BAB 3

85 46 2
                                    

" Bagaimana kerjanya Sya? " Terdengar suara dari seberang panggilan sana. Aku tersenyum sambil melepas hijab yang ku kenakan, lalu merebahkan tubuh ku guna sejenak beristirahat

" Seperti biasa mas, enggak ada yang menarik " Jawab ku santai, memang itulah yang ku rasakan, sebaik apapun teman yang ku miliki disana, tetap saja aku lebih suka ditempat kerja yang lama.

Soal orang yang berada di panggilan telfon itu, dia adalah teman ku, ya memang kami tidak pernah berjumpa secara langsung, namun sudah sejak 1 tahun ini kami berhubungan lewat ponsel, dia banyak mendengar keluh kesah ku sejak sikap Dafa mulai berbeda bagiku, begitupun mas Bima, lelaki berusia 25 tahun itu juga sering membagi ceritanya pada ku. Aku paling tertarik saat dia menceritakan tentang gadis yang disukainya menikah dengan orang lain, padahal katanya dia yakin akan diterima jika saja berani menyampaikan niat baiknya

" Kamu cari gebetan disana Sya, pasti nanti betah "

" Lalu, Dafa bagaimana? "

" Halah cowok itu lagi, kapan sih kalian mau putus? "

" Ih mas Bima jahat banget ngomong kayak gitu. Memang kenapa? Mau jadi gantinya? "

" Enggaklah, siapa kamu Sya, cantik juga enggak "

Aku mendengus mendengar pujian itu, hal yang selalu diucapnya setiap hari, padahal dia tahu berapa banyak pemuda disini yang begitu menginginkan ku, namun tetap saja lelaki yang satu ini selalu menolak pesona ku

" Awas jatuh cinta "

" Enggak akan "

" Sombong. Hati-hati kalau terlambat lagi "

" Hah kamu yang sombong Sya. Soal itu aku yang salah, enggak tahu kalau dia sudah lulus, ku kira masih kurang 1 tahun kuliah. Padahal kalau aku bicara, sangat yakin kalau aku yang akan di terima "

" Waw. Yakin sekali anda, memang apa yang membuat mas Bima berpikir demikian "

" Mata enggak akan bisa bohong Sya "

Mendengar jawaban itu sontak aku menghentikan kegiatan ku, entah kenapa seakan tertampar tepat pada luka, aku mulai bingung dengan apa yang kurasa akhir-akhir ini, apapun itu yang jelas sangat mengganggu

" Iya mas, itu aku tahu " Jawab ku lirih, lalu kembali fokus pada layar yang menampakkan wajah dari lelaki itu.

" Dafa enggak datang lagi Sya? "

" Entah "

" Aku rasa dia punya cewek lain Sya "

" Enggak lah, dia setia "

" Mulut cowok di percaya "

" Halo, yang barusan ngomong juga cowok "

Lelaki itu tertawa renyah, akupun tertawa, kadang aku merasa aneh, mengapa yang dekat terasa jauh dan yang jauh terasa dekat, apakah teknologi yang paling bertanggung jawab akan hal ini, atau justru manusianya sendiri.

" Ya sudah mas aku mau istirahat, masih banyak kerjaan " Pamit ku sopan, lelaki itu mengangguk lalu mematikan panggilan vidionya.

DESEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang