bagian 6

35 2 0
                                    

Dipandanginya pipi gembil sang putra, hatinya begitu lemah kala pikiranya bertanya, kenapa harus berparas seperti papinya. Diciumnya kening itu, sampai bayi mungil itu terkekeh karna kegelian. Dari sorot matanya jelas terlihat, bahwa dia tidak tau nasib apa yang tengah dijalaninya. Wanita itu bimbang, haruskah mengatakan yang sesungguhnya pada papi putranya itu? Bahagaiakah jika lelaki itu mengetahui ada bagian darinya yang juga terlahir ke dunia. Dia sungguh tak yakin, mungkin saja demi kebahagiian istri dan putrinya lelaki itu rela menghardik bahkan membuang mereka.

"Mamm mamm mamm"

"Anak mommy kenapa sayang? Kita belanja ya ntar sore, baju kamu udah banyak yang kekecilan"

"Jangan diajak keluar dulu nduk, gak baik buat bayi seusianya"

"Baiklah mbok, nanti biar Della sendiri aja, nanti Della titip bentar ya" tersenyum manis kearah sang putra wanita itu kembali menciumnya.

"Iya nduk, Devano biar sama simbok aja "

"Mbok, apa mungkin ya papinya akan mengakui Devano sebagai putranya? Della takut dia makin membenciku juga Devano, karna skan dianggapnya sebagai perusak kebahagiian mereka"

Wanita paruh baya dihadapannya nampak ikut sedih, dengan penuturan majikan yang sudah mrnganggapnya seperti ibunya." Dia sudah memiliki anak perempuan yang pastinya sangat dicintainya mbok."

Beranjak dari sofa, karna ingin menidurkan sang putra yang sudah terlelap karna habis menyusu, wanita itu kembali duduk di samping mbok Minah. Digenggamnya tangan yang sudah keriput itu, lalu dipamdanginya wajah yang mulai menua karna usia" jangan pernah tinggalin Della seperti mereka mbok, Della udah gak punya siapa-siapa selain simbok sama Devano"

"Enggak akan nduk, simbok akan selalu bersama kalian, simbok udah menganggap kalian kaya anak sama cucu simbok."

"Makasih mbok,"

~

Berjalan memasuki rumah, yang selama ini dianggapnya sebagai neraka. Pria berbadan tinggi tegap itu memasuki kamar putrinya, diraihnya tubuh mungil itu. Meski dalam hatinya enggan mengakui bahwa bayi itu benar-benar putrinya. Tapi kenyataan begitu menamparnya kala mengingat saat terbangun diranjang yang sama dengan sahabat 'wanitanya' dalam keadaan sama sekali tanpa pakaian. Didekapnya batita itu ke dalam dada bidangnya, lalu di tidurkan kembali dalam box baby putrinya itu. Sama sekali tidak mendapat getaran yang sekedar mampu menjawab, bahwa bayi itu benar-benar putrinya.

Masuk ke kamar istri yang selama ini tak pernah disentuhnya, karna sudah berjanji tak ingin lagi menyia-nyiakan yang sudah Tuhan takdirkan untuknya. Dibelainya wajah terlelap itu, kemudian mencium keningnya lama. Dipandanginya wajah istri yang hadir karna kesalahan dan berakhir karna menyia-nyiakan. Dia ingin memperbaiki semua, ingin menyingkirkan segala marah juga dendam pada istrinya. Mungkin akan diawalinya dengan sedikit menyentuhnya.

Cup

Lama dia menempelkan bibir mereka, meski sama sekali tidak mampu merubah apapun, yang ada di hatinya. Sedikit demi sedikit menyesap bibir merekah itu, dan krtika mulutnya sedikit terbuka lidahnya segera menerobos masuk, mengabsen giginya satu persatu, tangannya tidak tinggal diam, menjelajah kedalam atasan piyama istrinya itu. Ini mungkin sudah saatnya, karna baginya terakhir kali menjamah wanita saat bersama Della, dia hanya pria pada umumnya yang bisa tegang karna belaian dari lawan jenisnya.

"Sentuh aku Van,"

"I iya, malam ini aku akan memberikan hakmu sebagai istriku sepenuhnya" kembali mencium dan melumat bibir itu, tanganya meremas gundukan yang sudah di lepaskan pengaitnya. Membuka piyama istrinya, dan segera melahap dua bukit kembar milik istrinya. Membaringkan wanita di depannya dan merangkak naik ke atas tubuh wanita itu dan sedikit menindihnya.

Aku Tak Mengenal KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang