Happy reading! ❤
*
Perkataan Dita sontak saja membuat Reza terkejut bukan main. Jadi selama ini Dita adalah penderita ombrophobia? Tetapi kenapa Dita merahasiakannya pada semua orang? Mungkin Dita punya alasan tertentu.
Apa pun kondisi Dita, bagaimanapun penyakitnya, Reza tidak akan pernah membiarkan Dita terlepas dari genggamannya. Reza merengkuh tubuh Dita erat, menyalurkan rasa hangat yang nantinya akan membuat Dita semakin tenang.
Aroma parfume Reza yang maskulin, membuat Dita terhanyut dalam pelukannya. Dalam hati, ia tidak ingin jika pelukan ini harus berakhir. Ia mulai nyaman dengan keberadaan sosok Reza, malahan karena saking nyamannya, Dita tidak mau Reza jauh-jauh dari sisinya.
"Gak papa, gue yakin lo kuat."
Hujan kini berhenti, matahari mulai menunjukan kembali sinarnya. Reza menunduk, rupanya Dita tertidur. Mungkin karena ia lelah karena tadi terus-terusan menangis.
Reza membopongnya dengan ala brydal style, tetapi Reza lupa, jika ia tadi ke sini menggunakan motor. Lalu, mana mungkin Dita dinaikan ke motor dengan posisi tertidur seperti ini?
Beruntungnya, taksi datang tepat sekali di hadapan Reza. Ia langsung menyetopnya.
"Pak! Pak!"
Taksi berhenti, Reza akan mengantar Dita pulang ke rumahnya. Untung saja ia sudah tahu rumah Dita di mana, jadi ia tidak perlu bersusah payah untuk bertanya pada Dita yang kini tengah tertidur pulas di dalam rengkuhannya.
Reza terus menatap wajah Dita, senyum perlahan mengembang dari bibirnya. Dita adalah gadis yang baik, dia manis dan juga lucu. Namun, karena sesuatu di masa lalunya mengakibatkan Dita menjadi seorang yang pendiam seperti sekarang.
Reza sangat-sangat memakluminya.
Ia pun pernah merasakan masa lalu yang memang membuatnya menjadi orang yang wataknya berubah menjadi seperti sekarang. Semua orang pasti mempunyai masa lalu yang berbeda-beda, tetapi kita tidak harus terus-terusan untuk tetap berada di zona itu, bangkit dan berusahalah, karena itu semua adalah perjalanan diri kita sebelumnya, yang kita dapat ambil hikmahnya.
Mereka sampai. Dita masih saja tertidur, mau tidak mau Reza harus menggendongnya kembali untuk ke dalam. Reza mengambil beberapa uang di sakunya yang sempat ia ambil sebelum berangkat ke Indomaret.
"Ini, Pak, terima kasih."
"Sama-sama, Mas."
Mobil pun melaju pergi meninggalkan mereka berdua, dengan sesegera mungkin Reza melangkahkan kakinya ke dalam. Langkah demi langkah ia lewati, tetapi Reza merasa bahwa ada sesuatu yang janggal di sini.
Reza melihat telapak kakinya, di alas sepatunya terdapat noda merah. Lalu, ia mendongak ke atas. Noda merah itu pun ternyata menempel pada semua sisi jendela milik rumah Dita.
Reza menepuk-nepuk pelan pipi Dita agar ia terbangun. Dita melenguh, mencoba berdiri dengan rasa pusing yang kini bersarang di kepalanya. Matanya mengerjap-ngerjap mengkondisikan dengan cahaya.
"Aku di mana?" tanya Dita yang sudah mulai sadar dari tidurnya.
"Lo di rumah, tapi ...."
Kening Dita mengernyit. "Tapi, apa?"
Reza hanya memberi kode lewat dagunya, Dita berbalik badan. Ia menganga tak percaya, jendela rumahnya kini dipenuhi bercak-bercak merah. Di dekat pintunya ada beberapa bangkai tikus yang membuat Dita ingin muntah sekarang.
Bau sekali!
Dita menutup hidungnya, diikuti dengan Reza yang melakukan gaya yang sama.
"Kok, bisa ada darah di rumah? Siapa yang ngelakuin? Kamu tau?"
Reza menggeleng tidak tahu. "Pas pertama gue mau bawa lo ke dalem, rumah lo udah kaya gini. Gue gak tau siapa yang ngelakuin, tapi yang pasti ini perbuatan orang-orang yang emang gak suka sama lo."
Dita melirih, "Aku emang udah pernah dapet hal kaya gini, tapi berbentuk surat. Aku gak nyangka kalo teror itu juga nyata."
"Teror?" beo Reza bertanya-tanya.
"Iya. Beberapa hari terakhir ini, aku suka dapet teror yang gak aku tahu siapa pengirimnya. Dia selalu ngancem aku yang nggak-nggak. Padahal aku gak tahu salah aku apa sama dia," ungkapnya sambil terisak.
Reza mengusap punggung Dita lembut. "Gue bakal bantu lo cari tahu siapa pengirimnya," seru Resa tegas.
"Makasih banyak."
"Udah kewajiban gue buat selalu jaga lo, ngerti?"
Dita tersenyum hangat. Tak lama, ia mengingat sesuatu. "MAMA!"
Dita langsung berlari begitu saja menerobos masuk rumahnya, tanpa peduli semua darah, bangkai tikus yang ada di depan rumahnya. Karena khawatir, Reza ikut berlari menyusul Dita, takut-takut terjadi sesuatu pada keduanya.
*
Ini mungkin part terakhir yang aku publish, karena emang insya allah cerita ini mau dibukuin di paket terbit gratis, yang penasaran sama kelanjutannya bisa ikutan p.o sebentar lagii:))
Makasih yang udah selalu baca! Ailapyu❤

KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA [TERBIT]
Teen FictionSebagian part ada yang diapus, xixixi. Tapi kalo mau baca, ya, silakan ... xixixixixixi - Anindhita Marsyela. Gadis manis yang selalu menjadi bahan olokan oleh teman-temannya. Ia dikucilkan dan dianggap tidak ada. Tangisan, rintihan, kini sudah menj...