6

9.2K 518 12
                                        


Hinata menelan ludahnya. Ia meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia akan baik-baik saja.

Menatap onik Sasuke, ia memejamkan mata. Ia tarik tengkuk pria itu, dan membiarkan bibirnya menyentuh bibir dingin Sasuke.

Bibir Sasuke tegas, tapi terasa lembut ketika pria itu memagut bibir Hinata perlahan, membelainya tanpa terburu-buru. Hinata bisa merasakan, Sasuke menahan dirinya sekuat tenaga. Pergerakan pria itu begitu pelan dan menenangkan, walaupun Hinata tahu kedua tangan Sasuke mengepal seakan menahan nafsunya sendiri.

Ketika Hinata membuka matanya, dilihatnya pria itu memejamkan mata dengan ekspresi serius. Hinata tertegun, sekaligus terharu. Sebegitunya pria ini menahan nafsunya sendiri untuk tidak tergesa-gesa dan pada akhirnya akan melukai Hinata.

Sasuke membutuhkan motivasi. Melihatnya, Hinata seperti sedang melakukan terapi pada anak kecil. Sasuke memerlukan motivasi, juga apresiasi.

Sedikit memijat tengkuk Sasuke, Hinata menggerakkan bibirnya. Dibukanya sedikit bibirnya, dibelainya bibir pria itu dengan lidahnya.

Hinata seperti sedang menggoda kewarasan Sasuke. Gadis itu memberi jarak pada bibir mereka, lalu tersenyum menatap pria di depannya.

"Tenanglah. Jangan pikirkan aku."

"Aku takut melukaimu."

"Kau terlalu gugup." Sasuke menunduk, memalingkan wajahnya. Ia merasa ia sangat beringas dalam ranjang, hingga menghancurkan sex doll-nya. Namun ia begitu gugup ketika bersetubuh dengan perempuan sebenarnya.

Sasuke bisa saja tidak peduli pada Hinata. Masa bodoh dengan gadis itu. Ia ingin sekali mendorong kejantanannya dalam-dalam dan menghabiskan seluruh nafsunya. Namun ia memilih menahannya karena tidak ingin Hinata terluka.

"Hinata..." Panggil Sasuke, akhirnya. Sebenarnya pria itu ragu ingin mengatakannya. Namun karena gadis itu sepertinya ingin Sasuke sedikit berkompromi dengan batasnya, pria itu memberanikan diri.

"Hm?"

"Aku tidak bisa menahannya lagi."

Hinata mengerjap. Gadis itu menatap Sasuke sejenak, lalu melirik perlahan ke bagian tubuh bawahnya. Dilihatnya sesuatu yang menonjol diapit oleh perutnya dan tubuh Sasuke.

Pipi Hinata memerah. Ia pikir benda itu adalah sebelah kaki Sasuke yang menindihnya dan menjadikannya guling sesaat.

Sedikit berpikir, gadis itu mengigit bibirnya. Namun Sasuke menyentuh bibir itu dengan jarinya.

"Maaf, Hinata." Ujarnya sebelum memagut bibi Hinata, dan mengulumnya. Kedua tangannya menyentuh pipi gadis itu, mengarahkan agar ia bisa memasukkan lidahnya dan bergulat dengan apa yang ada di dalamnya.

Keterkejutan Hinata hanya berlangsung sesaat. Ia segera menerima semua perlakuan lidah Sasuke, meskipun hatinya berdebar tak karuan.

Lidah Sasuke bergulat, membelai, mengikat lidah Hinata, hingga gadis itu kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Bibir Sasuke berkali-kali berbenturan dengan bibir Hinata, mengisapnya, membelainya, dan kembali bermain lidah dengannya.

Hinata kehabisan napas. Ia menepuk bahu Sasuke keras dan segera disadari oleh pria itu. Gadis itu tersengal-sengal. Senyuman tipis terulas di bibir pria itu. Melihat Hinata kewalahan dengan ciumannya membuat ia merasa senang sekaligus bangga.

"Jika aku memberi jarak, saat itulah kau bernapas."

"Apa kau berciuman dengan sex doll-mu juga?"

"Mereka tidak bisa menggerakkan lidah."

Jawaban yang tidak memuaskan Hinata. Tentu saja mainan plastik tidak bisa menggerakkan lidahnya sendiri. Kecuali ada teknologi robot sex doll seperti manusia asli.

[zusshichan] The Purple AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang