Bag 5

39 1 0
                                    

1tahun kemudian.

Sore yang cerah wanita berparas ayu itu tengah mendorong stroller milik bayi tampan jelmaan sang papi, tapi yang membuat miris mereka belum pernah berjumpa. Karna semua sudah terencana, tidak memberi tahu keberadaan putra pada papinya, setidknya untuk saat-saat ini. Beginipun sudah bahagia. Menurutnya. Setahun sudah wanita ayu itu tinggal di kota ini, di sini bahkan sudah memiliki kafe juga. Sementara dua yang di Jakarta dia percayakan pada tangan kanannya.

'Maafkan mommy sayang, ini semua diluar kuasa mommy, tapi mom janji akan merebut kembali yang seharusnya kita miliki'

~

Ditempat lain pria tampan itu tengah menimang seorang putri cantik, yang mirip mamanya. Dia begitu menyanginya setelah melihatnya terlahir di dunia, bahkan perlahan dia berniat menuruti mama tersayangnya. Yang menginginkan dia fokus menjalani rumah tangga, meski bukan dengan wanita yang diinginkannya. Dia bisa apa disaat memberontak selalu saja mengancam jika sang mama akan lebih baik mati, daripada hidup memiliki putra yang membangkang. Di lain sisi, meski dia tidak menginginkan perempuan licik yang kini menyandang status sebagai istri sahnya itu, dia juga merasa bertanggung jawab dengan lahirnya seorang putri ke dunia.

'Andai saja Della hamil pasti aku akan menjadi pria yang paling berbahagia' gumamnya.

"Mas, kamu_"

"Saya menggendongnya karna dia menangis" Evan memotong cepat ucapan Cika.

"Setidaknya kau sudi menyentuh darah dagingmu mas" sinis Cika menyahut ucapan pria yang telah menjadi suaminya, tapi tak pernah dia miliki itu. Ya memang, mereka menikah sebulan setelah hubungan tak diinginkan itu terjadi, tapi pria tampan itu tak pernah sudi satu kamar dengannya.

"Sebenarnya saya tidak yakin dia benar-benar  putri saya."

"Tega kamu mas!!"

"Ka-mu yang te-ga!! Demi niat busukmu kamu memberi sesuatu pada minuman saya!!" Berlalu meninggalkan rumah dengan marah yang mengudara.

Entahlah dia harus kemana demi meredam emosi yang mudah tersulut
Semenjak kepergian 'wanitanya', yang hingga kini bak hilang ditelan bumi.

"Arrrgg!! " berteriak sambil memukul stir air matanya mengalir, mungkin menangisi kebodohanya atau menangisi kepatuhannya pada sang mama.

~

"Sial sial siall!!!"
Meraung marah Cika menghubungi seseorang diseberang sana.

"Dia masih  meragukan Silla"

"..."

"Tapi harus sampai kapan? Aku lelah. Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik buat Evan"

"...."

"Baiklah"

'Kamu akan segera jatuh kepelukanku mas' kita lihat saja nanti. Senyum sinis menghiasi bibir Cika.

1 minggu kemudiam

Dengan perasaan marah Cika terus berusaha menghubungi suaminya, tetapi nihil hanya suara operator  menyebalkan yang selama seminggu ini dia dengar.
Melempar benda pipih itu ke ranjang, sambil mengusap kasar wajah lelah karna kurang tidur menunggu suami 'khayalannya' pulang. 

~

"Udah seminggu lo gak pulang bro? Gak kasian sama anak istri lo?"

"Dia bukan anak gue"

"Tapi kenyataannya lo yang berbuatkan saat itu?"

"Sayangnya gue sama sekali tidak mengingat pas  kejadiannya, yang gue inget cuma pas gue bangun gue udah naked."

"Nah, itu yang gue maksud, artinya apa coba?"

"Entahlah, gue masih benci dengan perempuan itu"

"Jangan sampe lo nyesel bro, karna udah nelantarin istri juga anak lo"

"Gue harus gimana Dam?"

"Coba buka hati lo buat Cika, mungkin dia emang jodoh lo, terima dia"

"Akan gue pertimbangkan" meneguk bir sambil memijit pangkal hidungnya dia melanjutkan ucapan" Gue harus ikhlasin Della"

"Itu yang sudah seharusnya lo perbuat dari dulu," menepuk pundak sahabatnya Adam berlalu.

'Ini sebenarnya sulit Dam, tapi akan gue coba, gue gak mau seandainya betul Shilla putri gue, dia terlantar karna kebejatan ayahnya.'

Walau sebenarnya dihati dan impiannya hanya ingin memiliki anak dari wanita terindahnya Evan merasa tidak boleh egois, mungkin ini memang benar seperti yang 'mereka' jodohku bukan Della tetapi Cika, wanita yang selama ini dibenci dan tak diharap kehadirannya. Dia berniat membuka hati demi putrinya, dan ingin merasakan dan mengikat perasaan sayang pada bayi yang selama ini diragukannya. Mungkin dengan menepis segala keraguan yang ada, memantapkan hati menuju rumah yang kata 'mereka'  itu yang seharusnya. Ya kini Evan ingin segera menyingkirkan ego yang selama ini mendominasinya.'maafkan aku sayang, aku harus melupakanmu dan berhenti berharap padamu, karna aku harus menerima bahwa disisiku kini ada putri dan istriku. Aku sangat mencintaimu, sangat , tapi aku gak boleh selalu mengabaikan mereka, meskipun diawali dengan ketidakbenaran'.

Ya, Evan merasa dia harus pulang. Dia harus memberikan kelayakan pada anak istrinya.

Sementara di meja lain ada sosok yang memperhatikan dengan perasaan penuh luka.

See you😘









Aku Tak Mengenal KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang