ᴥᴥᴥᴥᴥ
"Mah pah, ayo cepetan!. Aku udah gak sabar sampai di sekolah, nanti kita telat ma" gadis kecil bermata coklat terang dengan rambut lurus pendek sebahu terurai rapih sudah berada di dalam mobil menurunkan perlahan kaca mobil bagian belakang.
"Iya May" wanita dewasa berjalan ke arah mobil terparkir yang gadis kecil itu duduki.
Mobil tersebut melaju memasuki jalanan sepi yang hanya dihiasi dengan pohon-pohon rindang di tepinya. Sepi sampai tidak ada satu kendaraan pun yang melewatinya selain mobil dengan dua orang dewasa dan satu gadis kecil di dalamnya.
"Pah, gimana kalau hari ini kita dampingi May di sekolahnya, ini kan hari pertama dia masuk sekolah. Lagi pula mama bisa undur jadwal pemotretan kita ke besok. Gimana pah?" Wanita dewasa itu berusaha membujuk di tengah keheningan. Mendengarnya, gadis kecil yang kini duduk di kursi belakang tersenyum girang mendengar ibunya berniat akan menemaninya hari ini.
"Kenapa gak kamu sendiri aja?. Saya sangat sibuk" jawab pria yang ada di samping wanita tersebut dengan wajah ketus.
"Lah kan--" ucap wanita disebelahnya yang seketika langsung dipotong olehnya.
"Cukup sampai sini kamu urusin kehidupan saya. Saya sudah muak" bentaknya.
Melihat orang tuanya yang tengah berseteru membuat May si gadis imut itu terpaku dengan perasaan tak karuan. Ingin rasanya ia menutup mulut mereka dan berkata 'mah pah, May hanya ingin mempunyai keluarga yang harmonis dan mendapat kebahagiaan seperti anak-anak seusiaku'.
"Lah kok malah ngebentak sih pah? Mama gak salah kan?" Tanyanya dengan raut wajah tidak mengerti.
"Kamu bilang gak salah apa-apa? Hei, apakah kamu buta? Kamu sudah menghianatiku di depan mataku sendiri" jelas pria yang sedang menyetir, membuat May sadar bahwa yang tengah mereka masalahkan adalah bukan tentang kesibukkan ayahnya, melainkan tentang hal lain yang sama sekali tidak ia ketahui.
"Kau asal mengada!, Aku tidak seperti itu" jelas wanita tersebut membela diri. "Lalu, apa kamu sadar sedang berada dengan siapa kita sekarang?. Ada May pah!. Tidak pantas berbicara hal itu didepannya" lanjutnya.
"Biarkan saja, aku tidak peduli. Lagi pula anak ini bukan anakmu dan kau masih peduli?" May tercengang.
Air mata yang sempat terbendung pun pecah. Merasa tak tahu harus berbuat apa di tengah kebisingan yang semakin liar mengungkap setiap rahasia yang May tidak ingin mendengarnya. Air matanya yang jatuh kian semakin deras.
Terasa olehnya seseorang mengusap tetesan yang masih berada di pelipisnya membuat May menengok ke arah si pemilik tangan. 'siapa dia' batinnya. Seorang wanita yang terlihat seumuran dengan ibunya itu tersenyum kecil yang bisa dibilang senyuman tulus menampakkan wajah cantik lugunya.
May membalas senyuman itu tanpa ragu. Entah mengapa, keberadaannya terasa begitu mendamaikan hati, walaupun sebenarnya May masih bertanya-tanya tentang kemunculannya yang secara tiba-tiba.
Wanita itu menawarkan pelukan pada May, lantas ia pun memeluknya. Terasa hangat dan nyaman namun seketika goncangan dahsyat membuat May menghantam atap mobil dan pelipisnya tersayat pecahan kaca.
May melihat langsung bagaimana Ayah dan ibunya bersamaan terguling keluar mobil hingga terseret truk. Darah bercucuran di kepala ibunya. Sungguh suatu pemandangan yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Hari ini takkan mungkin bisa ia lupakan. Matanya mulai buram dan perlahan memejamkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE ✎
Teen FictionWalau cantik dan manis, tetap saja bagi mereka di luar sana, May hanya seorang gadis biasa yang penuh dengan rasa angkuh. Bagaimana tidak, sifatnya yang kosong dan sulit ditebak menjadikan hadirnya seolah seperti mayat hidup. Hanya pria spesial yang...