[O5] Slander.

17 7 0
                                    


Keadaan menjadi hening setelah Bimo bercerita. Berita dari radio memecahkan keheningan diantara mereka, berita itu menginformasikan tentang 'hilangnya remaja wanita tanpa diketahui sebabnya, yang telah mencapai 300 korban'.

Setelah itu selesai Arga menyahut "aku tebak, mereka dijadikan budak atau mungkin dijual?"

"Zaman sekarang itu tidak mungkin terjadi, apalagi dengan sistem pemerintahan seperti ini."

"Kau benar, mana mungkin ada penjahat lain di zaman ini. Paling hanya kita yang tersisa hahaha" canda Arga yang disusul oleh suara tawa mereka berdua.

Cukup lama hingga Arga memberhentikan tawaannya kemudian menoleh ke arah Bimo dan bertanya "mau makan diluar?"

"Ah baiklah. Tapi tunggu, aku akan membersihkan pakaian ku dulu atau pinjamkan aku baju mu?"

"Baiklah, aku pinjamkan."

: :

Mereka berjalan memasuki pertengahan distrik.

"Bangsat! Malam ini sepi sekali" kata Arga.

"Hahaha kau benar, kita bisa dengan mudah membunuh orang-orang kalau seperti ini."

Disaat mereka asyik mengobrol, perhatian mereka teralihkan oleh seseorang yang sedang berlarian di depan mereka.

"Minggir kalian!" kata orang itu saat melewati mereka dan tidak sengaja menabrak bahu Bimo.

"Kalau jalan hati-hati brengsek!" Kesal Bimo.

Setelah lelaki itu pergi, selang beberapa menit sekelompok orang datang menyusul dan mengejar lelaki itu.

.

Mereka telah menyelesaikan makannya, Bimo hendak membayarnya tetapi ia malah menemukan secarik kertas.

"Hey lihat, aku menemukan sepucuk surat" kata Bimo sambil membukanya. Arga melihat ke arah surat itu, disana tertulis-

'Pergilah ke distrik 14, aku sedang diikuti oleh beberapa orang. Aku tidak tau mereka siapa.'
-excto gill

"excto gill..." gumam Arga "Hm... apakah itu sebuah nama?"

"Ku rasa ini sebuah kode" jawab Bimo.

Setelahnya mereka ke kasir membayar makanan dan bergegas pulang atau lebih tepatnya balik ke markas.

: :

Mereka pulang dengan sedikit tergesa-gesa. Saat ditengah perjalanan mereka tidak sengaja melihat, didepan mereka ada sekelompok orang yang sedang membunuh seseorang yang kepalanya ditutupi dengan koran.

Itu yang terakhir mereka lihat sebelum mereka pingsan dipukuli oleh beberapa orang lainnya.

.

Saat sadar, mereka dikagetkan dengan kondisi yang diborgol layaknya kriminal yang tertangkap basah.

"Apa-apaan ini brengsek! Lepaskan kami."

Bugh

Mereka malah dipukul dibagian wajah sampai mengeluarkan darah.

"Ini adalah kasus pembunuhan pertama di distrik 1 dan korbannya adalah walikota" kata salah satu dari mereka.

Bimo dan Arga terdiam, mereka kaget ((lagi)) lebih tepatnya tidak paham. Mereka hanya menurut tanpa memberontak saat disuruh memasuki mobil.

.
Di satu sisi yang berbeda, "kapten apakah mereka percaya bahwa mereka-Bimo dan Arga, yang telah membunuh Nicholas (walikota distrik 1)?"

"Tenang saja" sahut seseorang di balik muka yang penuh dengan goresan, "orang-orang pemerintahan itu bodoh, mereka akan menganggapnya benar tanpa bukti sekali pun."
.

Mobil yang mereka tumpangi telah berhenti sampai ke tempat eksekusi. Disana sangat ramai, seingat mereka warganya tidak lebih dari 300 jiwa dan ternyata benar saja, warga distrik 2 dan 3 datang juga ternyata.

"Kau salah menuduh bangsat! Bukan kami, itu mereka. Kami tidak tau mereka siapa tetapi yang pasti itu bukan kami!"

Perkataan mereka tak dihiraukan sama sekali, mereka diseret paksa layaknya binatang ke tempat eksekusi. Disana sang algojo telah menunggu mereka.

Seseorang berkata "mereka berdua adalah iblis yang telah membunuh pemimpin kita, mereka berdua harus dieksekusi. Mereka harus mati!"

"Ada kata-kata terakhir?"

Bimo hanya diam, Arga yang membuka suara. Arga mengatakan "untuk kalian yang sebenarnya membunuh pak Nicholas dan memfitnah kami, kalian akan ku balas di neraka nanti."

Dor!

Beberapa saat setelah Arga mengatakan itu, sang algojo tertembak dan langsung tewas ditempat. Bimo dan Arga hanya bisa terdiam.

"Itu mereka. Dasar Orde sialan! Kita pergi" Kata orang itu-yang memfitnah Bimo dan Arga.

Seseorang menggunakan mobil mendekat ke tempat eksekusi. Para prajurit telah dilumpuhkan oleh sniper, Bimo dan Arga hanya diam sambil menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. Disana banyak orang yang menjadi korban.

"Oi Zella, lepaskan borgol mereka."

"Baik kapten sialan."

Bimo dan Arga hanya menurut dan mengikuti perkataan orang itu tanpa adanya bantahan. Mereka telah meninggalkan tempat eksekusi itu.

"Oi Rafeyla, apakah kau sudah selesai? Jika sudah, kita ketemuan disana" kata orang itu melalui sambungan talkie walkie.

"Baik kapten. Lucky rencanamu berhasil, kau sangat hebat." Jawab seseorang diseberang sana.

-to be continued.

Nobody KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang