Sementara itu di dalam bangunan yang hanya satu-satunya di dalam benteng di tengah-tengah padang rumput itu, terlihat seorang pemuda tampan. Berdiri tegak di depan jendela besar sambil mendongakkan kepala memandang ke langit. Tidak jauh di belakangnya, terlihat tiga orang laki-laki berusia setengah baya yang bertubuh kekar duduk bersila di lantai memandangi.
Pemuda berbaju kulit binatang yang tidak lain Bragata itu baru berbalik, setelah cukup lama berdiri di depan jendela menatap ke langit yang cerah dan hanya sedikit awan saja. Langsung dipandanginya tiga orang yang duduk di lantai tidak jauh di depannya. Kemudian kakinya melangkah mendekati sebuah kursi dengan ukiran indah, lalu duduk dikursi itu dengan wajah kelihatan berselimut mendung. Ketiga orang yang masih tetap duduk bersimpuh di lantai itu terus memandangi.
Mereka adalah tiga orang yang pertama kali ditaklukan Bragata setelah menguasai ilmu-ilmu dari lima orang Pemimpin Partai Tengkorak Hitam, hingga menjadi pengikutnya yang paling setia. Sedangkan Bragata sendiri, tidak mengangkat seorang pun menjadi pendampingnya. Apalagi orang kepercayaan. Tapi tiga orang bersaudara itu yang memang paling dekat dengannya. Mereka adalah Rapari, Raluga, dan Rakapi yang semuanya memegang senjata berupa pedang berujung dua seperti lidah ular. Dan mereka bertiga memang dikenal sebagai si Tiga Iblis Pedang Ular.
"Dia itukah yang disebut Pendekar Rajawali Sakti...?" ujar Bragata seperti bertanya pada diri sendiri.
"Benar, Yang Mulia. Dia itu satria utama Karang Setra," sahut Rapari.
"Tingkat kepandaiannya sangat tinggi, sukar dicari tandingannya sampai saat ini," sambung Ratuga.
"Dan kabarnya, dia juga Raja Karang Setra. Tapi dia lebih sering pergi mengembara. Sementara tampuk pimpinan digantikan adik tirinya. Namanya Danupaksi. Namun tingkat kepandaiannya masih berada jauh di bawah satria itu, Yang Mulia," sambung Rakapi menjelaskan.
"Hm.... Bagaimana kekuatan prajuritnya sendiri?" tanya Bragata dengan nada suara setengah nenggumam.
"Itulah persoalannya, Yang Mulia. Meskipun jumlahnya sedikit, tapi mereka memiliki kepandaian bertempur yang tidak bisa dianggap enteng. Belum lagi mereka memiliki para ksatria yang berkepandaian tinggi. Karang Setra memang dikelilingi para ksatria yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Itu sebabnya, walaupun hanya merupakan sebuah kerajaan kecil, tapi sangat disegani kerajaan-kerajaan lain. Bahkan beberapa kerajaan yang sudah kita taklukan, sangat menyegani Karang Setra. Sehingga tidak ada yang berani menggempurnya. Sudah beberapa kali Karang Setra mendapat serangan dari luar, tapi tidak ada yang berhasil menaklukannya," jelas Rapari panjang lebar.
"Kalian begitu banyak mengenal seluk beluk Karang Setra. Tapi aku melihat kalian seperti gentar menghadapinya. Kenapa...?" terdengar agak dalam nada suara Bragata.
Tatapan mata pemuda itu pun terlihat begitu tajam, menyoroti wajah ketiga orang yang tetap duduk bersimpuh di lantai, tidak jauh di depannya. Dan mereka langsung menundukkan kepala, seakan menyembunyikan rasa kegentaran dalam hati yang sudah terbaca Pemimpin Tunggal Partai Tengkorak Hitam itu. Hingga untuk beberapa saat, tidak ada seorang pun yang membuka suara untuk menjawab pertanyaan Ketua Partai Tengkorak Hitam.
"Seluruh kekuatan yang kumiliki, sekarang sudah berkumpul di sini. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi kalian untuk gentar menaklukan Kerajaan Karang Setra. Dan satria yang menjadi kebanggaan Karang Setra, biar menjadi bagianku. Kalian hanya memimpin semua pasukan menyerang prajurit Karang Setra. Bahkan kalau perlu, membumihanguskan semuanya," terdengar agak lantang suara Bragata.
"Baik, Yang Mulia," sahut Tiga Iblis Pedang Ular serempak seraya menganggukkan kepala bersamaan.
"Satria itu sudah mulai berani menyerang ke sini. Dan kita kehilangan hampir seratus orang. Maka sudah sepantasnya kalau harus membalas, menunjukkan kekuatan kita yang sesungguhnya. Hancurkan Desa Kandaga hari ini juga. Kerahkan orang-orang kalian yang terbaik," perintah Bragata.
Tanpa diperintah dua kali, tiga orang laki-laki yang sudah dikenal di kalangan rimba persilatan itu segera memberi hormat pada Ketua Partai Tengkorak Hitam. Kemudian mereka bergegas keluar, meninggalkan ruangan berukuran cukup besar ini. Sedangkan Bragata sendiri bangkit berdiri, lantas melangkah ke jendela. Dari jendela ini, tampak terlihat tiga orang yang dikenal sebagai Tiga Iblis Pedang Ular tengah mengumpulkan orang-orang terbaiknya di tengah lapangan benteng itu.
Ada sekitar lima ratus orang langsung terkumpul dengan kuda masing-masing. Dan mereka juga sudah siap dengan senjata. Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah bergerak keluar dari dalam benteng itu dengan menunggang kuda. Tampak berkuda paling depan adalah si Tiga Iblis Pedang Ular.
Mereka bergerak cepat menuju Desa Kandaga yang merupakan gerbang termudah untuk masuk ke Karang Setra. Tapi kini bukan lagi menjadi gerbang termudah bagi orang-orang yang tergabung dalam Partai Tengkorak Hitam, karena ratusan prajurit pilihan Karang Setra sudah membuat benteng pertahanan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
133. Pendekar Rajawali Sakti : Tengkorak Hitam
AcciónSerial ke 133. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.