PART TIGA

4 3 0
                                    


"Satu pujian darimu lebih berarti, dibandingkan seribu tatapan memuji."

***

Nathan melempar mantel hitamnya ke tepi kasur dan langsung terduduk tak jauh dari sana, tampak sekali ia tengah gusar. Kedua tangannya bertaut, pandangannya kosong ke arah lantai, dan jangan lupakan isi kepalanya yang kacau.

"Arghh!" Nathan mengacak-acak rambutnya seraya menggeram.

Tiba-tiba saja angin malam menerpa wajahnya, memberikan sensasi dingin yang sedikit menenangkan. Rupanya jendela kamar Nathan terbuka, sehingga memberikan ruang untuk angin malam masuk. Tak ingin mati kedinginan karena udara kota London, Nathan memutuskan untuk menutup jendela.

Drttt ... drtt ... drttt ...

Getaran di ponselnya menginterupsi gerakan Nathan yang tengah menutup jendela, ia sedikit mempercepat kegiatannya untuk segera mengangkat telepon. Senyum tipis terukis di wajahnya kala mengetahui yang menelepon adalah Crisy.

"Ya?" tanyanya sebelum Crisy berucap.

"Tidur."

Nathan merebahkan tubuhnya di atas kasur, sebelah tangannya berada di belakang kepala seolah menjadi bantal.

"Hm," sahut Nathan sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Semuanya akan baik-baik saja kau tahu."

Entah mengapa suara gadis di seberang telepon sungguh menenangkan hatinya.

"Kau akan menyelesaikan kasus ini dengan cepat, seperti biasa," lanjut Crisy.

Keheningan tercipta di antara mereka untuk waktu yang cukup lama, hingga akhirnya Crisy berkata, "Kau tidur? Yasudah, aku matik—"

"Jangan," cegah Nathan. "Jangan berhenti bicara, kumohon."

Nathan tak tahu, seseorang tersenyum malu-malu kala mendengar permohonannya. Kemudian orang itu menyahut, "Aku harus bicara apa, ya? Menghiburmu bak komedian?"

Senyum Nathan semakin merekah saat tawa Crisy terdengar di akhir kalimatnya.

"Emm, kau ingat dulu kau sering insomnia dan aku harus menemanimu terjaga semalaman."

"Esoknya kita telat masuk sekolah," Crisy menjeda ucapannya. "Dan saat kita mendapat hukuman, kau selalu melarangku mengerjakannya."

"Alhasil aku hanya duduk memperhatikanmu menyapu lapangan, haha ...."

"Kau ingat, tidak? Wajahmu sangat konyol saat kelelahan, haha."

"Hei, aku mendengarnya kau tahu."

"Haha ... aku kira kau sudah tidur."

"Wajahmu waktu itu seperti ...."

"Oh, berhenti, Cris."

"Hahaha, tidak bisa."

Dapat Nathan dengar Crisy tengah tertawa terbahak sekarang. Ia pun berandai-andai jika Crisy ada di sisinya sekarang, sudah dipastikan ia akan mengacak-acak rambut panjang gadis itu dengan gemas.

"Kau tampan," cetus Crisy sesaat setelah tawanya mereda.

"Ha?" Nathan sedikit terkejut mendengar penuturan Crisy.

"Aku bilang kau tampan, bodoh."

Lagi-lagi Crisy tertawa di akhir kalimat yang ia ucapkan.

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang