanetta melirik jam yang sudah menunjukkan tepat pukul 8 malam. Matanya memindai- melihat kondisi sekitar yang sepertinya tidak ada orang di sekitaran rumah. Biasanya Belinda- Ibu Zanetta, akan duduk di depan teras sambil menikmati semilir angin yang berhembus.
Ke mana Ibunya?
Setelah pulang dari sana- ah Zanetta tidak perlu menjelaskan ke mana terakhir kali ia berada. Ares langsung pergi begitu saja meninggalkannya.
"Gue pikir karena cinta."
"Kayak lo ngga tau aja bokapnya."
Samar-samar Zanetta mendengar pembicaraan para anggota Volcra. Ia lantas menghampiri sumber suara karena tampaknya terdengar ramai sekali.
"Eh, Zanetta. Mau join nggak?" tanya Azhar yang sedang memegang stik billiar.
Zanetta menggeleng pelan. Mana ngerti dirinya bermain billiar seperti itu. Di handphone nya saja bahkan dia tidak pernah bermain game billiar. "Nggak," ujarnya pelan.
"Ayo, nanti gue ajarin," ajak Azhar masih ingin Zanetta memainkan permainan itu.
"Gue nggak bisa." Zanetta menjeda ucapannya sebentar. "Mana Ares?"
"Cie, kangen ya?" ujar Azhar menyoraki. Beberapa diantar mereka yang mendengar hanya tersenyum, tidak berani ikut campur.
Ctak
Zanetta melihat Jason yang berhasil memasukkan satu bola billiar tersebut ke dalam- ah, Zanetta tidak tahu apa namanya. Tempat yang bisa menampung bola tersebut seperti gawang, posisinya berada di setiap ujung meja permainan.
"Bukan sama lo tadi?" ujar Jason. Namun matanya tetap fokus pada bola kecil yang mulai menggelinding masuk. "Kalo gue menang, motor lo buat gue, Tony."
"As you wish, brother," ujar salah satu laki-laki yang menyahuti ucapan Jason.
Zanetta tetap berdiri di sudut ruangan mengamati mereka. Dia tidak bisa berlama-lama di dalam sarang buaya seperti ini. Rasanya ingin kabur.
"Gimana ceritanya bisa-"
"Azhar." Tegurnya pelan. Jason menggulirkan matanya ke arah Zanetta. Sedangkan Zanetta yang sejak dari tadi diam mengangkat satu alisnya, tanda tidak mengerti.
Azhar berdeham pelan. "Sorry."
Zanetta mengedikkan bahunya acuh. Tidak tahu apa yang sedang dibicarakan. Lantas, ia meninggalkan gerombolan tersebut, lanjut menjelajahi setiap detail markas Volcra. Memang sangat tidak sopan, tetapi sebelumnya Zanetta memang telah mendapat izin dari Ares untuk berkeliling markas Volcra.
"Wow." Zanetta takjub, baru menyadari jika di belakang markas yang menurut Zanetta, jika dari depan tampak seram, ternyata ada surga tersembunyi di belakangnya. Ada kolam renang dengan tempat duduk seperti cafe di luar sana. Zanetta yakin sekali jika tidak hujan seperti ini, pasti mereka- laki-laki di dalam sana pasti akan duduk berkumpul di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Intimidator
JugendliteraturSeharusnya Zanetta menikmati masa sekolah yang menyenangkan dengan keadaan damai tanpa gangguan dari pihak manapun. Namun saat hari pertama di kelas dua belasnya, seketika hidup Zanetta berlawanan arah, tak seperti dua tahun sebelumnya yang sangat...