Degup jantung Valerie bertambah cepat seiring dengan kakinya yang melangkah lebih dalam di gang sempit nan gelap itu. Heels yang ia kenakan menimbulkan suara yang menggema, tetapi samar-samar ia mendengar suara langkah kaki lain.
Entah kepada siapa ia meminjam rasa berani, hingga ia menghentikan langkah kakinya hanya untuk memastikan apakah ada orang lain di gang sempit nan gelap itu. Namun, bertepatan dengan langkahnya yang terhenti suara langkah kaki itu pun tak terdengar lagi. Valerie menghembuskan napas lega, berada di tempat menyeramkan membuatnya menakut-nakuti diri sendiri dengan pemikiran aneh.
Saat kembali berjalan Valerie merasa yakin jika ia tidak sendiri, sebab langkah kaki itu terdengar lagi yang ia yakini bukan langkah kakinya. Terlepas dari benar tidaknya ada orang yang tengah mengikuti Valerie, ia tetap memutuskan untuk mempercepat langkah agar segera keluar dari gang ini dan sampai di rumahnya.
"Akhh ...." Valerie terpekik kaget kala sebilah pisau lipat bertengger manis di lehernya.
Seseorang tengah mengunci pergerakannya dengan menempelkan ujung pisau di leher jenjang Valerie. Tak tahu harus melakukan apa Valerie memutuskan untuk mencengkeram lengan orang itu kuat-kuat, berharap agar kuku-kuku panjangnya dapat melukai tangan orang itu. Akan tetapi, semakin kuat cengkeraman Valerie orang itu semakin menekan pisau di leher Valerie, menggores kulit mulus itu hingga darah segar mengalir di sana.
"Tolo—akhh," teriakan Valerie berganti dengan rintih kesakitan. Bila pisau itu ditekan, lagi, habis sudah nyawanya.
Pandangan Valerie mulai berkunang-kunang, kepalanya berdenyut hebat. Tak berapa lama kesadaran Valerie lenyap dan tergantikan dengan kegelapan.
~ ♡ ~
Malam ini rembulan bersinar terang, namun terlihat menyedihkan. Rembulan itu seolah menjadi saksi dari perbuatan keji yang akan dilakukan seseorang, orang yang tak mengerti apa itu empati.
Kegelapan yang menyelimuti gang kecil itu, seakan memberikan ruang kepada orang itu untuk melakukan aksinya tanpa diketahui. Ia melipat sebelah tangannya di depan dada, tangannya yang lain memutar-mutar pisau lipat yang terdapat sedikit bercak darah. Sebelah kakinya yang tertekuk menghentak-hentak seolah tengah menunggu sesuatu dengan tidak sabar.
Tiba-tiba hembusan angin malam menerpa wajahnya, membuatnya memejamkan mata untuk menikmati sentuhan angin malam yang seakan membuat keheningan semakin suram.
"Shhh," ringis seorang wanita yang tengah mencoba membuka kelopak matanya. Wanita itu tak lain adalah Valerie.
Kaki orang yang memegang pisau itu berhenti menghentak, orang itu beralih memandang Valerie intens, menunggunya benar-benar membuka mata.
Masih dengan mata tertutup Valerie meraba-raba lehernya yang terasa sakit dan perih. Saat ia meraba lehernya ia mendapatkan sehelai rambut menempel di darahnya yang nyaris mengering.
Rontok, batin Valerie.
Akan tetapi saat tangannya mengelus tengkuk, ia baru menyadari jika rambutnya tidaklah rontok, melainkan seseorang telah memotong rambut panjangnya.
"Akhh ... shhh."
Tiba-tiba orang yang sedari tadi menunggui Valerie bangun menancapkan pisau lipatnya tepat di perut Valerie membuat Valerie berteriak kencang, mengagetkan burung hantu yang sedari tadi menyaksikan, kini memilih terbang menjauh.
"Akhhh!"
Valerie kembali berteriak kencang dengan mata yang melotot saat orang itu mencabut paksa pisau yang menusuk perutnya, rasanya lebih sakit dari pada saat pisau itu menembus dagingnya.
Orang itu berjongkok di depan Valerie yang terbaring lemah sembari memegangi perutnya sendiri. Darah segar mengalir dari perutnya.
Dengan napas tidak teratur dan tubuh yang kian melemah Valerie menatap orang itu tepat di manik matanya. Tampak tidak asing bagi Valerie.
Valerie memejamkan matanya, merasakan goresan pisau yang mengenai pipinya, kemudian beranjak ke dagu, bibir, dan yang terakhir mendekati mata. Rasa sakit yang didominasi perih kian menjadi, tetapi Valerie sudah tidak sanggup untuk sekadar berteriak.
"Ini terlalu panjang," gumam orang itu sembari meraba bulu mata lentik milik Valerie.
Valerie memutar otaknya keras, berusaha mengingat suara yang terdengar familiar di telinganya.
"Akhhh!"
Valerie kembali berteriak, kini dengan suara tercekat. Orang itu mencabut bulu mata Valerie, entah berapa yang berhasil ia dapat. Seakan tidak puas orang itu kembali mencabut bulu mata Valerie yang sebelahnya lagi, membuat sang empu berteriak bagaikan orang kesetanan.
Pening kembali menghampiri Valerie, tak lama lagi kegelapan abadi akan menguasainya. Namun, sebelum itu terjadi orang itu berkata, "kau tak seharusnya menjadi cantik."
Sebelum hembusan napas terakhirnya Valerie berhasil mengenali siapa orang itu. Ia sangat mengenalnya.
Belum berakhir.
Orang itu menilik jam tangan yang digunakannya, kemudian menggoreskan sesuatu di lengan Valerie yang malang
~ ♡ ~
A/n
Hallo semua^^ selamat membaca awal yang menyenangkan wkwk.
Fyi, cerita ini merupakan project LC yang bertajuk "The Girl" dan bergenre thriller.
Cerita ini ditulis oleh tiga author yaitu, aku sendiri yang barusan mempersembahkan awal menyenangkan wkwk Cr-Azy kalian bisa panggil aku Azy.
Dan, dua rekanku Ellya EllyaAgtna, juga Hanifa ilymeli soal panggilan buat mereka, nanti mereka cuap-cuap ama kalian di part mereka masing-masing>.<
Jangan lupa kunjungi akun pribadi kami^^
![](https://img.wattpad.com/cover/222754107-288-k646430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl
Mystery / ThrillerValerie, kematiannya menjadi awal dari pembunuhan berantai gadis-gadis berambut panjang. Cantik dan menawan, sayang mereka bernasib malang. Pun menjadi awal terungkapnya sebuah rahasia. Rahasia yang perlahan menggiring Nathan menuju nestapa. Tengge...