PART 10 - Kenangan Pahit

64 15 5
                                        

Part ini menjelaskan kejadian yang membuat Devan meninggal.

Semoga kalian paham sama alur cerita ini..

Doain aku biar idenya lancar dan bisa nyelesaikan project cerita pertama ku ini yaaa.

Happy reading ♥️

Hari ini, aku merindukanmu untuk alasan tertentu. Air mata kembali membasahi wajahku ketika aku mengenang mu dalam hatiku.

***

DELISHA berjalan di belakang Danil melewati koridor Rumah Sakit, tak ada lagi percakapan antara keduanya, hingga mereka telah sampai di Ruangan VIP yang di sewa oleh keluarga Andrew, tempat Jesy di rawat.

Keluarga Andrew memang sangat menyayangi Jesy, bahkan keduanya kerap di jodoh-jodohkan namun, entah mengapa mereka berdua sama-sama tak ingin memiliki hubungan lebih dari seorang sahabat.

Danil membuka pintu ruangan tempat Jesy di rawat lalu pria itu masuk, sementara Elish masih terdiam di depan ruangan itu setelah melihat Andrew sedang menyuapi Jesy dengan sangat telaten.

Seketika otaknya berputar mengingat kejadian pahit yang sampai saat ini belum bisa ia lupakan.

Dua bulan yang lalu ketika Devan sedang melaju di jalan raya dengan menggunakan sepeda motor, pria itu hendak ke rumah Elish namun, di tengah perjalanan Devan mengalami kecelakaan yang sangat tragis, Devan di tabrak mobil dari belakang yang membuat tubuhnya masuk di bagian bawah mobil, bahkan sepertinya ada bagian tubuh pria itu yang dilindas mobil.

Sudah lebih dari satu jam Elish menunggu kedatangan Devan, padahal jarak dari rumahnya dan rumah Devan tidak begitu jauh, hanya sekitar sepuluh sampai lima belas menit perjalanan. Hari itu, Devan mengajak Elish untuk merayakan hari ulang tahun Elish yang ke enam belas tahun dengan dinner di Restoran yang cukup terkenal di kotanya.

Ponsel Elish berbunyi, gadis itu melihat bahwa Tante Kinara yang menelponnya, Kinara adalah ibu dari Devan, kekasihnya. Beliau mengabarkan bahwa Devan kecelakaan dan saat ini keadaannya sangat kritis di Rumah Sakit Madani.

Kini tetesan air mata sudah mengalir pelan dari sudut pipi Elish. Elish tak sanggup menahannya, bukan kejutan indah yang Elish dapatkan ketika ulang tahunnya melainkan, kejutan pahit yang tak pernah bisa ia lupakan.

Setelah berpamitan pada Bi Hani, Elish langsung keluar dari rumahnya dan memesan taxi online untuk pergi ke Rumah Sakit. Air mata terus mengalir membasahi kedua pipinya.

Saat itu, Elish masih mengenakan dress berwarna hitam yang dibeli oleh Devan kemarin malam, katanya khusus dipakai untuk dinner pada hari ulang tahun Elish.

Saat sampai di Rumah Sakit Elish melihat Tante Kinara, ibunya Devan beberapa kali bolak-balik di depan ruang UGD. Elish langsung memeluk Tante Kinara. Keduanya memang sangat akrab, bahkan Tante Kinara sangat merestui hubungan Devan bersama Elish.

Tante Kinara mengatakan bahwa Devan masih berada di ruang UGD. Wanita yang berumur hampir kepala empat itu terlihat sangat gelisah dan panik, wajahnya pucat pasi bahkan matanya nampak sedikit bengkak, seperti nya Tante Kinara juga habis menangis.

Om Andi ayah Devan juga sama paniknya, pria dengan perawakan yang hampir sama persis dengan Devan itu terlihat sedang duduk di kursi tunggu dengan kedua tangan yang memegang kepalanya.

Andrew dan Jesy juga datang ke Rumah Sakit malam itu. Jesy terus menangis sambil mengintip ke ventilasi ruang Devan di tangani para medis. Sementara Andrew, pria itu hanya terdiam kaku sembari menyandar di dinding Rumah Sakit.

Kurang lebih dua jam Elish menunggu Devan di depan ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) hingga akhirnya kekasihnya itu dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit (ICU), namun sayang saat itu keadaan Devan masih sangat kritis.

Dari kejauhan, Elish melihat Devan terbaring lemah di atas brankar dengan mata yang masih terpejam, sementara tim medis terus bekerja untuk mengetahui perkembangan kondisi Devan.

Tak bisa di bayangkan bagaimana sakitnya Devan saat itu, Segala peralatan medis rumah sakit telah terpasang di sekujur tubuh Devan. Elish bergedik ngeri dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, baginya itu sangat menakutkan.

Namun, sangat di sayangkan sekitar jam sebelas malam Dokter beserta perawat keluar dari ruangan ICU dan menyatakan bahwa Devan sudah tak bisa di selamatkan lagi.

Semuanya masuk ke dalam ruangan tempat jenazah Devan berada. Mendadak ruangan itu di penuhi oleh tangisan. Elish bersama Tante Kinara langsung memeluk dan menumpahkan air matanya di tubuh Devan. Jesy menepuk bahu Elish mencoba menenangkan, namun nyatanya air mata Jesy juga terus mengalir. Sementara Andrew, terdiam mematung masih tak percaya jika Devan, sahabat kecilnya itu telah tiada.

"Devan... Jangan tinggalin mama," raung Kinara histeris

"Devan bangunnn," Jerit Kinara sambil menggoyangkan tubuh putra tunggalnya itu.

Om Andi melengak, menahan rasa sejak yang saat ini menghimpit kedua dadanya. Ia masih tak menyangka Devan pergi secepat ini.

Om Andi memeluk tubuh istirnya lalu Tante Kinara jatuh tak sadarkan diri. Tante Kinara dibawa Andrew dan Om Andi keluar dari ruang rawat Devan.

Sementara Elish, gadis itu terus memeluk bahkan mencium tubuh kekasihnya yang sudah tak bernyawa lagi. Baginya, terlalu cepat Tuhan mengambil kebahagiaan nya.

Selama ini hanya Devan, hanya Devan sajalah yang selalu ada untuknya, bahkan ia menanggap bahwa hanya Devan satu-satunya sumber kebahagiaan Elish.

"Sayang bangun, hari ini Devan janji mau ajak Elish dinner. Ayo dinner sayang," teriak Elish histeris.

"Devann bangun...," lirih Elish dengan menepuk pipi kekasihnya, tetapi mata Devan tetap tidak terbuka.

Suara Elish terdengar semakin lemah, wajahnya sangat pucat, nafasnya terengah-engah, bahkan air matanya sudah tak mampu mengalir lagi.

Dokter kembali datang dengan beberapa perawat, menutup tubuh Devan dengan kain putih. Kecelakaan terjadi pada Devan sangat tragis, pria itu mengalami benturan yang sangat keras di bagian kepala, dan salah satu kakinya terlindas oleh ban mobil.

Devan sudah pergi dengan tenang. Mata indahnya sudah tertutup dengan damai.

"Elish sini masuk," ujar Jesy sedikit berteriak ketika menyadari sahabatnya yang masih berdiri di ambang pintu.

Elish masih tak menyadari. Danil berjalan ke arah Elish berusaha menyadarkan lamunan gadis itu, terlihat air mata telah mengalir deras membasahi wajah Elish.

"ELSAAA!" teriak Danil tepat di depan wajah Elish berharap gadis itu sadar akan lamunannya.

"ELSAAA....!" teriak Danil lebih keras sambil menggoyangkan tubuh Elish, sontak membuat gadis itu terpelonjat kaget.

"Jangan ngelamun nanti ke sambet," sindir Danil dengan tatapan khasnya.

Elish menghapus air matanya dengan menggunakan punggung tangannya.

"Jorok banget," ujar Danil sambil menyodorkan sebungkus tissue pada Elish.

Elish menerima tissue itu lalu mengambilnya beberapa lembar.

"Nama gue Delisha biasa di panggil Elish, bukan Elsa!" Ujar Elish menjelaskan. Sebab gadis itu sudah berulang kali mendengar Danil memanggilnya dengan nama yang salah.

***

Gimana perasaannya baca part ini, sad nya dapet gak?

Tetap dukung cerita ini yaa♥️

Salam manis,

Zelina Yeriska

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DELISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang