CC•23

206 26 8
                                    

Fiona terbangun dengan kepala yang terasa berat dan pandangannya yang terus berputar. Matanya menyipit sambil tangannya menyangga kepala. Fiona lalu mengambil alarm kecilnya di nakas.

06.39

"WHAT?!" Seru Fiona terkejut bukan main.

Dengan sigap Fiona bangkit berdiri. Namun saat itu, Fiona langsung terduduk lagi di kasur. Kepala Fiona terasa berputar-putar, membuatnya kehilangan keseimbangan. Fiona lalu menyentuh keningnya. Ada sedikit rasa panas yang menjalar ke telapak tangannya.

"Badan panas, kepala pusing. Alamat masuk angin." Ujar Fiona bermonolog.

Fiona pun berdecak, kesal karena harus jatuh sakit di saat sedang sendirian seperti sekarang. Bukannya Fiona tidak bisa mengurus dirinya sendiri, hanya saja Fiona merasa kesepian. Dulu, semasa SD sampai SMP, akan ada asisten rumah tangga yang menemaninya. Setelah itu, memasuki SMA, posisi ART digantikan oleh Reihan. Dan kini, hubungannya dengan Reihan sudah selesai. Lalu siapa yang akan menggantikan posisi Reihan?

Huft! Helaan napas terdengar. Fiona menggeleng beberapa kali, berusaha mengenyahkan wajah Reihan yang saat ini memenuhi isi kepalanya. Memikirkan Reihan sama saja membuat hatinya kembali merindukan sosok itu, yang sebenarnya sedang ia butuhkan sekarang.

"Fiona... Fiona... Reihan udah buat lo kecewa masih aja lo kangenin." Keluh Fiona atas dirinya.

Akhirnya Fiona memilih bangkit berdiri daripada harus mengingat tentang masa lalunya. Fiona melangkah pelan ke cermin riasnya, menatap wajahnya yang tampak pucat. Lalu pandangan Fiona teralihkan pada seragam yang masih melekat di tubuhnya.

Mata Fiona pun membulat. "Pantes gue sakit, semalam kan gue gak ganti baju." Decak Fiona sambil mendengus.

Ya, semalam, setelah Arkan pulang, Fiona berlari ke kamarnya. Suara gemuruh di luar rumah membuat Fiona langsung bersembunyi di balik selimut. Tanpa membilas diri atau hanya sekedar berganti pakaian, Fiona memilih untuk memejamkan matanya agar bisa tertidur dengan cepat. Sayangnya, Fiona harus menanggung akibatnya hari ini.

"Bego kok dipelihara sih, Fi." Ucap Fiona.

---

Di lain tempat, Arkan sedang menonton serial kartun di televisi dengan suara yang cukup keras. Namun pikirannya sebenarnya tidak terfokus pada kartun tersebut, melainkan memikirkan apa yang Fiona lakukan saat ini.

Dari semalam, Arkan tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu. Ketakutan Fiona terhadap suara petir membuat Arkan rela menunggu telepon darinya hanya untuk menemaninya tidur. Tapi sayang, sampai larut Fiona juga tidak meneleponnya. Arkan pun merasa uring-uringan dan juga khawatir pada Fiona.

"Arkan, suaranya dikecilin, ini masih pagi." Tegur Alroy yang baru turun dari kamar bersama istrinya.

Arkan mengerjap beberapa kali, lalu mengambil remote untuk mematikan televisi.

"Papa mau berangkat kerja?" Tanya Arkan sambil bangkit berdiri.

Alroy menatap Arkan datar. "Menurut kamu?"

Arkan menyengir. "Ya siapa tau libur, mau nemenin Arkan di rumah gitu, hehehehe."

"Kamu aja yang nemenin papa di kantor, ayo, mau gak?" Ajak Alroy.

Mendengar ajakan papanya Arkan langsung menggeleng. "Oh tidak-tidak, terima kasih." Tolak Arkan cepat.

Alroy pun hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar jawaban sang putra. Ia lalu berpaling pada Audrey yang sedang terkekeh melihat interaksi kecil mereka.

"Koko berangkat dulu," Pamit Alroy.

Audrey berhenti terkekeh, menatap Alroy lembut lalu mengangguk. "Hati-hati."

Cerewet Couple [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang