" Der, ini data ku kasih ke kamu ya? " Ucap Dirga padaku, aku mendengus, seingatku aku sudah memintanya untuk langsung mengirim pada Pak Jojo saja, orang yang diminta atasan untuk mengumpulkan data karyawan.
" Kan sudah kubilang, langsung ke Pak Jojo, ada banyak yang harus aku selesaikan Mas " Ucapku mulai kesal, namun tampaknnya lelaki itu belum menyerah untuk membuat ku semakin marah, dia justru ikut berjongkok di depanku
" Kalau aku maunya ngumpulin ke kamu gimana? " Ucapnya lagi, lelaki ini benar-benar tidak tahu tempat, dia bahkan tidak bisa melihat amarah ku yang sudah meluap sejak tadi. Akhirnya inilah yang harus dia terima, aku menatap tajam penuh amarah padanya, lantas menghentakkan tangannya menjauh beserata berkas yang dia bawa
" Kamu bisa dengar apa tidak aku bicara! Ku bilang langsung ke Pak jojo, sengaja banget ya buat orang lain susah! Aku capek mas, yang aku urusi bukan cuma kamu!! " Bentak ku dihadapan semua orang, semua yang ada ditempat itu lantas memandang kearah kami, sedang lelaki itu masih bisa tersenyum tenang seolah tidak ada apa-apa.
Mas Anang langsung mendekat dan menarik pundak Dirga sedikit menjauh dari tempat ku, masih dengan tajam ku pandang wajah lelaki yang telah berani mengusik ku itu, selama ini aku menjadi pribadi pendiam, agar tiada satupun orang yang bisa meremehkan ku, agar semua orang menjaga jarak dariku dan tidak dengan mudahnya bisa menyentuh baik diriku atau juga hidup ku. Namun lelaki ini, ku perhatikan sejak beberapa hari yang lalu, dengan percaya dirinya sudah melampaui batas dalam mengusik ku, apakah dia tidak sadar bila aku sangat tidak nyaman dengan sikapnya ini.
" Iya-iya Der, begitu saja marah " Ucapnya membela diri, aku yang masih dikuasai oleh amarah tentu saja tidak bisa tinggal diam, aku bahkan tidak lagi peduli bila seluruh orang tau bagaimana sikap asli ku, aku memang bukan pendiam, aku hanya malas banyak bicara pada sesama manusia, rasanya percuma, mereka juga tidak akan mengerti diriku
" Bukan masalah cuma begini mas, tapi kamu harus tahu kalau aku enggak suka di ganggu! " Tegas ku sekali lagi, Mas Anang nampak masih berusaha menyeret lelaki itu
" Ga, sudah ku bilangkan, Dera itu admin kita, kamu harus hati-hati kalau bersikap padanya. Kamu harus tahu tempat dan keadaanlah, jangan terus menerum mengusiknya " Pinta lelaki itu, Dirga tampak menurut, dengan tersenyum dia pergi dari hadapan ku.
Tanpa merasa bersalah, aku segera naik ke jok belakang motor Oliv yang sudah menunggu ku, gadis itupun diam tidak ingin memperkeruh suasana hatiku, kami langsung melaju meninggalkan tempat itu. Cukup lama kami saling diam, akhirnya ku hela nafas panjang guna mengendalikan emosiku, setelah cukup baik, aku membuka kata
" Liv, kira-kira sikap ku ke Mas Dirga keterlaluan apa enggak ya? " Tanyaku, gadis itu menggeleng sambil fokus menyetir tentu saja
" Enggak. Ya memang dia itu enggak tahu tempat, tapi aku juga kasihan " Mendengar penuturan Oliv aku mendengus, kalau dipikir memang tidak seharusnya aku bersikap demikian, apalagi usia lelaki itu jauh di atasku, bukankah tidak sopan aku bersikap sekasar itu? Walau dia sedikit menyebalkan, namun harusnya aku tahu dia tidak bersikap membuatku marah, lagipula ini memang tanggung jawab ku, lantas mengapa aku harus marah? Bukankah itu menandakan bila aku tidak mampu melakukan pekerjaan ku?
" Hm. Pas saja aku lagi marah tadi, kalau dalam keadaan normal, enggak mungkin aku kayak tadi " Aku masih berusaha membela diri, membuat diriku sendiri percaya bila aku bukanlah pihak yang salah, aku menggigit bibir bawah ku gelisah, bayangan lelaki itu muncul dan membuat ku semakin merasa bersalah
KAMU SEDANG MEMBACA
DESEMBER
Romance( True Story) Hina saya dengan kata apa saja, karena yang di ciptakan untuk saya selamanya akan menjadi milik saya. Desember punya cerita tentang cinta dan perjuangan, seribu hina yang kemudian menjadi liku indah.