Rindu Tak akan musnah layaknya senja, ia hanya bersembunyi untuk kembalian ke esokan harinya
~ Reva Andita ~
.
.
.Pagi yang cerah dihiasi matahari yang indah. Udara yang begitu dingin dan menyegarkan. Namun suasana ini tidak menggambarkan suasana hati Reva. Ia masih saja memikirkan apa maksud dari Iqbal. Mengapa sifatnya berubah-ubah. Terkadang ia perhatian, tetapi ia juga......akh! Sudah lah, rumit sekali menggambarkan sifat Iqbal.
" Oy kecebong Empang, lu mau ikut gw gak? Ngapain bengong disitu? Mikirin utang lu?." Reva tersasar dari lamunannya dan bergegas menghampiri Regan.
" Pagi-pagi Adek sendiri udah dikatain aja. Kasih semangat kek atau pujian gitu." Cibir Reva yang sudah diatas motor Regan.
" Apa yang harus di puji?." Rev hanya menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dikala mendengar ucapan Regan tadi.
" Banyak lah, secara gw itu kembarannya Selena Gomez." Ucap Reva dengan bangganya.
" Celana gombreng baru itu elu." Celetuk Regan dihiasi tawanya.
" Bilang aja lu iri. Muka ganteng, penampilan oke. Tapi gada yang nyantol satupun Ama lu bang. Gak laku ya?.... Hahahaha."
" Gw jomblo terhormat. Pilih-pilih lah, blm ada yang cocok buat jadi pacar gw."
" Mana ada yang mau sama lu yang sifatnya sok cool. Padahal mah bobrok begini. Mangkanya bang, jangan cuek-cuek jadi orang." Saran Reva yang kasihan melihat abanganya alone terus.
" Iya dah yang udh punya pacar mah beda. Yang jomblo mah cuman jadi bahan bully-an." Sindir regan.
" Apa sih bang, gw gak pacaran ya!."
" Lu jelek sih."
" Wah...enteng kali tu mulut. Belom tau berapa banyak yang ngantri buat jadi pacar gw."
" Yang ngantri anak ayam semua. Sekalinya manusia mungkin dia katarak."
" Gw garuk muka lu ya bang, awas lu." Ancam Reva dengan murka.
" Eh..eh.. ini di atas mutor. Lu pengen jatoh? Lu aje sono, asalkan motor gw gak lecet sama sekali."
" Bodo amat!."
Citt....
" Salim dulu Ama abangnya." Suruh Regan yang melihat adiknya turun dari motor.
" Gak mau. Bau tai kebo." Reva langsung berlari masuk kedalam sekolah.
" Punya ade gini amat." Ucap Regan sambil mengelus-elus dadanya.
***
Saat memasuki kelas, yang pertama Reva lihat adalah Iqbal yang sedang memakai headphone dan memainkan hp nya yang berlogo apel itu.
Sesekali Reva mencuri pandang pada Iqbal, namun tetap saja Iqbal tak menyadarinya.
Ah, apa reva terlalu berharap." Oy, bayi banteng. Jalan lu lama amat kek putri solo.eh ralat deh itu terlalu bagus, lebih tepatnya ondel-ondel." Ledek Oliv mengundang tawa yang lainnya.
" Kuda Reok bisa diem? Tolong masih pagi." Ujar Reva.
" Bhahaha, ada yang lagi baper nih." Sindri dhea diikuti anggukan yang lainnya.
" Cerita aja, kali aja kita bisa ngatain." Celetuk letha yang mendapat tatapan tajam dari Reva.
" Gak papa, lagi badmood aja gw. Entah kenapa perasaan gw gak enak aja gitu." Lesung Reva.
" Yah melow, emang lu punya perasaan?." Kini Wawa yang bertanya.
" Kalo gw gada perasaan, lu semua udh abis ditangan gw."

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Special
Teen Fiction" masih sakit gak?." Tanya Iqbal yang terlihat khawatir. " Hmm...sedikit perih." Jawab Reva lirih. " Maaf...maaf...maaf...gw benar-benar minta maaf. Gw lagi emosi tadi, jadi lepas kendali." Tutur Iqbal yang merasa bersalah. ********** Seorang gadis...