[O1] Meet him.

62 12 1
                                    

Ada seorang dokter bedah yang sangat hebat bahkan pintar, ia dimasukkan ke dalam Rumah Sakit Jiwa.

Why? 'Cause he's a psychopathic doctor.
—Ofc what people say about him.

'Actually, tidak banyak orang yang tau. Hanya orang rumah sakit tempat ia bekerja yang mengetahuinya. Pihak rumah sakit juga menutupi hal ini dari media juga publik

Tidak ada yang tau alasannya. Jika ditanya ia menjawab "Idk, but it looks so beautiful and of course, I like it."

Yang dilakukan dokter itu adalah mengoleksi dan juga memajang organ-organ yang ia dapat dari pasien operasinya, bahkan dari otopsi mayat pun.

Cukup lama ia direhabilitasi di rumah sakit itu, ternyata tak ada perubahan sama sekali. Bahkan para pasien disana pun ikut menjadi korban.

Karena itu ia di keluarkan dari rumah sakit. Dia tidak memiliki keluarga yang membuat pihak rumah sakit melakukannya dengan mudah.

Dokter itu berjalan tanpa tujuan dan juga arah. Ia hanya terus berjalan kemana langkah kakinya membawa.

: :

Seorang mahasiswa yang bernama Arga mendapat tugas praktek untuk pertemuan selanjutnya. Bahan dasarnya adalah darah untuk dianalisis dan bahan praktek.

"Kenapa harus darah?!" Erang Arga kesal sambil berjalan untuk pulang.

Di perjalanan Arga tak sengaja bertemu dengan seseorang lelaki yang terlihat seperti gelandangan. Dengan rasa simpatiknya Arga memberikan lelaki itu beberapa lembar uang.

"Ini buat kamu. Untuk makan" kata Arga setelah itu melanjutkan perjalanannya.

Arga sadar bahwa lelaki itu mengikutinya. Ia merasa jengkel, saat Arga ingin bertanya lelaki itu lebih dulu bertanya padanya.

"Apakah aku boleh mengambil organmu?" Tanya lelaki itu dengan santai namun penuh akan nafsu di matanya.

Awalnya Arga terkejut mendengar pertanyaan yang lelaki itu lontarkan.

'Ah mungkin dia orang gila' batin Arga.

Arga tak tau saja bahwa lelaki itu adalah seorang psychopathic doctor. Ia tak menghiraukan pertanyaan lelaki itu dan terus berjalan dengan acuh tak acuh.

: :

Mereka sudah sampai dirumah Arga, Dari arah berlawanan datang dua orang pereman yang mencegat Arga dan memalaknya. Arga tak melawan sekalipun, ia memberikan uangnya dengan pasrah.

"Kenapa kamu tak melawan mereka?" Tanya lelaki yang mengikuti Arga, dokter bedah gila itu.

"Huh, yang benar saja."

Entah apa yang ada diotak lelaki itu, Ia menyerang kedua pereman tadi dengan tangan kosong bahkan seorang diri. Gerakan lelaki itu membabi buta, bahkan tangannya sudah berlumuran darah dari salah satu pereman itu.

'Bugh'

Pereman yang ia pukul sudah hampir mati. Melihat itu, pereman yang satunya lagi langsung menahan pergerakan dirinya yang membuat pereman yang ia pukul tadi langsung membalasnya dengan brutal.

Arga langsung mengambil kapak yang ada disana kemudian mengarahkan kepada pereman yang sedang membabi buta itu.

Mengangkatnya ke atas sampai diatas kepalanya kemudian ia ayunkan ke bawah.

'Srak'

Dari kepala bagian belakang hingga pinggul pereman itu tercipta robekan yang sangat besar disertai dengan dara yang keluar mengenai wajah Arga.

Pereman itu langsung ambruk dan lelaki itu langsung melepaskan dirinya.

"Tangkap ini" kata Arga langsung melemparkan sebuah knuckle kepada lelaki itu.

Lelaki itu langsung menghajar pereman itu tanpa ampun, sedangkan Arga menatap pereman yang ia bunuh tadi dengan prihatin.

'Bugh, bugh, bugh'

Tiga pukulan terakhir dan setelahnya pereman itu jatuh ke tanah.

"Bagaimana rasanya membunuh seseorang?"

"Damn it! I just killed my own brother."

"Oh ya? Itu bagus. Dia bukan Abang yang baik."

: :

Lelaki itu menghampiri salah satu pereman. Kemudian membelah dada kirinya dengan knuckle tanpa ragu, memasukkan tangannya seolah mencari sesuatu didalam sana dan kemudian menarik kembali tangannya sehingga tulang rusuk pereman itu patah. Jangan lupakan dengan darah yang memuncrat keluar.

Arga yang melihat itu sedikit merasa ngilu kemudian ia bertanya kepada lelaki itu.

"What are you doing?"

Lelaki itu tak menghiraukannya. Ia melakukan hal serupa kepada pereman satunya lagi, abangnya Arga. Ntah lah Arga tak menghentikannya, lagian sudah tewas juga.

"You didn't see it?" Tanya lelaki itu kemudian mengangkat kedua tangannya yang sedang menggenggam jantung para pereman.

"Ugh... they're so beautiful. OMO! So cute" katanya dengan mata yang berbinar, bak anak kecil yang mendapat mainan.

"Apakah kau tak ingin mengambil organnya juga?"

"Oh shit! Untung inget" kata Arga dan kemudian dengan terburu-buru ia berjalan ke arah abangnya.

Arga langsung mengeluarkan sebuah tempat didalam tasnya, menampung darah yang keluar dari tubuh abangnya.

"Apa yang akan kamu lakukan dengan darah itu? Lebih baik kamu mengambil organ-organ mereka."

Arga tak menghiraukannya ia masih disibukkan dengan kegiatan itu hingga menurutnya itu cukup. Setelah itu barulah Arga menjawab pertanyaan lelaki tadi.

"Besok aku ada tugas praktek, bahannya darah."

"Bagaimana jika guru mu marah karena kamu mengambil darah manusia?"

"Itu bukan salah ku, dia hanya menyuruh membawanya. Tak dikasih tau rincinya."

"Tidak di kasih tau atau kamu yang tak mendengarkannya?"

"Ntah lah aku tak peduli yang jelas aku sudah membawanya."

: :

Mereka baru saja selesai menyembunyikan mayat abang Arga serta temannya itu.

Arga memperhatikan lelaki itu dalam membuat lelaki itu merasa risih.

"Ada apa?"

"Kita belum berkenalan."

"Lalu?"

"Nama mu?"

"Aku? Ah nama ku Bimo dan kamu?"

"Aku Arga."

Ya mereka berjabat tangan layaknya orang berkenalan seperti biasa. Juga berbincang hal-hal yang umum saat orang berkenalan.




— to be continued.

Nobody KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang