bag 3

49 1 2
                                    

Pov. Andre

Mengetatkan rahang, pria itu terus saja mengepalkan tangan. Kenapa gadis pujaannya masih saja melindungi pria brengsek itu? Meskipun berdalih tak peduli, tapi meski di tempat yang kurang pencahayaan layaknya semalam, masih sangat terlihat jelas wajah sendunya, kala ia menghajar mantan rivalnya dulu.

Ah, bukankah meski kini masih tetap rivalnya?
Karna, tidak bisa dipungkiri tatapan cinta itu masih memancar di mata mereka. Kalo boleh berujar, dirinya masih dua tingkat di atas Evan, yang katanya pria pujaan wanita seantero jagat.

~

Memacu mobil, membelah jalanan, pria berkaca mata minus itu ingin menemui Della, bukan hal buruk juga sambil dia membawakan martabak manis kesukaan gadis itu.

Menempati meja pojok,  paling ujung dekat jendela, pria itu melabaikan tangan kearah Della. Mungkin gadis itu sedang memberi intruksi kepada para pegawainya. 'Cantik, manis', benaknya berkata.

"Mau pesan apa tuan?" Mengulum senyum gadis itu melanjutkan"tapi jangan mencoba pesan hatiku". Ahh bahkan saat bicara seperti itupun selalu terkesan menggoda, bagi pria bucin seperti dirinya.

"Akan tetap itu yang selalu gue pesan dari lo, entah sampai kapanpun pesanan akan datang, selalu kutunggu"

"Dasar gombal."

"Tapi lo suka kan?" Uh dasar mulut lancang, dengan tanpa malunya mengucap hal demikian."nih, mungkin dengan makan ini bisa ngilangin kepelikan masalah lo." Kusodorkan satu bungkus martabak kearahnya.

"Kamu_"

"Apapun tentang yang lo sukai dan tidak sukai masih dan selalu gue inget sampe kapanpun." Kuulurkan tanganku, meraih jemarinya. Kugenggam erat, setengah meremasnya. Menikmati debaran menggila, ku tatap mata sayu itu. "Gue dari dulu, sekarang dan selamanya akan selalu cinta sama lo."

"Maaf, aku gak bisa. Takut nyaikitin kamu." Tanpa perasaan Della menarik tanganya dari kungkungan jemariku.

"It's ok, gue tau lo butuh waktu, tapi ingatlah, jangan sia-siain airmata lo buat ba****an seperti dia."

"Tidak akan_"

"Tapi itu yang terlihat nona Della Anindita." Dengan nada meninggi beberapa oktaf, menarik beberapa perhatian pengunjung. "Maaf."
Cuma itu yang mampu kuucapkan.

Di lain tempat.

"Semua harus berjalan sesuai rencana"

"Rayu dia, buat dia bertekuk lutut di depanu! Karna saya sudah membayar mahal kamu."

"Tapi mah, Evan tidak pernah mau menyentuhku"

"Kenapa?bukankah setiap kucing tidak akan menyia-nyiakan ikan asin didepanya?" Dengan anggun , tapi masih terlihat tegas apa yang diucapkan wanita paruhbaya, yamg masih terlihat cantik itu."setidaknya dia percaya bayi dalam kandunganmu adalah anaknya."

Penasaran gak sih siapa 'mamah' yang disebut Cika barusan?

Terus sebenarnya apa yang terjadi dengan Evan?
Bingung?
Sama, eike juga wkwkwk

Next??







Aku Tak Mengenal KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang