BAB 7

52 32 1
                                    

Bangun pukul 08.00 pagi, hanya bangun sahur dan kembali tidur setelah sholat subuh, badanku sudah tidak karuan lagi rasanya, waktu istirahatku tersita sangat banyak, ditambah kerja tambahan yang baru saja ku dapat. Tidak peduli juga pada suara ponsel yanh sedari tadi bergetar mengganggu, mataku masih setia untuk terpejam.

Keadaan yang paling ku suka ketika aku bekerja adalah karena aku bisa bangun sepuasnya, ya, ibu ku tidak akan membangunkan aku sekedar memintaku masak atau yang lainnya, walaupun yang mengerjakan juga tetap aku namun waktunya tentu saja juga terserah padaku.

" Akak!! " Hanya sebuah teriakan kecil, dari bidadari kecil juga yang kini sudah berada diatas perutku, gadis kecil berusia tiga tahun itu langsung menyajikan deretan giginya sejak pertama aku membuka mata, aku membalasnya dengan senyuman, lalu membawa gadis mungil itu dalam pelukku

" Akak, enggak kelja? " Tanyanya kidal. Aku tersenyum sambil menggeleng

" Nanti sore " Jawabku, namun tampaknya gadis itu sudah tidak lagi mempedulikanku, toh dia sudah sibuk dengan boneka kain di tangannya.

Setelahnya, aku kembali tidak sadarkan diri, mataku tertutup entah berapa lama, aku bahkan sempat bertemu lelaki yang masih saja kulupakan namanya saat aku bangun itu. Selalu saja berakhir seperti ini, aku menangis sesegukan ketika aku sadar itu hanya mimpi, aku sangat merindukan lelaki itu, seolah dia adalah salah satu orang terpenting dalam hidupku yang kini pergi entah kemana, namun kenyataannya aku tidak pernah mengalami hal seperti itu.

" Dera!!!! " Suara itu membuat ku mengerjap beberapa kali, kesadaranku yang belum sepenuhnya ku kuasai masih membuat mata ini susah terbuka

" Adik kamu kemana. hm? " Tanya Ibu, hm mana aku tahu, seingatku terakhir kali gadis kecil itu bermain boneka di sampingku.

" Enggak tahu " Jawabku santai masih bergulat dengan selimutku, mataku juga masih enggan membuka, pikirankupun belum sepenuhnya sadar

" Dera!! Kamu cari adik kamu sekarang, kalau hilang bagaimana? " Mataku langsung terbelalak mendengar kata hilang, segera aku bangkit dari tidurku, berlari tanpa arah, dan mendapat dua kali benturan di jidatku, pertama oleh dinding kamar dan kedua oleh pintu kayu rumahku.

" Ara!!! " Panggilku, namun tiada sautan sama sekali. Kepala ku pening karena bangun yang spontan tadi, namun itu tidak terlalu ku pedulikan, yang penting adalah dimana Ara sekarang.

" Ara!! " Panggilku lagi, dengan hasil yang sama, meninggalkan kawasan rumah ku, kaki ku membawa tubuh ini melangkah kesebuh rumah yang berdiri tepat di sampingku, rumah tetangga baik ku, yang juga satu-satunya rumah yang tidak terpotong jalan dengan rumah ku

" Ar_

" Akak " Seorang gadis kecil mengangkat tangannya menyapa ku, lega rasanya, gadis itu sudah duduk bersama Fahri, anak lelaki berusia 10 tahun, yang merupakan anak tetangga yang tadi sempat ku ceritakan, termasuk adik dari sahabat baik ku, Vera.

***

Setelah memastikan adik ku aman disana, aku kembali merebahkan tubuhku di atas ranjang, ku ambil benda pipih yang sedari tadi ku abaikan, ada beberapa pesan yang muncul, namun tetap tidak ada satupun pesan dari Dafa, lelaki yang mengaku kekasihku itu bahkan seperti sudah tidak peduli padaku sama sekali.

" Apa ni Bima? " Tanyaku sambil membuka satu pesan darinya, aku tertawa setelah membacanya, tentu saja, semua pesan yang dia kirim sangat berbanding terbalik dengan apa yang selalu dia katakan

DESEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang