03 September 2020
Revisi : 28 Mei 2024***
"Sudah, kan?" Zanetta menatap jengah kepada laki-laki yang sibuk pada layar laptopnya tersebut. Belum ada satu minggu bersekolah, tetapi rasanya sangat tidak tenang jika setiap hari harus seperti ini.
Sebenarnya Zanetta ingin meninggalkannya sendiri di lantai paling atas sekolah, tetapi nyalinya tidak sebesar itu, bisa-bisa setelah ini rumahnya akan banyak didatangi laki-laki dengan jaket black sword dan menyeret Zanetta untuk di bunuh. Zanetta bergidik ngeri, masa depannya masih panjang.
"Zanetta."
"Oke, sorry." Zanetta lantas mendekat ke arah Ares, duduk tepat di sampingnya.
"Be close, Zanetta."
"Nggak mau," tolaknya mentah-mentah. Walaupun keduanya duduk di kursi panjang yang sama, namun Zanetta memberi jarak satu jengkal seukuran tangan besar milik Ares. Bukan apa, Zanetta sangat takut, dan menghindari kejadian yang tidak-tidak.
"You're not different with other girl."
"Gue tahu gue salah udah numpahin air es ke laptop lo. Tapi gue udah minta maaf, apa masih kurang?"
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Ares, ia tetap fokus pada layar laptopnya, terus memperhatikan grafik yang terus menurun. Zanetta tidak mengerti pada grafik tersebut, mungkin saja saat ini Ares sedang memantau sahamnya pada perusahaan atau mungkin saja bermain crypto, mata uang digital yang tidak nampak secara fisik. Karena pada layar laptopnya menampilkan dua laman yang berbeda, laman pertama menampilkan persenan angka dengan nilai yang sangat jauh dari angka seratus. Sedangkan laman kedua menampilkan representasi visual data yang terus bergerak teratur secara menurun.
"Pembawa sial."
Zanetta tahu betul jika umpatan tersebut dilayangkan untuknya. Hatinya saat ini terasa gundah, Zanetta tidak tahu harus berbuat apa. Jika saja media tersebut berupa buku tulis yang berisi pekerjaan sekolah atau essay, Zanetta masih bisa membantunya dengan menyalin baru. Zanetta hanyalah gadis biasa, kemampuannya belum sampai pada tahap pengelolaan suatu perusahaan.
Drrtt
Suara dering telepon memecahkan fokus Ares, ia menghembuskan nafasnya berat ketika melihat nama yang tertera pada layar. Ares menekan loudspeaker nya. Seperti sengaja agar pembicaraan tersebut tidak hanya terdengar olehnya.
"Kalah, heh?" ujar suara meremehkan dari seberang sana.
"Sekretarismu pasti menjelaskannya."
Terdengar gelak tawa dari seberang telepon, Zanetta yakin jika orang tersebut sudah dewasa, nada bicaranya sangat berat dan terkesan menyeret.
"Anak itu sungguh ajaib."
"Kenapa kau tiba-tiba peduli?"
"What's wrong with you? Apakah kau lupa dengan perjanjiannya, anakku?"
"Kau meragukan ingatanku?"
Suara dari seberang sana tertawa tampak lebih menggelegar. Namun bukan tawa lepas, tetapi seperti tawa mengejek pada lawannnya. Bahkan dari jarak jauh, Zanetta merasa keduanya bukan partner yang baik dalam bekerja tim. Keduanya tampak seperti sedang bermusuhan. Atau memang seperti ini dalam lingkaran kerja? Seperti membenci namun kerja tim yang baik? Atau saling membenci namun harus mengedepankan profesionalisme?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Intimidator
Teen FictionSeharusnya Zanetta menikmati masa sekolah yang menyenangkan dengan keadaan damai tanpa gangguan dari pihak manapun. Namun saat hari pertama di kelas dua belasnya, seketika hidup Zanetta berlawanan arah, tak seperti dua tahun sebelumnya yang sangat...