Hansol mengecek kertas-kertas lirik itu sekali lagi. Kali ini dia yakin semuanya akan kembali baik-baik saja. Tidak dapat dipungkiri ia selalu gelisah dan merasa bersalah pada Hyunki yang belum tahu-menahu tentang urusan mendadak Hansol dengan Rena ini.
"Baiklah, Hansol. Jadi bagaimana rencanamu?" Rena memakan es krimnya sambil melihat anak-anak di taman itu yang sedang bermain.
"Setelah ini kau akan ke Amerika 'kan? Aku akan menemani Hyunki dulu di sini sampai urusannya selesai. Setelah itu baru aku menyelesaikan semuanya sampai tuntas di Amerika." Hansol menjawab pertanyaan Rena dan ikut melihat apa yang juga diperhatikan oleh Rena.
Hansol sudah menceritakan Rena tentang keadaannya sekarang, dia memberitahu Rena bahwa dia datang ke sini untuk keperluan Hyunki dan harus menyelesaikan urusan mereka dengan cepat karena hal itu.
Rena mengangguk tersenyum lalu menepuk pelan pundak Hansol.
"Kau baik sekali, tuan Choi."
Hansol tersenyum mendengarnya. Ia kembali teringat akan Hyunki yang juga selalu memanggilnya dengan sebutan 'tuan Choi', tidak begitu spesial namun mampu membuat Hansol selalu tersenyum.
Tanpa mereka sadari ada Hyunki yang berdiri tak jauh dari sana. Ia memegang erat tas kertas yang dibawanya dari belanja di mini market.
"Kau baik sekali, tuan Choi."
Hansol dan Rena terkejut mendengar kalimat itu terulang lagi namun dari mulut orang lain.
Hansol membulatkan matanya melihat Hyunki datang dengan ekspresi sedihnya. Hansol tahu dirinya tidak bersalah, namun dia tetap merasa bersalah dengan fakta bahwa dirinya tengah duduk bersama Rena dan itu dilihat oleh Hyunki. Sial.
"Kau sakit?"
Entah seberapa banyak kalimat yang ingin Hansol sampaikan kepada kekasihnya itu, namun hanya dua kata itu yang ia ucapkan. Ia merasa sedih melihat keadaan Hyunki sekarang.
Hyunki terlihat cukup kacau, dia hanya mengenakan celana panjang piyama berwarna coklat, rambutnya ia biarkan tergerai dan tampak sedikit kusut, juga sendal berbulu berwarna senada dengan pakaiannya.
Namun sesaat kemudian Hansol tersenyum tipis melihat baju yang dipakai oleh Hyunki, sweater tebal dengan ukuran lumayan besar untuk tubuh Hyunki, itu sweater Hansol. Hansol ingat pernah menyuruh Hyunki mengenakannya saat mereka mengunjungi kediaman keluarga Hansol.
Hyunki berbalik lalu berlari meninggalkan Hansol dan Rena.
"Hyunki lucu juga." Rena tertawa kecil melihat Hyunki yang tengah menangis dan berlari meninggalkan mereka.
Jika kalian pikir Hansol akan mengejar Hyunki, itu tidak sepenuhnya benar. Karena walaupun dia sangat khawatir sekarang, ia hanya membiarkan Hyunki yang meninggalkannya dalam keadaan kacau seperti itu.
Hyunki pov♦
Aku sungguh tidak menyangka akan melihat mereka hari ini. Munafik sekali jika aku katakan aku tidak kesal melihat mereka.
Apa yang perempuan itu bilang? Tuan Choi? Astaga, kau siapa, nona?
Halah, ka-u ba-ik se-ka-li tu-an choi.
Aku menghentak-hentakkan kakiku melangkah masuk ke rumah keluarga Lee, rumah Chan yang aku tinggali selama di Seoul.
"Kau bisa merubuhkan rumahku, nona muda." aku terkejut mendengar suara pamanku, ayah Chan.
Aku kembali menangis lalu berlari memeluk seseorang yang sudah kuanggap seperti ayahku itu.
"Ada apa?" Paman mengusak rambutku lalu tertawa pelan.
"Baru kali ini aku melihatmu kacau seperti ini, Hyunki." Aku mengangguk lalu melap sisa air mataku.
"Iya kan, paman? Kau lihat ini. Aku keluar rumah dengan gaya seperti ini dan bertemu sainganku. Bagaimana aku tidak kesal?" Aku kembali mengingat wajah Rena yang menahan tawanya saat melihatku.
"Saingan?" Paman duduk di sofa lalu menyuruhku bercerita.
"Selingkuhan Hansol." Aku mengucapkan itu dengan sesegukan.
"Sembarangan." Chan datang menuruni tangga lalu menatapku tajam. Halah, dia bicara sebagai sepupuku atau sebagai sahabat Hansol?
"Aduh, masalah asmara anak sekolah, ya. Tapi kalau dilihat-lihat Hansol tidak sejahat itu sampai berani selingkuh."
Astaga, iya, bodoh sekali aku mengatakan hal itu saat aku tahu Hansol sudah menjadi teman dekat Chan dari kecil. Tentu saja orang tua Chan mengenal Hansol dengan baik.
"Hansol memang tidak seperti itu, Hyunki saja yang selalu berprasangka buruk." Chan menampakkan wajah mengejeknya kepadaku. Huh, aku akan memberitahunya apa yang sudah terjadi hari ini.
"Heh, kau tidak tahu tadi aku bertemu siapa. Mereka duduk di taman berdua. Chan, mereka bersama. Astaga, mengesalkan." Aku memberitahu Chan dengan berapi-api.
"Sudah, jangan berdebat. Jadi sebenarnya yang membuatmu sangat kesal ini karena melihat mereka bersama? Begitu?" Paman mengambil koran di meja dan hendak membacanya.
"Tidak, paman. Pakaianku ini, rambutku juga, bagaimana aku mau menang kalau aku dibandingkan dengan Rena dalam keadaan kacau begini?" Aku kembali melihat pakaian yang kugunakan
Apa-apaan kau ini, Lee Hyunki? Aku bahkan menggunakan piyama dan bertemu Rena yang menggunakan dress indah seperti tadi? Sial sekali hari ini.
Pamanku itu terlihat menahan tawanya, berbeda dengan putranya yang sedang tertawa keras sekarang.
"Konyol sekali, Lee Hyunki. Kau memalukan. Hahahaha." Chan masih saja tertawa.
"Bagaimana kau akan menang dibandingkan dengan Rena jika seperti itu." Kalimat selanjutnya dari Chan ini membuatku semakin kesal. Aku mendengus kesal lalu melangkah pergi ke kamarku.
Aku dapat mendengar ayah Chan yang menyuruh Chan agar berhenti tertawa.
"Sudah, berhenti marahnya, sekarang kau mandi dan istirahat." Aku tersenyum lalu mengangguk. Untung masih ada paman yang mengerti keadaanku.
~~~
[ToBeContinued]
~~~
Vvvooott daaan komeeenn 🧡🐿
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagom•
Fanfic"Just like my life. With you. It's not too little. Not too much. Just right." -Hansol Chwe. ~~~ Vernon SVT x OC cast hampir semua dari cast story "this feeling" -semacam kisah spinoff dari this feeling- Tapi bisa dibaca tersendiri kok.