[O3] Dark Past-1

32 9 0
                                    

Setelah membunuh polwan itu, mereka berdua menggotong mayatnya ke kamar Arga.

"Kenapa harus dikamar ku?" Misuh Arga.

"Karna hanya dikamar mu tempat yang aman."

Arga menjawab "Baiklah tetapi aku tidak akan tidur di kamar ini lagi karena-"

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Tanya Bimo dengan memotong ucapan Arga.

"Entahlah, tetapi setelah kejadian ini aku rasa hidupku tidak akan normal seperti biasa."

Seketika suasa menjadi hening setelah Arga membahasakan itu. Keduanya menjadi canggung satu sama lain.

"Apakah kau ingin bekerja sama denganku?" Tanya Bimo di sela keheningan itu.

"Menjadi partner membunuh?" Tanya Arga untuk memastikannya.

"Ya, apa lagi?"

"Maaf, aku tak ingin membunuh mereka. Tapi aku akan bermain dengan mereka" kata Arga.

Kemudian Arga melanjutkan kata katanya "kita membutuhkan satu rekan lagi."

"Kita tidak memerlukan rekan lainnya, cukup hanya kita berdua saja."

"Apakah kita bisa membersihkan jejak pembunuhan yang kita lakukan?"

"Tentu saja kita bisa, kita tinggal membuang mayat-mayat mereka, dengan itu maka tak ada yang curiga" jawab Bimo dengan santainya.

"Jika kamu tak setuju, apakah kamu mau kejadian semalam terulang lagi?"

"Baiklah tetapi kita harus mencari orang yang benar-benar tidak bisa dipercaya" jawab Bimo kemudian kembali ke lantai dasar melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

: :

"bolehkah aku bertanya?" tanya arga.

"aku harap pertanyaanmu tidak membosankan."

"aku hanya ingin tau. Kenapa kamu begitu suka mengumpulkan organ-organ?"

Bimo membalikkan badannya kemudian ia menjawab "baiklah aku akan menjelaskannya."

•Flashback started

Saat itu aku berusia 14 tahun, ibu memberitahuku kalau ayah sudah meninggal sejak aku masih balita.

ibuku menikah lagi, aku pikir itu akan membahagiakan ibu ternyata sebaliknya yang ada aku melihat ibu yang selalu dibentak, dimaki, bahkan sampai dipukul. saat itu aku tak bisa melawan, aku hanya bisa terdiam melihat itu terjadi.

"brengsek kau!" kata Ayah sambil memukuli ibu.

ibu hanya bisa terduduk diam berusaha keras agar tangisnya tidak pecah sambil melindungi dirinya sendiri.

hal itu selalu terjadi setiap malam, ayah tiriku adalah seorang pemabuk berat bahkan aku sampai putus sekolah karena uangnya dia pakai untuk membeli minuman keras.

malam itu seperti biasanya,

"hey kau, hari ini berapa yang kamu dapat?" tanya ayah.

ibu mengeluarkan uangnya dari saku dengan tangan gemetar dan memberikannya kepada ayah. setelah ayah selesai menghitungnya, ayah langsung membentak serta memukul ibu karena uangnya kurang dari 200 ribu.

suatu hari aku membeli minuman untuk ayah tiri ku itu, secara tidak sengaja aku melihat ibu memasuki sebuah bar yang kumuh-tempat para pelacur.

Aku bersikap seolah olah tidak melihatnya, yang terlintas dipikirkan ku adalah

"bajingan itu pastinya yang telah memaksa ibu bekerja seperti itu."

-tetapi tetap saja, aku masih tidak berani melawannya.

Malam harinya, ibu mengetuk pintu yang menandakan bahwa ia telah pulang. Ibu tersenyum saat melihat aku yang membuka pintunya, aku ikut tersenyum walaupun aku tau apa yang terjadi sebenarnya.

Di malam itu ayah tidak pulang, jadi kami membeli makanan menggunakan uang dari hasil ibu bekerja.

Itu lah yang terjadi selama ini, bahkan kami sampai lupa kalau kami belum makan karena penderitaan yang kami alami.

Pagi harinya aku mendengar suara ribut dari bawah.

'bugh, bark, bugh'

Seperti biasa, ayah tiriku sedang memarahi ibu yang pastinya karena uang yang ibu hasilkan kami gunakan untuk membeli makanan.

Tetapi kali ini berbeda, ayah tiriku terlihat marah besar bahkan ia tak menghentikan padahal saat itu ibu sudah terluka parah, yang ada itu semakin brutal.

Aku menghampiri ibu yang terluka parah, menangis sambil memeluk ibu. Saat itu aku hanya bisa berpikir-

"Aku akan membalas semua perbuatan bajingan itu."





-to be continued.

Nobody KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang