Prolog

190 61 15
                                    

Pada akhirnya aku harus menemui hari ini, hari kelulusan ku menjadi seorang Ahli muda pangan, hasil dari beasiswa yang ku dapatkan beberapa tahun yang lalu. Antara lega dan sedih yang aku rasakan, lega karena apa yang ku usahakannya selama ini terbalas dengan nilai tinggi yang aku dapat, namun sedih karena mulai hari mungkin tidak akan bisa bagiku menginjak kota yang memberikan rasa aman dan nyaman ini. Gapura bertuliskan Kota Solo sudah terlewatinya sejak tadi, dan hatiku semakin gelisah, masih mengenakan kebaya dan makeup lengkap usai melaksanakan wisuda tadi, ku pegangi dengan sangat erat plakat dan ijazah ku.

Hawa dingin ikut menemani rombongan kami pulang, bagaimana tidak? Hujan mengguyur sore itu, hujan pertama di tahun ini bercampur dengan hawa perpisahan yang masih ku rasa. Ada beberapa hal yang mengalir begitu saja dalam pikiran ku, tentang para teman ku yang perlahan akan jauh karena memilih jalannya masing-masing, dan tentang tujuan ku setelah ini, aku bahkan belum memikirkan akan kemana aku setelah ini. Di dalam mobil yang kami tumpangi, aku hanya diam menikmati perasaan tidak menentu ini, aku ingin tersenyum namun hati ku menahan, berat rasanya meninggalkan tempat beserta semua kenangan yang pernah aku lalui disini.

Seperti derasnya hujan yang mengguyur kami di sore ini, dan laju mobil yang kami kendari guna meninggalkan tempat ini, seperti itu pula perasaan ku perlahan, ya, perlahan melepas kenangan guna menatap masa depan, bersama sang senja, ku tinggalkan tempat ini, melaju dengan kencangnya guna menulis kisah baru di hari selanjutnya.

***

Pada bulan pertama kelulusan ku, aku masih meneruskan pekerjaan ku di sebuah koprasi milik salah satu sekolah negeri, tepatnya di kawasan Madiun. Sekitar empat bulan aku menjalani hari ku di tempat itu, sampai pada awal tahun, sekitar bulan Februari kami terpaksa di berhentikan karena pandemi yang muncul di bumi ini.

Menghabiskan waktu ku hanya di rumah saja, tanpa tujuan dan tanpa harapan jelas, hingga suatu ketika seorang teman menawari ku sebuah pekerjaan, hanya sebagai buruh pabrik yang baru saja didirikan di kawasan kami, Oliv namanya, seorang gadis yang terpaut usia 2 tahun lebih muda dari ku, namun memiliki postur tubuh yang jauh lebih besar dari ku, kebetulan dia sudah lebih dulu bekerja di tempat itu, mungkin baru sekitar 2 minggu.

Entah karena ijazah yang ku miliki, atau memang interview yang berhasil aku lewati dengan baik, hari itu juga aku di panggil bekerja.

Memulai pekerjaan di tempat baru bukan lah hal yang mudah bagi ku, apalagi aku bukan orang yang pandai bergaul, aku lebih suka diam dan menyendiri. Terkadang hati ku merasa patah, setelah aku menyelesaikan pendidikan ku di perguruan tinggi, pada akhirnya aku juga harus bersusah-susah kerja di bagian produksi, setiap saat ingin rasanya aku menangis, jika saja tidak ingat bila ada kedua orang tua dan satu adik kecil yang harus ku bahagiakan di rumah, terlebih lagi, aku malu pada semangat kerja yang dimiliki Oliv jika aku terus mengeluh.

Ada banyak yang tidak menyukai ku mungkin namun aku tidak peduli, yang aku perlukan hanya bekerja sebagaimana mestinya, tanpa memperdulikan tatapan tidak suka dari sebagian manusia yang ada disana. Tentang aku yang tidak pandai untuk bergaul, aku tahu itu membuat sebagian mereka tidak nyaman setiap berada di dekat ku, namun itulah aku, dan aku tidak pernah memaksa orang lain untuk bisa menerima keadaan ku.

Sekitar dua minggu aku bekerja dilingkungan baru itu, tiba-tiba sebuah kabar tidak terduga menghampiri ku, aku anak baru ini di tunjuk sebagai admin oleh atasan kami, atau lebih tepatnya posisiku seperti tangan kanan atasan, selain masuk sebagai operator produksi, aku juga di bebankan dengan tugas lainnya, seperti absensi, data karyawan serta gaji. Hal itu membuat nama ku naik dengan seketika, sedang orang-orang yang tidak menyukaiku tentu saja juga bertambah banyak, namun sekali lagi, aku tidak peduli, di awal pemilihan ku, aku sudah menolaknya dengan sopan, meminta agar pimpinan memikirkan ulang terhadap pemilihan ku, dan melemparnya kepada karyawan lain yang lebih mampu, namun jawaban beliau membuat ku tidak mampu berkata lagi

" Ada banyak orang pandai namun tidak semua mampu, ada banyak orang pintar namun tidak semua jujur. Dalam diri kamu saya menemukan semua itu, saya tahu betul kamu anak baru, tapi saya yakin kamu pekerja keras, pintar, mampu dan yang terpenting kamu jujur "

Dan itulah awal kisah penuh liku yang terjadi dalam hidup ku, semua berubah begitu saja, sampai-sampai aku mengira bila aku memanglah seorang pribadi yang baru. Seluruh kisah itu akan terangkum bersama sajak-sajak indah yang akan ku catatatkan dalam DESEMBER

***

DESEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang