Rumah Galang rupanya tidak terlalu jauh dari bengkel. Hanya perlu waktu tujuh menit untuk sampai ke sana. Malam ini Galang menyetir mobil Gie untuk pulang. Hitung-hitung sambil mencoba mobil porsche yang selama ini hanya bisa ia dengar pamornya dari klub mobil.
"Mobilnya kalem banget." Puji Galang karena hampir tak mendengar deru mesin yang biasanya melekat pada mobil sport. "Cocok buat cewek kayak lo."
"Memang nyaman dipake sehari-hari." Sahut Gie. Satu tangannya memeluk Dollar yang sedang tidur, sedangkan tangan yang lain mengusap kepalanya. Kacamata hitam masih bertengger di wajah Gie.
"Ini beneran bisa kenceng?"
Gie menoleh. "Kalo mau nyoba, kita bisa lewat tol keluar kota. Jam segini pasti sepi."
Galang menyeringai kecil. Ia memang ingin mencoba, tapi kepalanya sudah berat karena capek. Kalau tidak fokus bisa-bisa mereka kecelakaan. "Kapan-kapan aja."
Gie mengangguk.
Tak berapa lama mereka berhenti di depan sebuah rumah bergaya minimalis. Gie memperhatikan sekitar sebelum turun. Ia berdecak kagum karena Galang pintar membuat rumah sebagus ini dengan hanya memakai lahan yang cukup kecil. Karena lahannya kecil, rumah ini dibangun jadi tiga lantai. Berada di lingkungan komplek yang nyaman.
"Garasi gue nggak cukup. Mobil lo taruh sini aja, ya? Aman kok." Ujar Galang sebelum mereka sama-sama keluar dari mobil.
"Koper Gie sama Dollar di belakang."
Gie berjalan masuk lebih dulu. Rumah Galang tidak berpagar. Lantai satu khusus dipakai sebagai garasi. Sudah ada sebuah mobil Jeep, motor BMW, dan sebuah motor custom di sana.
"Kamu tinggal sendiri?" Tanya Gie tanpa menoleh. Untuk ukuran tempat tinggal cowok single, rumah ini sangat terawat.
"Iya." Galang yang kerepotan mengeluarkan koper besar Gie hanya bisa menjawab singkat.
Ini mau numpang tidur atau minggat, sih? Banyak amat bawaannya!
Gie menghampirinya. Ia mengambil alih koper kecil dari tangan Galang.
"Lo boleh tidur di sini semalam aja. Besok pagi lo harus pergi."
Gie mengacuhkannya. Cewek itu berjalan di depan untuk naik tangga ke lantai dua. Ia menunggu Galang dengan sabar untuk membuka kunci pintu rumah.
"Lo nggak pengen lepas kacamata?" Tanya Galang saat ia masih memperhatikan Gie belum melepas kacamatanya.
"Enggak."
Galang memutar bola mata. Setelah pintu terbuka, ia mempersilahkan Gie masuk lebih dulu.
Gie mengedarkan pandangan ke sekeliling isi rumah dengan tatapan menilai. Lantai dua hanya terdiri dari ruang tamu, dapur, dan sebuah kamar mandi. Di ujung ruangan ada sebuah tangga kayu menuju lantai paling atas. Gie menduga kalau kamar Galang ada di atas.
"Lo tidur di ruang tamu."
Gie mencari-cari tempat tidur. "Dimananya?"
"Sofa. Lantai. Terserah."
"Di atas nggak ada kamar lagi?"
"Ada. Kamar tamu. Tapi gue nggak mau kasih ke elo."
"Kenapa?"
"Dibilangin gue males kasih ke elo. Tidur di sini aja. Kalo nggak mau, tuh pintu depan masih kebuka lebar. Bebas pergi kapan aja."
Gie mendecakkan lidah. "Dollar butuh litter box."
"Buat apa?"
"Buat pup. Buat pipis. Kamu mau dia pup di sofamu?"
"Ngerepotin aja! Suruh tidur di luar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
mechanic&lover [selesai]
RomancePrioritas hidup Gie: 1. Menghabiskan harta Opa 2. Membuat Galang bertekuk lutut padanya Prioritas hidup Galang: 1. Menabung untuk modal nikah dengan pacarnya, Lea 2. Menjauhkan cobaan bernama 'Gie' dari hidupnya Ini cerita romantis komedi lain yg bi...