Dua kepala saling berbenturan keras.
Lebih tepatnya kepala Hong Jisoo menghantam telak pelipis DaeHee hingga orang di atasnya itu oleng.
Di tengah rasa pusing yang mendera, DaeHee mengumpat. Harusnya ia yang menghantam kepala Hong Jisoo, bukan sebaliknya.
Rupanya perkataan DaeHee yang menyinggung tentang ratu menyulut amarah Hong Jisoo. Berani-beraninya orang ini mengatakan sesuatu yang buruk tentang ibunya!
"Menyerahlah!"
Hong Jisoo bangkit secepat angin.
Lututnya menumbuk dagu DaeHee kencang. Anak perdana Menteri itu meraung, tak sengaja menggigit lidahnya sendiri. Tampak darah keluar dari celah bibirnya.
Pertarungan mereka terjeda selama beberapa saat. Hong Jisoo mengerjap, dia sayup-sayup mendengar suara keributan dari paviliun ratu Hong.
Celaka! Jangan-jangan ibunya juga!
Ketika berbalik badan, sebilah pedang menyambutnya, mencegat tepat di depan leher.
Doojoon menguasai pertempuran ini lagi.
"Jangan egois, Wangseja. Kalau kalian tidak dibunuh, seluruh rakyat di kerajaan ini akan terkena malapetaka."
Hong Jisoo melirik, tatapannya tajam dan dingin sempat membuat Doojoon bergidik.
Apa-apaan anak ini?! Dia hanya anak haram yang jadi senjata raja! Berani-beraninya menatapku seperi itu!
"Jika kami dibunuh, maka malapetaka akan datang lebih besar lagi."
Tinjuan pun melayang ke rahang Doojoon, Hong Jisoo menangkis lengan yang membawa pedang itu lalu berlari meniggalkan mereka, menuju paviliun ratu Hong.
Ia melihat kerikil di jalan setapak berhamburan seolah dilalui banyak orang dengan tergesa.
Pot tanaman kecil kesukaan ratu yang berjajar di dekat teras juga berserakan.
Dada Hong Jisoo berdentum. Tidak! Tidak! Jangan sampai!
Pintu paviliun itu sudah terbuka lebar. Dari ambang pintu, Hong Jisoo bisa melihat pemandangan yang membuat dadanya sesak.
"Ibu!!!"
.
.
.
.
"Mengapa di luar ramai sekali?"
Raja Hong membuka salah satu matanya begitu merasakan ada seseorang memasuki kamar tidurnya diam-diam.
Pergerakan orang itu langsung terhenti.
Ruangan ini hanya dipenuhi cahaya temaram, namun raja Hong bisa melihat kilatan pedang dari balik badan orang itu. Orang itu adalah salah satu bawahan raja Hong.
"Ingin menyampaikan sesuatu? Mengapa sekarang? Sudah waktunya tidur," ujar raja Hong dengan tenang. Meski begitu, perlahan detak jantungnya terus berpacu.
Jadi ... Sudah saatnya, ya?
Sudah saatnya kekuasaannya tumbang. Sudah saatnya menjumpai ajal.
Para pengkhianat akan bermunculan di samping ranjang.
Mata pedang yang tajam itu sekarang berada di udara, tepat di atas tubuh sang raja. Sekali ayun saja perutnya bisa terbelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
S.J.J Swordsmen
Fanfictionfanfiction SEVENTEEN. Main cast 95 line ( S.coups, Jeonghan, Joshua) kisah tiga pemuda dengan kepribadian berbeda. berawal dari si nakal Yoon Jeonghan dengan tipu muslihatnya, membuat masalah disepanjang jalan. Hong Jisoo (Joshua) yang melarikan dir...