Hari Kedua: Pelajaran Pertama?

347 69 33
                                    

untuk vinant,

update-mu kurindukan, wahai penulis keren.

***

"KUPIKIR mungkin setahun?"

"Tidak, dua tahun minimal, Yang Mulia."

Keesokan paginya, aku, Stefan, dan kepala pelayan istana berdiri di dalam aula serbaguna yang telah dialihfungsikan menjadi penyimpanan teh sementara, tengah mengira-ngira berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghabiskan hadiah daun teh dari Raja Castor.

Gudang penyimpanan minuman tidak cukup untuk menampung seluruh hadiah teh dari Eridanus, sehingga terpaksa diperluas hingga ke aula terdekat. Semuanya telah disusun dalam semalam oleh para pelayan berdasarkan merek dan jenis, bahkan kepala pelayan menyerahkan kepadaku daftar berisi nama-nama teh beserta deskripsinya yang panjangnya sekitar tiga halaman bolak-balik.

"Kau mengerjakan ini dalam waktu semalam?" tanyaku takjub kepada Sir Rowen, si kepala pelayan.

"Semakin cepat semakin baik, Yang Mulia." kata Sir Rowen dengan mata cekung dan wajah mengantuk, namun senyumannya mengembang mantap, "Agar Anda bisa menikmatinya sesegera mungkin."

Terkadang aku mempertanyakan dedikasi luar biasa pria itu terhadap anggota keluarga kerajaan.

Setelah mengunjungi 'gudang' teh, aku bergegas menuju ruang makan untuk sarapan bersama Ayah, juga Raja Castor dan Putri Carina.

Sejauh ini, aku cukup menikmati kunjungan tamu kehormatan kami. Raja Castor merupakan pria yang santai dan senang tertawa, sehingga bercakap-cakap dengannya selalu terasa hangat dan menyenangkan. Setiap bertemu denganku, dia selalu melakukan gestur-gestur kekeluargaan, seperti memeluk atau menepuk-nepuk puncak kepalaku, sehingga sosoknya bagiku sudah nyaris seperti seorang paman.

Ratu Cassiopeia, istri Raja Castor, telah lama meninggal dunia. Kedekatannya dengan Ayahku mungkin juga didukung oleh faktor ini. Mereka sama-sama kehilangan istri pada waktu yang relatif cepat, sehingga mungkin keduanya merasakan simpati satu sama lain karena kesamaan ini.

Sementara Putri Carina...

Hmm, bagaimana aku harus mendeskripsikan gadis itu?

Carina tidak seperti putri pada umumnya di bayanganku. Dia manis dan berpengetahuan luas, tentu--dinilai dari percakapan cerdasnya dengan ayahku pada makan malam kemarin dan saat ini ketika sarapan. Tetapi jika itu menyangkut tingkah laku atau gaya bicaranya, aku harus bilang aku... tidak terkesan.

Dia berbicara terlalu banyak, komentar-komentarnya seringkali terdengar terlalu terang-terangan, dan sikapnya juga terlalu... kasual. Mungkin saja Putri Carina mewarisi sifat santai dari ayahnya, tetapi secara pribadi, aku menilai bahwa gadis itu perlu sedikit mengendalikan diri atas sikap dan ucapannya...

"...Orion? Kau baik-baik saja?"

Aku tersentak mendengar namaku dipanggil. Ayahku menatapku dengan sepasang mata birunya sambil menaikkan kedua alis. Raja Castor memandangiku dengan sorot khawatir. Sementara Carina...

Well, dia melanjutkan menyendok supnya dan tampak tak terlalu peduli.

"Aku baik-baik saja. Maafkan ketidaksopananku, pikiranku berada di tempat lain." kataku.

Raja Castor tertawa, "Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal serius, Orion. Kau masih muda. Nikmatilah selagi kau bisa, sebelum kewajiban-kewajiban istana membelenggumu!"

"Castor." Ayah memperingatkan, "Jangan menakut-nakutinya."

"Apa?" Castor terkekeh, "Tidak ada salahnya memberi peringatan dini, bukan?"

To Be A Proper PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang