Setelah kejadian itu kondisi ibu semakin memburuk, aku hanya bisa menangis dan meratapinya"Ibu apa yang harus aku lakukan?"
Kalimat itu yang selalu terulang diotak ku seperti kaset rusak, membuatku otomatis menangis jika mengingatnya kembali. Tentu saja tangisan itu disertai emosi juga perasaan dendam yang begitu kentara.
Aku menggantikan ibu untuk bekerja, semua pekerjaan aku lakukan, apapun pekerjaannya. Semua itu aku lakukan hanya untuk menyembuhkan ibu, tidak mungkin untuk sih brengsek itu.
'Cuih, tidak sudi aku melakukannya.'
Selama ini aku mengobati ibu menggunakan alat dan bahan seadanya. Sekiranya uangku cukup untuk memanggil dokter, itu pun tidak bisa langsung menyembuhkannya karena biayanya yang masih kurang.
'Itulah yang terjadi di dunia ini sesungguhnya, apapun paling tidak sedikit-dikit menggunakan uang.
Semakin banyak uang yang dikeluarkan, maka semakin bagus hasilnya, atau paling tidak sesuai dengan bayaran itu.
Tak heran jika banyak orang yang melakukan apapun untuk mendapatkan uang.'
Dunia memang sekejam itu, apalagi untuk seukuran anak seusia Bimo. Ia harus dewasa sebelum waktunya juga bekerja keras untuk menghidupi ibu dan dirinya.
Hari demi hari, minggu hingga minggu berikutnya, Bimo selalu bekerja keras untuk menyembuhkan ibunya. Sampai saat itu ada seseorang yang memanggilnya–
"Eh adik yang disana!"
Bimo menghampiri lelaki itu, lengkap dengan peralatan untuk membersihkan sepatu.
"Bisakah kau membersihkan sepatu ini?"
"Baik tuan" jawab Bimo dan kemudian dengan ligat ia membersihkannya.
Disaat lagi fokusnya, Bimo dak sengaja menguping pembicaraan pelanggannya ini dengan seseorang.
"Hey! Kau tau? organ-organ manusia dijual harganya sangatlah mahal. Kau bisa kaya dengan menjual organ-organ itu."
Kira-kira seperti itulah yang Bimo dengar.
"Tuan, sepatu mu sudah bersih."
"Ah terima kasih nak" kata orang itu sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Bimo.
Setelahnya orang itu langsung pergi, Bimo yang masih sibuk dengan kegiatan membereskan barangnya menemukan sesuatu.
"Sepertinya ini milik tuan tadi."
Bimo mendongakkan kepalanya, berniat untuk mengembalikan barang itu tetapi tuan tadi sudah pergi.
Dengan rasa penasarannya, ia membuka bungkusan itu. Didalamnya terdapat alat-alat bedah seperti; pisau bedah, gunting, forceps dan clamp.
Seperti biasanya ia memanggil kembali dokter kerumahnya dan ya tetap saja biayanya masih kurang. Setelah dokter itu pergi Bimo berniat kembali bekerja seperti biasa, tetapi sih brengsek itu—ayah tiri Bimo, baru saja pulang dalam kondisi mabuk.
"Hey anak sialan! Dimana ibumu itu?"
"Ah... kau jangan menganggunya, ia ada dikamar, ibuku sedang sakit."
"Kau berisik sekali" jawabnya sambil menyingkirkan Bimo karena menghalang jalannya dengan kasar.
"Mana uangku wanita sialan" tanya Ayah tiri Bimo sesampainya di dalam kamar ibu.
Kesal tak mendapat jawaban, ayah tiri Bimo memukul kepala ibu tanpa sadar menggunakan botol wine.
Mendengar suara gaduh, Bimo langsung mengecek kondisi disana. Sesampainya disana ia melihat pemandangan yang sangat mengerikan.
"Bangsat!" Hardik Bimo dan langsung menyerang ayah tirinya itu.
Dikarenakan kondisi ayahnya yang setengah sadar, ayahnya jadi mudah terjatuh saat menerima pukulan yang diberikan oleh Bimo.
Secara bersamaan, Bimo mengambil pecahan botol yang digunakan ayah tirinya tadi dan langsung menusukkannya ke arah leher.
"Bajingan ini! Tidak, manusia sialan ini! Tidak dia bukan manusia, dia adalah iblis" kata Bimo sambil menusuk-nusuk ayah tirinya itu.
Bimo berhenti saat menyadari bahwa ayah tirinya sudah tak bernyawa, ia bingung disaat bersamaan tetapi ia kembali teringat akan percakapan pelanggannya tadi.
Secara spontan Bimo mengeluarkan alat-alat tadi tetapi ia tak bisa menggunakannya, ia hanya mengikuti instingnya saja.
Bingung ingin melakukan apa, Bimo memutuskan untuk menghubungi kembali dokter itu.
"Halo, aku kembali."
"Apakah uang mu sudah cukup?"
"Iya sudah, kemarilah dokter" kata Bimo mengakhiri pembicaraan di telepon itu.
Sesampainya disana, secara spontan dokter itu langsung mengecek kondisi kedua mayat yang ada disana.
"Uangku sudah cukup bukan? Kau tinggal mengambil organ orang ini saja" kata Bimo sambil menunjuk mayat laki-laki disana "lalu sembuhkan ibuku."
Dokter itu terdiam untuk beberapa saat, kemudian ia menyadarinya.
'Sial! Ada pembunuhan.'
Setelah menyadarinya, dokter itu langsung kabur dan segera menghubungi pihak kepolisian.
"Dokter! Tunggu, selamatkan ibuku. Aku mohon" teriak Bimo saat melihat kepergian dokter itu.
Bimo menangis sejadi-jadinya dan jatuh pingsan tak sadarkan diri. Saat ia bangun, ia sudah berada di dalam sel penjara.
•Flashback complete
"Tunggu, tapi disana tidak ada penjelasannya. Kamu hanya bercerita tentang masa lalu mu yang kelam" jawab Arga.
"Memangnya aku butuh alasan?"
"Tidak sepertinya..."
"Baiklah, kalau begitu aku akan melanjutkan pekerjaan ku" jawab Bimo mengakhiri pembicaraan.
'Ntah lah, tapi saat Bimo menjawab seperti itu aku merasakan firasat buruk akan kedepannya' batin Arga.
-to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody Knows
Mystery / Thrillerdistrik 1 wilayah yang sangat aman, penduduknya mengira bahwa kriminal/pembunuhan di era sekarang tidak ada. Arga dan Bimo pun juga berpikir seperti itu,sehingga mereka menjadi pembunuh untuk pertama kalinya di distrik 1. namun mereka bertemu kelomp...