O1. Pradipta

388 14 32
                                    

Part 1








"PRADIPTA ANANDA! SINI KAMU!!"

Bu Deni selaku guru BK itu sedang mengejar Dipta yang baru saja kabur dari ruang BK untuk membolos lagi. Tangannya memegang sapu lidi yang siap ia lempar ke muka siswa itu.

Suara Bu Deni yang sangat melengking itu bahkan terdengar di semua kelas. Para murid dan guru lain sudah tidak heran lagi dengan keributan di pagi ini. Karena Pradipta Ananda, siswa kelas XII IPS 3 itu adalah siswa paling nakal di sekolah.

Tanyakan kepada seluruh orang didalam SMA Garda tentang Pradipta, pasti mereka tahu tentang siswa nakal itu.

"Dipta bikin ulah lagi pasti," kata Alula yang masih mengepel di gerbang utama dengan Varla. Mereka berdua dihukum karena terlambat masuk sekolah di hari pertama mereka sebagai murid kelas XII.

"Ya gimana, emang orangnya nggak bisa dikasih tahu. Gila ya, lo kok bisa suka sama cowok kayak dia. Ganteng sih, tapi nakal nya nggak ada obat." Semua orang mengakui kegantengan seorang Pradipta Ananda. Tubuh tinggi, warna kulit yang maskulin, hidungnya mancung, sorot matanya tajam. Satu hal kekurangannya, ya ia memang nakal.

Alula tersenyum manis "Dia itu berbeda, La."

Gadis itu fokus mengepel lantai sehingga ia lupa kalau ada seember air sabun dibelakangnya. Alhasil, air didalam ember itu tumpah dan kembali mengotori lantai.

"Yah, yah tumpah."

Varla mendengus kesal. "Kapan selesainya kita kalau airnya tumpah begini. Bisa dimarahin kita."

"Maaf La, ayo cepat kita beresin sebelum bu Deni lihat."

Mereka langsung bercepat membersihkan air yang menggenang di lantai. Mereka bergegas mengelap air yang tergenang dengan kain pel yang mereka pegang. Namun suara langkah kaki orang berlari terdengar semakin mendekat. Alula dan Varla sontak langsung menengok ke arah belakang mereka.

Dipta sedang berlari sambil membawa tas ke arah mereka. Air masih menggenang di lantai, sudah pasti kalian tahu apa kejadian setelah ini.

"Pradipta jangan lari, disini licin!" seru Alula ketika Dipta semakin mendekat. Namun sudah terlambat, Dipta sudah melewatinya dan akhirnya ia terjatuh.

"Aduh pantat gue," ringis Dipta sambil memegangi bokongnya yang baru saja mendarat dilantai yang tergenang air.

Alula mendekati Dipta yang nampak kesakitan. "Maaf, lo nggak apa-apa kan?"

Dipta menoleh ke belakang, Bu Deni sudah beberapa meter lagi dibelakangnya. Ia menatap tajam Alula lalu berdesis kesal.

"PRADIPTA MAU LARI KEMANA LAGI KAMU!"

Dipta sudah dipegang erat oleh Bu Deni. Ia langsung dibawa masuk lagi kedalam sekolah.

Sebelum pergi dari sana, Dipta menoleh dan menatap Alula dengan tajam. Matanya terlihat sangat kesal.

"Awas ya lo!"

^^^

Alula berjalan cepat ke arah UKS sambil membawa sebungkus roti dan sekotak susu ditangannya. Ia melihat sekeliling sebelum masuk kedalam UKS itu.

Alula membuka satu persatu bilik jendela yang membatasi kasur. Di bilik terakhir, ia mendapati Dipta yang sedang tertidur pulas dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya. Ia mendekati Dipta dan duduk di kursi dengan perlahan agar cowok itu tidak terbangun olehnya.

Ia memandangi wajah damai itu dalam diam. Sesekali tersenyum karena ia bisa melihat orang yang ia sukai sedekat ini.

"Ngapain lo kesini?"

PRADIPTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang