Rintik hujan membasahi pipi, menghujam getir pada semua sisi. Hujan salah satu hal yang paling kubenci, dari maraknya ragam dunia ini. —Anindhita Marsyela
Happy reading! ❤
*
Awan semakin gelap. Hawa dingin menembus sampai ke dinding kulit. Hari ini tampaknya cuaca tidak mendukung, rintikan air dari atas membuat para murid yang berada di lapangan kini berlarian ke arah koridor.
Suara riuh saling bersahutan satu sama lain. Banyak di antara mereka yang memanfaatkan kondisi seperti ini untuk pergi ke kantin. Tak jarang pula, ada yang pergi ke perpustakaan hanya untuk menumpang tidur saja. Alasan yang sangat klise sekali.
Cuaca seperti ini memang cocok untuk memakan makanan yang hangat-hangat. Seperti bakso, mie ayam, gorengan, cilok dan jangan lupakan cirengnya Mpok Jambleh yang rasanya top bin markotop bangeuddd.
Dibalik kaca jendela, seorang gadis kini tengah berdiam diri dengan bibir yang bergetar. Tangannya gemetar tak karuan, alat vitalnya seaakan terus terpompa tanpa henti. Gadis itu gelisah, keringat dingin mulai membanjiri pipinya.
"Gimana ini?" lirihnya. Dita mengembuskan napasnya pelan. Ia bingung harus melakukan apa sekarang. Kenapa kondisi ini datang ketika ia berada di sekolah? Tidak mungkin, 'kan, jika Dita harus membeberkan semuanya kepada semua orang, jika ia mempunyai masalah sesuatu pada hujan? Itu hal yang mustahil.
Bagaimana kata orang nanti? Ia pasti akan semakin dibenci oleh semua orang. Dita tidak mau hal itu terjadi.
Dita mulai mengatur napas, ia mencoba menenangkan pikiran dan hatinya. Dita menutup matanya sebentar, ia harus berpikir positif disaat-saat seperti ini.
Reza yang sedari tadi memperhatikan Dita, mulai bingung dengan apa yang Dita lakukan. Reza melihat bahwa Dita seakan tengah dilanda ketakutan. Entah itu apa, yang pasti Reza akan langsung bertanya pada Dita sekarang.
"Dita, lo, gak papa?" tanya Reza khawatir. Kondisi Dita seperti orang yang sedang tidak baik-baiknya saja. Bibirnya kini pucat pasi.
Dita menetralkan jantungnya. Reza tidak boleh tahu tentang hal ini, ia akan berusaha menutupinya dengan sebaik mungkin.
Dita hanya menggeleng sebagai jawaban.
Reza semakin bingung, ia yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan gadis di sampingnya ini.
Teng! Teng!
Semua murid langsung membereskan barang-barangnya. Tak terkecuali Dita, ia akan terus berpura-pura sampai semua murid di sekolah ini pulang.
Dita mulai membereskan barangnya dengan hati-hati, semua pergerakannya tak luput dari perhatian Reza. Reza tidak akan tinggal diam, ia harus mencari tahu soal ini.
"Baiklah anak-anak, pelajaran sudah selesai. Sampai jumpa di lain hari, terima kasih. Assalamu'alaikum," pamit Pak Joko.
"Waalaikumsalam."
Saat semua orang berlarian, Dita tetap berdiam diri pada kursinya. Reza yang merasa aneh, kini kembali bertanya.
"Lo, gak pulang? Lo kenapa? Ko, kaya orang yang lagi ketakutan? Lo sakit? Mau gue anter ke rumah sakit? Iya?" Reza terus membondong pertanyaan demi pertanyaan pada Dita. Dita yang mendengar semuanya merasa seluruh organ di tubuhnya kini bergerak semakin cepat.
Dita menggeleng. "Aku gak papa, aku cuman lagi pusing sedikit aja," lirihnya pelan. Dita menelungkupkan kepalanya pada meja.
Reza mengubah posisi kursi, ia kini menghadapkan arah tubuhnya pada Dita. Reza mulai mengusap kepala Dita pelan. Mengelusnya dengan rasa iba dan kasihan. Namun, dalam hati ia tetap penasaran. Ada sesuatu yang janggal pada Dita.

KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA [TERBIT]
Roman pour AdolescentsSebagian part ada yang diapus, xixixi. Tapi kalo mau baca, ya, silakan ... xixixixixixi - Anindhita Marsyela. Gadis manis yang selalu menjadi bahan olokan oleh teman-temannya. Ia dikucilkan dan dianggap tidak ada. Tangisan, rintihan, kini sudah menj...