10 : Hitam (2)

16 4 1
                                    

Perpustakaan pribadi putra mahkota.

Tempat misterius yang menyimpan segudang bacaan berharga. Sebelum Hong Jisoo dilahirkan, ratu sudah meminta agar bangunan tersebut dibuat. Katanya, dengan harapan kelak putra mahkota akan tumbuh jadi manusia yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas.

Saat anak-anak lain baru dikenalkan baca tulis, Hong Jisoo sudah bisa menamatkan satu judul buku dan bisa menceritakannya kembali. Tidak heran. Perpustakaan itu sudah seperti markas rahasia miliknya. Tahun demi tahun beganti, begitu pula dengan buku yang mengisi deretan rak. Hong Jisoo semakin pandai memilah dan memilih buku bacaan.

Semakin bagus buku yang ada di dalam sana, semakin sepi orang yang mengunjunginya.

Kini hanya ada dua pelayan setia yang membersihkan tempat itu tiap tiga hari sekali. Mereka hanya berjaga sampai matahari terbenam, jadi ketika Kwangyeon meninjakkan kaki di teras perpustakaan itu, tak ada yang menyambutnya.

Sepi. Hening.

"Dobrak pintunya."

Tanpa perlu diperintah dua kali, salah satu pengawal segera melakukannya.

Pintu terjeblak.

Hitam menyambut.

Seisi ruangan begitu gelap. Menyembunyikan deretan rak buku beserta isinya. Dan di dalam kegelapan ini Kwangyeon yakin ada sesuatu yang besar telah disembunyikan.

Pedang Gwan-gye.

Pedang ajaib yang menyerap cahaya bulan dan matahari. Memiliki kekuatan mengendalikan hewan.

Salah satu pengawal sudah siap membawa obor, mereka bergegas menggeledah tiap jengkal ruangan. Dengan mata ditutupi kabut, Kwangyeon masih terus terbayang-bayang akan kecantikan elang putih yang ia lihat tadi pagi.

"Sial, anak itu tak sepantasnya mengendalikan hewan sebagus itu!" geramnya penuh dengan iri dengki.

Aku harus mendapatkan pedang itu. Harus!

Ketika Hong Jisoo berhasil dibunuh, maka kepemilikan pedang akan kosong, Kwangyeon akan memanfaatkan kesempatan itu untuk mencoba apakah dirinya termasuk salah satu orang yang cocok menjadi tuan dari pedang ajaib.

Kwangyeon melirik gelisah. Hah. Jangan sampai ada yang tau rencanaku ini!

Bermenit-menit mereka memutari ruangan itu, namun tidak bisa menemukan benda berharga selain tumpukan buku. Kwangyeon sangat marah dan menendang meja kecil yang biasa dipakai Hong Jisoo untuk membaca.

"Di mana dia menyembunyikannya?!"

Kegelisahan ini membuat perasaan curiga muncul. Ia bertanya-tanya apakah Hong Jisoo memang benar-benar memiliki pedang itu, atau semua ini ternyata kesalahpahaman. Tidak pernah ada pedang ajaib di istana ini.

Tapi, Doojoon, perdana menteri itu begitu yakin saat mengatakannya. Bukti-bukti yang dikumpulkan juga cukup kuat.

Mulai dari kejadian kaburnya Andrew yang diduga dibantu oleh orang-orang menggunakan alat-alat khusus, pergerakan mencurigakan pengawal Hong Jisoo akhir-akhir ini, beradarnya rumor penyerangan paviliun perpustakaan umum oleh seseorang dengan pedang api.

"Mereka pasti teman-teman Hong Jisoo sesama pengguna pedang ajaib. Sebelum mereka bertingkah, kita habisi lebih dulu."

"Tuan, pedang itu mungkin disembunyikan di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh manusia biasa. Jika itu Wangseja, kemungkinan beliau akan memasang mantra untuk menyembunyikannya," ujar salah satu pengawal.

S.J.J SwordsmenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang