3 : Teka-teki

40 10 4
                                    


Di sisi lain, Hong Jisoo baru saja menginjakkan kaki di lantai paviliun surat kabar, dia mendapati keributan dari dalam gedung paviliun.

Salah satu wanita berseragam berlari kecil lalu membungkuk di hadapannya. "Seja -Jeoha." Hong Jisoo menangkap nada kecemasan itu.

"Ada apa ribut-ribut di dalam?"

Wanita itu menjelaskan dengan cepat inti permasalahannya. Kernyitan muncul didahi sang Putra Mahkota, dia segera berjalan cepat menuju meja kerja jurnalis itu. Semua orang memperbaiki postur tubuh lalu membungkuk hormat menyadari kehadirannya.

Di atas meja, ada sebuah gulungan kertas berisi tulisan tangan yang cukup rapih, meskipun terkesan ditulis asal. Orang-orang yang sebelumnya mengerubungi tulisan itu menyingkir memberi ruang. Hong Jisoo membacanya cepat sebanyak dua kali. Meyakinkan diri ia tidak sedang membaca sebuah karangan. Lalu ia terbayang sosok lelaki misterius yang baru dijumpainya.

Mungkinkah?

"Apa orang yang mengantar ini berpakaian seperti orang luar negeri? Dia membawa pedang?"

Jurnalis itu mengangguk. "Be-benar, Seja. Dia baru keluar dari sini beberapa saat lalu."

Pengawal saling berpandangan. Dalam hati mulai mencoba mengingat kembali rupa orang itu. Hong Jisoo melirik dari ekor mata, mereka adalah bawahan yang cerdas, dengan sekali sentakan kepala, salah satu dari mereka bergegas meminta selembar kertas dan sebuah pena. Setelah beberapa saat, lembar kertas itu diserahkan pada Hong Jisoo. Sebuah sketsa kasar setengah badan seorang pria.

"Dia?" tangannya terjulur kedepan.

Ekspresi jurnalis itu berubah antara tercengang dan bingung. Sketsa di tangannya menampilkan gambar seorang pria yang nampaknya masih muda dan memiliki wajah yang terbilang rupawan. Ia sempat merasa senang ketika mendapat sketsa ini karena ia kira Putra Mahkota juga sudah berpapasan dengannya.

"Bukan, bukan dia. Saya belum pernah melihatnya."

Giliran Hong Jisoo dan bawahannya yang kebingungan.

"Tapi dari pakaian memang sama, hanya saja wajahnya berbeda, orang yang menyerang saya ini agak lebih dewasa, berhidung bengkok dan memiliki luka sayatan di bawah mata," lanjutnya.

Siapa lagi yang berpakaian seperti ini dan membawa pedang? Kalau orang ini baru turun beberapa saat lalu, harusnya Hong Jisoo berpapasan dengannya, kecuali dia lewat jalur lain. Namun, pemuda yang ditemuinya barusan juga tampak mencurigakan.

Si jurnalis tampak linglung melihat sang Putra Mahkota yang berpikir keras.

Bibir Hong Jisoo terkulum, lalu mengembuskan nafas. Tanpa diminta jurnalis itu mulai menerangkan kejadiannya dengan lebih detail.

"Pedang orang itu benar-benar mengeluarkan api, Seja. Pakaian dan meja saya terpercik api itu. Saya juga dirampok. Para penjaga di depan diringkus dan dimasukkan ke dalam bak sampah," Adunya seraya menunjukkan bukti-bukti, raut wajahnya menyiratkan keresahan yang mendalam.

"... Dirampok? Berapa?" Hong Jisoo sedang berpikir penjahat level apa yang memiliki senjata ajaib tetapi malah merampok seorang jurnalis yang tidak membawa uang seberapa.

"Dua keping emas, sekarang anak saya harus memendam keinginannya untuk membeli sepatu baru." si Jurnalis membuat-buat tangisannya.

Hong Jisoo merogoh kantung celananya, mengeluarkan kantung uang berwarna biru gelap. Lima keping emas diserahkan pada jurnalis itu.

"Se-Seja!" diiringi tatapan penuh haru.

"Anda masih bisa membeli sepatu untuk anak anda," Ujar Hong Jisoo.

S.J.J SwordsmenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang