PART ENAM

6 3 0
                                    

Awas, mual.

Lembaran baru kembali dimulai, diawali dengan Crisy yang berkunjung ke rumah Nathan pagi-pagi sekali. Sang pemilik rumah yang masih ingin terlelap pun merasa jengkel dengan kedatangan tamu tak diundang itu, tetapi senyumnya kembali merekah kala mengetahui jika Crisy membawa makanan kesukaannya. Tanpa berbasa-basi Nathan langsung menyantap makanan yang Crisy siapkan, akibatnya Crisy terkekeh geli sambil membeo, "Maaf, ya ... aku ganggu."

Nathan hanya menggeleng untuk memberi respon kepada Crisy, ia terlalu sibuk memakan bacon yang terbuat dari daging sapi kesukaannya. Bukan sekadar menyiapkan, tetapi Crisy juga ikut menyantap makanan dengan menu yang sama meski sebenernya ia tak terlalu menyukai menu sarapan khas london ini.

"Enak?" tanya Crisy memecah keheningan.

Kali ini Nathan menyempatkan diri untuk menatap Crisy. Sontak ia mengukir senyum seraya berkata, "Enak, nyaris seperti masakan Ibu."

Crisy menanggapi ucapan Nathan dengan tersenyum senang, walau tak dapat dipungkiri jika ada rasa kesal ketika Nathan mengatakan ‘Nyaris’, sedangkan yang ingin ia dengar adalah ‘Sama’.

Nathan terdiam sejenak sembari memandang Crisy, menimbulkan kernyitan heran di wajah Crisy.

"Crisy, apa kau ingat?" ujarnya. "Dulu ...."

"Kau payah!" ejek Nathan remaja kepada Crisy yang kesulitan memanggang tomat.

Meski memanggang tomat untuk salah satu menu sarapan pagi tergolong hal mudah Crisy tetap kesulitan melakukannya.

"Jika memanggang tomat saja tak bisa, bagaimana membuat bacon si menu utama?" ejek Nathan lagi seraya terkekeh geli.

Kekesalan Crisy semakin menjadi ia pun berjalan mendekati Nathan yang tengah duduk di meja makan, lalu meraih sendok yang berada tak jauh dari Nathan kemudian dilemparkannya sendok itu ke arah lantai, hingga menimbulkan bunyi bising.

"Ada apa ini?" tanya ibu Nathan yang baru saja datang.

Crisy menunduk—merasa bersalah atas perbuatannya. Akan tetapi, bukannya marah ibu Nathan justru tersenyum sembari menarik lengan Crisy lembut.

Ibu Nathan berujar, "Ibu akan ajarkan cara memasaknya."

Kala itu, Crisy yang baru menginjak remaja tersenyum senang dan belajar masak dengan antusias. Sejak saat itu pula, Crisy sering belajar masak.

Tiba-tiba, telepon rumah Nathan berbunyi sontak saja ibu Nathan pergi untuk mengangkatnya. Saat ibu Nathan pergi di saat itulah Nathan mengambil kesempatan untuk mendekati Crisy seraya berkata, "Maaf, ya ... candaanku keterlaluan."

Crisy hanya mengedikkan bahu tak peduli, nampaknya ia enggan menoleh ke arah Nathan sedikit pun.

"Setelah itu kau membelikan aku es krim!" Crisy memotong kisah yang tengah Nathan ceritakan.

"Tentu saja aku ingat," ucap Crisy pongah.

"Aku yang lebih ingat!" sergah Nathan.

"Oh, ya? Lalu setelah itu apa yang terjadi?" Crisy menaik-turunkan alisnya menantang, akibatnya Nathan berpikir begitu keras. Namun, ia tak menemukan jawaban yang pasti.

"Ya ... baikan?" balas Nathan ragu-ragu.

"Salah!" tukas Crisy. "Setelah itu, kau yang marah karena aku memakan semua es krim-nya."

Crisy pun tertawa geli karena ucapannya sendiri.

"Kapan aku marah?" gumam Nathan sembari bertanya pada dirinya sendiri.

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang